Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Pertamina Fokus Edukasi Masyarakat untuk Kurangi Pemakaian Premium

Despian Nurhidayat
29/8/2021 18:46
Pertamina Fokus Edukasi Masyarakat untuk Kurangi Pemakaian Premium
Penggunaan BBM jenis Premium(Antara/Syifa Yulinnas)

PT Pertamina Patra Niaga atau anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor hilir industri minyak dan gas menegaskan bahwa saat ini Pertamina tengah melakukan edukasi kepada konsumen premium untuk mengurangi pemakaian premium di kalangan masyarakat 

"Saat ini Pertamina sedang melakukan edukasi kepada konsumen premium sesuai ketentuan pemerintah untuk menggunakan bahan bakar lebih ramah lingkungan. Edukasi ini sejalan dengan Undang-Undang tentang lingkungan hidup di mana oktan yang disarankan adalah oktan 91," ungkap Putut Andrianto, Corporate Secretary Commercial & Trading Subholding Pertamina PN Putut Andrianto kepada Media Indonesia, Minggu (29/8). 

Putut menambahkan, premium termasuk dalam Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yang harga jualnya diatur pemerintah, sama seperti solar subsidi. Penjualan premium di Indonesia hanya dilakukan oleh Pertamina berdasarkan penugasan pemerintah. 

Dalam catatan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), serapan premium pada Januari-Juli 2021 tergolong rendah. Selama Januari-Juli 2021, konsumsi premium baru mencapai 2,71 juta kilo liter (KL) atau hanya 27,18% dari kuota 10 juta KL. 

Perlu diketahui, sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan bahwa pemerintah mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium secara bertahap. Langkah ini tecermin dengan membatasi outlet penjualan premium mulai tahun ini. 

"Sesuai dengan program langit biru Pertamina, outlet penjualan premium mulai dikurangi pelan-pelan, terutama saat pandemi. Di mana crude (harga minyak mentah) jatuh, substitusi dengan Pertalite," ujar Arifin. 

Baca juga : LN Dapat Hilang Pendapatan Rp5 Triliun akibat PLTS

Menurut dia, banyak negara yang sudah mulai meninggalkan penggunaan premium yang beroktan rendah. Tercatat, hanya ada empat negara di dunia yang masih mengonsumsi premium dengan RON 88, termasuk Indonesia. 

Pihaknya pun mendorong agar Indonesia meninggalkan pemakaian BBM premium. Serta, mengimbau masyarakat untuk beralih memakai bahan bakar yang ramah lingkungan. 

"Kita tertinggal dari Vietnam yang sudah Euro 4 dan akan masuk ke Euro 5. Kita masih Euro 2," tuturenya. 

Peralihan ini bertujuan meningkatkan kualitas BBM dan menekan emisi gas. Dalam jangka panjang, perkembangan teknologi kendaraan menuntut kualitas BBM lebih baik. 

"Kami berharap ada shifting konsumsi ke lebih baik, yakni Pertamax. Kami mohon dukungan bagaimana bisa merespons ini," pungkas Arifin. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya