Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Iran Tanggapi Raja Saudi tentang Yaman, Wahabisme, dan Palestina

Wisnu Arto Subari
17/11/2020 20:38
Iran Tanggapi Raja Saudi tentang Yaman, Wahabisme, dan Palestina
.(AFP/Atta Kenare)

KEMENTERIAN Luar Negeri Iran menanggapi seruan Arab Saudi untuk tindakan global terhadap Iran. Republik Islam tersebut menyerukan kerajaan Saudi untuk menahan diri dari tuduhan tidak berdasar dan menyebar kebencian.

Pernyataan itu muncul sehari setelah Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mendesak dunia untuk mengambil sikap tegas guna mengatasi upaya Iran untuk mengembangkan program rudal nuklir dan balistiknya.

"Kerajaan itu menekankan bahaya proyek regional Iran, campur tangannya di negara lain, pengembangan terorisme, mengipasi api sektarianisme, dan seruan untuk sikap tegas dari komunitas internasional terhadap Iran. Ini untuk menjamin penanganan terhadap upaya Iran dalam memperoleh senjata pemusnah massal dan mengembangkan program rudal balistiknya," kata Raja Salman dalam pidato tahunannya kepada badan penasihat pemerintah tertinggi.

Dalam konferensi pers virtual di Teheran, juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh mengatakan itu bukanlah pernyataan yang tidak wajar bagi penguasa Saudi untuk berkata seperti itu.

"Tapi saya percaya pesan Iran telah jelas. Rezim Saudi harus tahu bahwa perdamaian tidak dapat dicapai dengan membunuh rakyat Yaman, kawasan tidak dapat diatur melalui penyebaran Wahabisme dan kelompok takfiri, uang tidak dapat digunakan untuk melobi, dan sumber daya dunia muslim tidak bisa dihabiskan untuk mengkhianati Palestina," katanya.

"Selama penguasa Saudi tidak berbalik dari jalan yang salah ini, tidak akan ada prospek untuk memperbaiki situasi Saudi yang terisolasi bahkan di kawasan Teluk Persia."

Penguasa Saudi berusia 84 tahun itu juga mengatakan kepada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September bahwa dunia perlu memerangi ekspansionisme Iran. Arab Saudi dan Iran telah terlibat dalam beberapa perang proksi di wilayah tersebut selama bertahun-tahun.

Di Yaman, koalisi yang dipimpin Saudi telah memerangi gerakan Houthi yang berpihak pada Teheran selama lebih dari lima tahun. Pada Senin, juru bicara Iran juga mengirimkan pesan persatuan kepada negara-negara muslim di kawasan itu.

Khatibzadeh mengatakan menyakitkan bahwa wilayah itu berada dalam situasi yang seharusnya mereka membantu dan memajukannya tapi mengkhianatinya. "Berdasarkan keyakinan kami, tangan persahabatan Republik Islam masih terbuka untuk semua negara Islam," ujarnya.

"Kita semua akrab dengan rencana dan skema Saudi. Kita tidak memilih untuk menjadi tetangga tapi nyatanya kita bertetangga. Mereka tidak punya pilihan dan kita semua tidak punya pilihan, selain bersatu untuk memajukan wilayah ini."

Ketegangan di kawasan itu terus meningkat sejak Presiden AS Donald Trump pada Mei 2018 menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan secara sepihak menjatuhkan sanksi terhadap Iran. Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lain sangat mendukung sanksi terhadap Iran. Presiden terpilih AS Joe Biden telah berjanji untuk kembali ke kesepakatan nuklir, tetapi dia akan berusaha menekan Iran atas kegiatan regional dan program rudal. (Aljazeera/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu
Berita Lainnya