Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

KTT AS-Korea Utara Tanpa Kesepakatan, Bursa Saham Asia Melemah

Tesa Oktiana Surbakti
28/2/2019 17:07
KTT AS-Korea Utara Tanpa Kesepakatan, Bursa Saham Asia Melemah
(AFP)

IMBAS dari berakhirnya konferensi tingkat tinggi (KTT) Amerika Serikat-Korea Utara di Hanoi, Vietnam, yang berakhir tanpa kesepakatan, sebagian besar pergerakan pasar saham di Asia mengalami pelemahan.

Sepanjang hari, ekuitas cenderung berfluktuasi di tengah turunnya optimisme terhadap negosiasi perdagangan AS-Tiongkok dan ketegangan geopolitik di Kashmir.

Pasar sempat menaruh harapan pada pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Sayangnya, upacara penandatangan dibatalkan dalam menit terakhir, yang berarti tidak ada kesepakatan.

Trump mengatakan dirinya tidak terburu-buru mencapai kesepakatan terkait denuklirisasi Korea Utara.

Kedua pemimpin negara meninggalkan lokasi KTT di Hanoi, Vietnam, tanpa upacara penandatanganan publik. Kepada wartawan, Trump mengatakan pihaknya tidak mau menyerah terhadap tuntutan Kim untuk mencabut sanksi yang dijatuhkan kepada Korea Utara.

"Pada dasarnya, mereka (Korea Utara) ingin sanksi dicabut seluruhnya. Kami tidak bisa melakukan itu," pungkas Trump yang menekankan pembicaraan berjalan kondusif. Dia mengharapkan kemajuan lebih lanjut pasca KTT putaran kedua.

Baca juga : Trump-Kim Jong-un Gagal Capai Persetujuan

Bursa saham Seoul anjlok 1,8% pada perdagangan Kamis (28/2), berikut indeks saham Tokyo turun 0,8%. Adapun bursa saham Shanghai dan Hong Kong masing-masing turun sekitar 0,4%.

Sementara itu bursa saham Singapura merosot 0,8%, disusul indeks saham Bangkok yang melemah 0,4%. Bursa saham Manila dan Jakarta masing-masing turun 2% dan 1%.

Sebelumnya, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kepada anggota parlemen AS bahwa kemajuan nyata telah dihasilkan dalam negosiasi dengan Tiongkok.

Namun, masih banyak hal yang harus dikerjakan untuk mencapai kesepakatan. Pernyataannya tidak membendung ekspektasi perjanjian antara kedua raksasa ekonomi, malah memberikan ruang berpikir bagi pelaku pasar.

"Adanya kombinasi dari perkembangan negosiasi AS dengan Korea Utara dan Tiongkok, berpotensi menyeret ekuitas. Kita mungkin harus menunggu katalis baru untuk mendorong kecenderung pasar bullish tahun ini," papar kepala analis pasar Markets.com, Neil Wilson.

Aktivitas manufaktur yang melambat beberapa bulan terakhir, ditambah periode libur panjang Tahun Baru Imlek, meningkatkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan yang melambat dan ketidakpastian prospek perdagangan.

Di lain sisi, ekonom senior Commerzbank AG yang menyoroti pasar negara berkembang, Zhou Hao memandang prospek bisa berbalik positif.

"Kita perlu melihat capaian bulan depan, mengingat bulan ini terdistorsi libur panjang. Kondisi ekonomi bisa stabil bulan ini. Pertanyaannya sekarang, apakah ekonomi memiliki cukup dorongan untuk tumbuh," terangnya.

Kekhawatiran atas konflik Pakistan-India yang saling melancarkan serangan udara, menghantui bursa saham Asia.

Tensi ketegangan meningkat setelah insiden bom bunuh diri oleh kelompok militan di wilayah Kashmir teritorial India, yang menewaskan 40 orang pasukan militer.(AFP/OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya