Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Pemprov DKI Jakarta Diminta Jujur soal Penyebab Polusi Udara

Mohamad Farhan Zhuhri
26/6/2024 18:00
Pemprov DKI Jakarta Diminta Jujur soal Penyebab Polusi Udara
Suasana polusi udara yang menyelimuti kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jakarta(ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

ANGGOTA Komisi D DPRD DKI Jakarta, Dedi Supriadi meminta kejujuran Pemerintah Provinsi atau Pemprov DKI Jakarta dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup terkait masih tingginya angka polusi udara khususnya pada akhir pekan. Ia menilai, sejauh ini Dinas LH hanya memaparkan alasan kendaraan bermotor sebagai penyebab polusi meningkat.

"Tapi kita selalu bertanya kenapa Sabtu dan Minggu itu polusi juga tinggi, orang kendaraan sepi, ini coba terbuka," ujar Politisi PKS itu kepada Media Indonesia, Rabu (26/6).

Ia meminta untuk solusi menekan polusi udara perlu adanya pembatasan hingga kajian secara scientific dan lebih jujur yang dilakukan Pemprov DKI, pasalnya hal itu guna membuktikan kebenaran terkait isu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dikabarkan menyebabkan polusi.

Baca juga : DPRD Beri Waktu Pemprov DKI 3 Bulan, Cek Emisi Pabrik-Pabrik di Jakarta

"Sampai sekarang saya masih menuntut DLH lebih transparan dari mana polusi udara ini ada dan menjadi kota terkotor di dunia," jelasnya.

Selain itu, Dedi mengatakan pihaknya belum melihat upaya luar biasa yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, khususnya terkait penyebab polusi yang semakin memburuk.

"Kita tidak bisa menyalahkan angin saja, kalau benar polusi itu dari negara tetangga, harus dibuktikan," jelasnya.

Baca juga : Pemprov DKI akan Perluas Kawasan Rendah Emisi di Jakarta

Lebih lanjut, pihaknya juga mendorong pembangunan transportasi massal yang nyaman dan murah hingga terintegrasi dengan lahan park and ride agar mendorong Masyarakat bisa berlatih menggunakan transportasi umum.

Pengawasan Sumber Emisi Bergerak

Terpisah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup terus memperketat pengawasan terhadap sumber emisi bergerak dan tidak bergerak sebagai langkah strategis untuk menekan angka polusi udara di Jakarta.

Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan selama periode tahun 2024, total akan dilaksanakan pengukuran aktif pada 68 cerobong dari berbagai sektor industri/jasa. Kini, pihaknya tengah menunggu hasil uji lab tersebut.

Baca juga : DPRD DKI Kritik Perubahan Nama Halte Transjakarta yang Tanpa Sosialisasi

"Pasca pengukuran dilakukan evaluasi terhadap Laporan Hasil Uji (LHU) yang dikeluarkan oleh Laboratorium Terakreditasi sebagai pelaksana pengukuran cerobong," jelasnya kepada Media Indonesia, Rabu (26/6).

Ia menjelaskan, evaluasi dilakukan dengan menyandingkan LHU terhadap parameter baku mutu dari peraturan penetapan baku mutu sesuai jenis industri/kegiatan. Bagi kegiatan yang hasil ujinya melebihi baku mutu akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Terkait penurunan kualitas udara yang terjadi akhir-akhir ini, Asep menjelaskan bahwa menurut hasil analisis model HYSPLIT dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dilakukan oleh Tim Ahli IPB menunjukkan bahwa dalam dua hari terakhir, angin dominan berasal dari arah Timur dan Timur Laut.

Baca juga : Angkutan Umum Harus Bersih Dari Atribut Kampanye

HYSPLIT (Hybrid Single-Particle Lagrangian Integrated Trajectory) adalah model yang digunakan untuk mensimulasikan pergerakan dan penyebaran polutan di atmosfer, membantu dalam memahami sumber dan dampak polusi udara.

Asep menambahkan, bahwa perubahan perilaku masyarakat dengan beralih menggunakan transportasi publik, bersepeda, dan berjalan kaki untuk mobilisasi jarak dekat juga upaya yang dapat memperbaiki kualitas udara Jakarta.

“Itu juga kami kampanyekan. Selain itu, upaya jangka pendek juga kita tempuh dengan mengimbau pengelola gedung-gedung tinggi memasang water mist dan memperketat uji emisi kepada pemilik kendaraan bermotor di Jakarta,” tegas Asep.

Dalam jangka panjang, DLH DKI akan meningkatkan jumlah titik pemantauan kualitas udara di seluruh wilayah Jakarta. Data dari pemantauan ini akan digunakan untuk mengidentifikasi sumber utama polusi dan mengambil tindakan yang lebih efektif.

“Dengan upaya-upaya tersebut, kami optimis bisa terus memperbaiki kualitas udara demi kesehatan dan kenyamanan seluruh warga Jakarta," pungkas Asep. (Far/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya