Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Tugas Berat sang Dubes

Ihfa Firdausya
24/3/2022 13:08
Tugas Berat sang Dubes
Fientje Maritje Suebu.(dok: priba)

TIGA puluh enam tahun berkarier sebagai diplomat di Kementerian Luar Negeri RI menggambarkan wujud konsistensi dan pengabdian seorang Fientje Maritje Suebu. Puncaknya pada Rabu, 12 Januari 2022 lalu, ia dilantik Presiden Joko Widodo menjadi Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru merangkap Samoa, Tonga, serta Kepulauan Cook dan Niue, dengan kedudukan di Wellington.

Posisi ini menjadikannya sebagai perempuan pertama dari Papua yang menyandang jabatan duta besar. Fientje yang lahir di Sentani berkisah, ia tidak pernah terpikir untuk menjadi seorang duta besar. Ia hanya mengikuti proses demi proses sebagai seorang diplomat.

Fientje mengeyam pendidikan SMA di Jayapura, Papua, dan Port Moresby, Papua Nugini. Ia mulai bekerja di Kementerian Luar Negeri RI sejak 1985.

“Mendapatkan kesempatan sebagai duta besar merupakan impian sekaligus kehormatan bagi setiap diplomat,” ungkap Fientje dalam program Diksi (Diskusi dan Refleksi) bersama Hariyanto Boejl yang tayang di Youtube Media Indonesia.

Dari Presiden, ia mendapatkan tugas lima program prioritas sebagai dubes. Kelima tugas itu ialah dukungan bagi percepatan pemulihan kondisi ekonomi, kerja sama penanggulangan covid-19, menjaga kedaulatan NKRI, meningkatkan kemitraan komprehensif dengan Selandia Baru yang ditandatangi Presiden Jokowi pada 2018, dan yang terpenting, katanya, melindungi warga negara Indonesia.

“Untuk Selandia Baru dan wilayah Pasifik, saya rasa kita harus mengadakan pendekatan dengan berbagai pihak dan komunikasi yang harmonis dengan berbagai unsur,” ungkapnya.

Di samping itu, isu Papua menjadi perhatian karena sering menjadi pemberitaan negatif di luar negeri. Fientje ingin menyuarakan bahwa Papua sedang mengembangkan diri menjadi The Best Form of Papua Can Be. “Meskipun membutuhkan waktu yang lama, tapi itu pasti (terwujud) karena kitong bisa,” tegasnya.

Menurut Fientje, Indonesia bisa belajar perihal penguatan peran perempuan kepada Selandia Baru. Di sana, imbuhnya, perempuan dipercaya menduduki jabatan-jabatan penting seperti gubernur jenderal, menlu, ketua mahkamah, hingga perdana menteri. Di Indonesia sendiri, Fientje melihat keterlibatan perempuan telah banyak di berbagai sektor dan jabatan strategis. “Di Kemenlu sendiri sudah banyak peran perempuan di struktur kepemimpinannya. Khusus di tingkat eselon I dan II, duta besar yang perempuan, diplomat karier, juga sudah memainkan peran dalam dunia diplomasi,” ungkapnya.

Jauh dari keluarga Sebagai

diplomat, Fientje sendiri sudah melanglang buana ke berbagai negara sejak pertama kali ditempatkan di Zimbabwe pada 1989. Aktivitasnya sebagai seorang diplomat terkadang harus menjauhkannya dari keluarga, terutama ketiga anaknya yang saat ini berada di Jakarta dan Fiji. Fientje bercerita bahwa sejak awal ia dan suami memiliki komitmen untuk mengatur urusan rumah tangga, seperti memantau anak, berdua. “Jadi tidak hanya ibu, tapi suami ikut membantu. Jadi saat saya bekerja, suami bisa memantau anakanak,” ujarnya.

Perihal komunikasi, Fientje dan keluarga acap kali mengadakan family call. “Dengan teknologi yang sudah canggih mudah untuk kami bercengkerama melepas rindu meskipun hanya menatap layar,” tuturnya.

Fientje dibesarkan sebagai anak perempuan satu-satunya dari enam bersaudara. Namun, orangtua serta kakek-neneknya tidak membedabedakan antara laki-laki dan perempuan dalam membesarkan anakanak.

Dia pun selalu mengingat dan menerapkan ajaran dari orangtua. “Bapak adalah kepala suku yang selalu mengajarkan kami untuk memimpin dengan kasih. Jadi kita harus melindungi, mengayomi mereka yang lemah dan berkekurangan. Itu yang saya pegang dalam kehidupan,” kata Fientje.

Fientje pun berpesan kepada para perempuan khususnya dari Papua untuk banyak belajar demi mencapai cita-cita, dan selalu mempunyai nilai juang yang tinggi untuk meraihnya. “Yang membatasi dirimu hanyalah dirimu, bukan orang lain,” pung - kasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya