Agar Muruah Keroncong Tetap Mencorong

MUSIK orang tua. Itulah label yang melekat pada musik tempo dulu bernama keroncong. Padahal, musik dan lagu dengan langgam mendayu itu merupakan bagian dari warisan seni budaya asli Indonesia yang menjadi bagian dari identitas bangsa ini.

Namun, cap itu seolah pupus saat puluhan pengisi acara yang terdiri atas musisi lintas aliran musik dan generasi meramaikan panggung pergelaran Keroncong Generasi 2016 di Senayan, Jakarta, kemarin.

"Melihat antusiasme ini saya optimistis keroncong bisa semakin diminati, dinikmati, dan populer di kalangan pemuda," ungkap Sunindyo, Ketua Umum Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (Hamkri), di sela perhelatan kerja sama Media Indonesia dengan Ikatan Alumni ITB Angkatan 1980 dan Hamkri itu.

Tak sekadar langkah awal pelestarian, pergelaran itu juga menjadi upaya mengantar keroncong untuk menjadi salah satu warisan budaya dunia asal Indonesia yang diakui UNESCO.

"Kita mencoba mengapresiasi ke-roncong dengan cara zaman sekarang. Responsnya sangat bagus," ungkap Dini, pemain grup ­keroncong dari Sekolah Tinggi Musik Bandung.

Menurutnya, para pemuda tidak perlu gengsi untuk menikmati dan aktif bermain keroncong. Pasalnya, banyak cara membuat keroncong tetap lestari dan membaur dengan generasi muda. "Misalnya, kita mainkan lagu pop dan rock dengan irama keroncong."

Acara juga dimeriahkan penampilan musisi lintas generasi, seperti Armand Maulana, Putri Ayu, DJ Fuad, hingga musisi senior seperti Mus Mulyadi, Mus Mujiono, dan Sundari Soekotjo. Pun Wali Kota Bogor Bima Arya, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, dan Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo turut larut dalam keceriaan.

"Promosi wisata dikemas melalui keroncong tentu lebih menarik perhatian. Ini bukti budaya Indonesia yang kaya. Semoga keroncong makin bisa diterima lintas generasi," ungkap Menteri Pariwisata Arief Yahya yang saat itu sekaligus meluncurkan CD album keroncong bertema kekayaan budaya dan pariwisata. (Pro/E-4)