Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PARA peneliti menemukan kandungan partikel plastik dalam darah manusia untuk pertama kalinya. Sebabnya 77% sampel darah yang diuji pada studi ilmiah diketahui mengandung polusi mikroplastik.
Menurut studi tinjauan sejawat yang dipublikasikan pada jurnal Environment International, polietilena tereftalat (PET) adalah jenis plastik yang paling banyak ditemukan pada aliran darah manusia. Plastik PET paling sering digunakan untuk memproduksi botol minuman, kemasan makanan dan pakaian.
"Dari penemuan itu menunjukkan bahwa partikel-partikel tersebut melakukan perjalanan ke seluruh tubuh. Bahkan partikel kecil itu mungkin bersarang di organ-organ tubuh," ujar Chief Operating Officer Common Seas Indonesia, Celia Siura dalam keterangannya, Selasa (29/3).
Studi ini dilakukan berdasarkan instruksi Common Seas dan dipimpin ilmuwan dari Vrije Universiteit, Amsterdam. Studi ini mengamati darah dari 22 orang yang diuji untuk mengetahui kandungan lima jenis plastik-polimetil metakrilat (PMMA), polipropilena (PP), polistirena (PS), polietilena (PE), dan polietilena tereftalat (PET).
Diketahui bahwa 17 dari 22 donor yang diamati mengandung sejumlah besar partikel plastik dalam darahnya. Para pegiat yakin bahwa temuan baru ini menimbulkan kekhawatiran serius atas dampak plastik terhadap kesehatan.
"Para peneliti telah membuktikan bahwa partikel plastik dapat diangkut ke organ lainnya melalui aliran darah dan dapat menyebabkan respons peradangan. Mereka menyebut partikel mikroplastik itu bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air, serta udara yang dihirupnya," imbuhnya.
Dijelaskannya, temuan tersebut tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Karena polusi plastik di Indonesia sangat tinggi dengan sampah plastik berada di sungai, di laut, di darat dan di daerah pertanian. Hal ini meningkatkan kemungkinan dikonsumsi hewan ternak dan ikan yang kemudian dimakan manusia.
Selain itu, di Indonesia, plastik sering bersentuhan dengan makanan misalnya, sayuran, buah-buahan, air, minuman ringan, daging, dan ikan. Sehingga, cara terbaik untuk mengurangi paparan mikroplastik itu adalah dengan mengurangi jumlah sampah plastik.
Namun Indonesia memiliki masalah plastik yang luas dan berkembang karena infrastruktur pengelolaan limbah yang buruk, kurangnya alternatif plastik yang layak, dan impor limbah. Indonesia adalah rumah bagi dua sungai paling tercemar di dunia dan lebih dari 80% kota di Indonesia akan kehabisan ruang TPA dalam tiga tahun ke depan.
“Sampah plastik mengambil alih negara kita. Melalui karya kami, kami melihat secara langsung kehancuran lingkungan, sosial, dan ekonomi yang disebabkan oleh aliran plastik ke sungai Brantas. Sungguh mengejutkan mengetahui hari ini bahwa plastik juga ada dalam darah kita, mengalir melalui tubuh kita,” kata Celia Siura.
Ia menyebut, Common Seas sebagai LSM internasional yang memiliki misi untuk mengatasi polusi plastik, dengan dukungan dari pemerintah daerah dan 40 juta komunitas PC Muslimat NU yang kuat. Pihaknya akan bekerja sama untuk membantu menciptakan Sungai Brantas yang bersih, aman, dan sehat.
“Sungai Brantas merupakan salah satu sungai paling tercemar di dunia. Common Seas mencatat, terdapat 1,5 juta sampah popok sekali pakai yang dibuang di Sungai Brantas setiap harinya. Pada tahun 2023, Common Seas akan mencegah pembuangan 62,4 juta popok sekali pakai ke Sungai Brantas,” terangnya.
“Mereka melatih penjahit lokal dan penyandang disabilitas untuk membuat dan menjual popok yang dapat dipakai kembali, menjangkau ribuan keluarga dengan cepat melalui jaringan yang ada, dan mengurangi jumlah sampah popok yang masuk ke sungai,” sambung Celia Siura.
Common Seas, menurutnya, akan mempekerjakan lebih dari seratus ibu rumah tangga yang tinggal di sepanjang sungai. “Proyek ini akan menghasilkan sekitar IDR 130 miliar keuntungan ekonomi ke daerah tersebut, dan keluarga juga dapat menghemat biaya dengan beralih ke popok yang dapat dipakai kembali,” pugkasnya.
Sebagai informasi, Common Seas merupakan perusahaan sosial yang menangani krisis polusi plastik dengan mendorong kebijakan baru, berinvestasi dalam ekonomi sirkular, dan mengkatalisis perubahan budaya dalam cara kita membuat, menggunakan, dan membuang plastik. Common Seas memiliki misi untuk mengurangi jumlah plastik yang diproduksi dan mencegah masuknya sampah plastik ke sungai dan laut kita secara cepat dan signifikan. (OL-13)
Baca Juga: Dorong Komitmen Berkelanjutan Industri di Tanah Air
TEPI jalan Kota Depok, Jawa Barat (Jabar) tak terlepas dari persoalan sampah. Kondisi sampah ini terus jadi sorotan. Sebab warga masih saja membuang sampah sembarangan di tepi jalan.
Wirausaha kecil dan menengah terus didukung untuk mengembangkan bisnis mereka secara berkelanjutan yaitu dengan turut mengurangi kemiskinan dan polusi plastik di Indonesia.
Korea Utara baru saja meluncurkan sekitar 500 balon berisi kertas bekas dan plastik, termasuk beberapa yang jatuh di kompleks kantor kepresidenan Korea Selatan.
Komitmen dalam pengurangan sampah merupakan langkah penting dalam menangani permasalahan sampah, dan sinergi dalam pelaksanaannya sangat diperlukan.
Hal Itu diketahui setelah IWP melakukan studi yang didanai oleh Food and Agriculture Organization (FAO) atau organisasi khusus bentukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di tahun 2021.
Sampah rumah tangga itu diletakkan di bahu jalan hingga menggunung. Bau busuk sampah langsung menyeruak di sekitar lokasi tersebut.
Tujuan dari peringatan ini adalah untuk mengingatkan kita akan dampak buruk penggunaan kantong plastik sekali pakai terhadap lingkungan
Penelitian mengenai dampak mikroplastik di udara terhadap kesehatan perlu digencarkan. Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga mengungkapkan ada empat hal yang perlu diteliti
Dengan meningkatnya produksi plastik di seluruh dunia dan menciptakan lebih banyak pencemaran, umat manusia tidak bisa begitu saja mendaur ulang untuk keluar dari sampah tersebut.
BERDASARKAN data World Bank pada 2021, sebanyak 40% dari 140 juta penduduk kota di Indonesia belum memiliki akses pelayanan pengumpulan sampah, terutama sampah plastik.
KLHK mengungkapkan adanya kenaikan jumlah timbulan sampah plastik di Indonesia. Menurut Dirjen PSLB3 Rosa Vivien Ratnawati, kenaikan tersebut cukup signifikan.
Sejalan dengan tema “Beat Plastic Pollution” yang diusung dalam Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023, capaian dari sampah plastik dan kertas akan didaur naik bersama mitra UMKM
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved