Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEBUAH studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network mengungkapkan bahwa sering menunda waktu makan malam dapat meningkatkan risiko seorang pekerja mengalami depresi dan gangguan kecemasan.
Penelitian yang dilaporkan oleh Medical Daily pada hari Senin ini dilakukan pada personel maskapai penerbangan dengan jadwal shift, melibatkan 22.617 peserta.
Para peneliti melacak waktu sarapan dan makan malam peserta serta interval antar waktu makan, kemudian membandingkan data tersebut dengan skor anggota kru pada alat skrining kecemasan dan depresi.
Baca juga : Ajarkan Anak Cara Tidur Berkualitas, Ada Tiga Tahapan
Menurut laporan dari US News, penelitian ini menunjukkan bahwa menunda sarapan atau makan malam dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan gangguan mood.
Studi ini juga menemukan bahwa membatasi waktu makan dalam jendela 12 jam setiap hari dapat membantu menjaga mood tetap stabil, yang merupakan kabar baik bagi mereka yang menjalani intermittent fasting.
"Jendela makan kurang dari 12 jam mungkin terkait dengan penurunan keparahan kecemasan atau depresi," ujar Mi Xiang, profesor di Universitas Shanghai Jiao Tong di Tiongkok, yang memimpin tim peneliti.
Baca juga : 9 Pose Yoga Jika Dilakukan Rutin Tiap Malam Tingkatkan Kualitas Tidur
Dalam penelitian ini, para peneliti menganalisis data dari lebih dari 22.600 anggota kru maskapai penerbangan yang berpartisipasi dalam survei kesehatan karyawan di maskapai besar Tiongkok.
Mereka melacak kapan peserta makan sarapan dan makan malam, serta berapa lama waktu yang berlalu antara waktu makan.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang bekerja shift siang dan menunda makan malam hingga lewat pukul 8 malam memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami depresi dan risiko kecemasan 78% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang makan sebelum pukul 8 malam.
Baca juga : Waspada Microsleep, Gejala Tidur Beberapa Detik
Menunda sarapan hingga setelah pukul 9 pagi juga meningkatkan risiko depresi sebesar 73% dan kecemasan sebesar 79%.
Mereka yang bekerja shift malam atau sedang libur juga mengalami peningkatan risiko kecemasan atau depresi yang terkait dengan penundaan makan.
Hubungan antara waktu makan yang tertunda dan mood yang buruk juga diamati pada orang yang waktu makannya terganggu oleh jet lag. Penundaan apapun dapat meningkatkan risiko kecemasan atau depresi.
Baca juga : Lakukan 6 Cara Ini, Biar Langsung Tidur Nyenyak
Namun, orang yang makan semua makanannya dalam jendela 12 jam setiap hari memiliki risiko kecemasan 16% lebih rendah dan kemungkinan depresi 19% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang makan lebih awal dan lebih akhir di hari yang sama.
Para peneliti berspekulasi bahwa perubahan waktu makan dapat mempengaruhi siklus tidur/bangun tubuh, yang dikenal sebagai ritme sirkadian, menyebabkan perubahan dalam metabolisme yang pada akhirnya dapat mempengaruhi mood.
Mereka juga mencatat bahwa efek dari penundaan makan yang ditemukan pada kru udara bisa lebih buruk pada orang biasa.
"Melalui pelatihan yang ketat dan pembangunan ketahanan, kru maskapai dianggap lebih mampu mengatasi stres dan mengelola keadaan darurat daripada pekerja biasa," tulis para peneliti dalam rilis berita dari American Psychiatric Association.
"Oleh karena itu, bagi pekerja shift biasa, konsekuensi psikologisnya bisa lebih parah," mereka menyimpulkan.
Untuk mengurangi risiko depresi dan gangguan kecemasan akibat penundaan makan, berikut adalah beberapa cara mengatur pola makan yang sehat:
Tetapkan waktu makan yang konsisten setiap hari untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Usahakan untuk tidak menunda makan lebih dari waktu yang telah ditentukan.
Batasi waktu makan Anda dalam jendela 12 jam setiap hari, misalnya dari pukul 7 pagi hingga pukul 7 malam. Ini dapat membantu menjaga ritme sirkadian dan stabilitas mood.
Mulailah hari dengan sarapan yang kaya akan nutrisi untuk memberikan energi dan mengatur metabolisme tubuh.
Usahakan untuk makan malam sebelum pukul 8 malam. Makan terlalu larut dapat mengganggu siklus tidur dan meningkatkan risiko depresi.
Pastikan setiap kali makan terdiri dari karbohidrat, protein, lemak sehat, dan serat yang cukup. Nutrisi yang seimbang dapat membantu menjaga keseimbangan hormon dan kesehatan mental.
Kurangi konsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak jenuh dan gula, karena dapat mempengaruhi mood dan kesehatan secara keseluruhan.
Minum air putih yang cukup setiap hari untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan fungsi otak.
Dengan mengatur pola makan yang sehat, pekerja dapat mengurangi risiko depresi dan kecemasan serta meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. (Z-10)
Ibu baru membutuhkan kerja keras karena harus siap setiap saat untuk bayinya. Karena itu, ibu yang baru melahirkan membutuhkan dukungan dari suami dan anggota keluarga yang lain.
Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dengan sebanyak 2 persen yang didominasi dari latar belakang ekonomi bawah.
PERMASALAHAN judi online tidak hanya terkait perspektif ekonomi. Masalah ini juga terkait perspektif kesehatan mental hingga problem sosial.
Studi di Denmark menunjukkan orang dewasa yang sering pindah rumah saat kecil berisiko lebih tinggi mengalami depresi, dibandingkan yang tinggal di komunitas yang sama.
Mindfulness ternyata berhubungan dengan peningkatan regulasi emosi, perhatian, dan pengendalian diri.
Kanker paru-paru diketahui menjadi salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada pria. Lalu kenapa pria lebih sering terkena kanker paru-paru? Mari simak penjelasannya.
POLA asuh yang diterapkan oleh orangtua bisa memengaruhi kebiasaan makan anak, termasuk mendorong anak untuk memilih-milih makanan.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi orang dewasa, tetapi juga dapat mempengaruhi anak-anak.
Sebagian orang pasti menginginkan umur panjang dan sehat. Untuk mewujudkan harapan tersebut, berbagai upaya dilakukan, termasuk mengubah gaya hidup.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved