Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Rumah adat Jawa Barat menjadi warisan kekayaan sosial budaya yang tak ternilai harganya dan harus dilestarikan. Di mana warisan budaya tersebut menjadi bukti bahwa Jawa Barat merupakan daerah dengan kekayaan budaya yang begitu melimpah.
Umumnya, rumah adat daerah Jawa Barat terbuat dari bahan alami seperti bambu, kayu, ijuk dan lainnya. Namun masing-masing memiliki keunikannya tersendiri baik dari segi desain, kombinasi warna maupun nilai filosofinya.
Penasaran apa saja nama rumah adat Jawa Barat dan filosofinya? Simak sampai akhir ya!
Baca juga : Pabrik Kerupuk Terbakar Hebat, Dua Orang Tewas Terpanggang
Rumah adat di Jawa Barat berikut ini masih banyak dijadikan hunian oleh masyarakat di tengah perkembangan zaman yang pesat. Bahkan tak sedikit konstruksinya menggunakan bahan-bahan modern agar lebih tahan lama.
Dibangun tahun 1529, rumah adat Jawa Barat yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuana ini masih terawat hingga kini. Rumah adat ini terdiri dari empat area, yakni Jinem, Pringgodani, Prabayasa dan ruang kerja serta ruang istirahat sultan.
Baca juga : Lazada Gandeng UKM Cirebon Bergabung di Kanal ‘Harbolnas’
Jinem atau pendopo merupakan tempat punggawa keselamatan sultan. Sementara Pringgodani menjadi tempat berkumpulnya para adipati yang akan diberi mandat oleh sultan. Dan di Prabayasa, sultan akan menyambut tamu istimewa yang datang. Karena dibangun oleh anggota kerajaan, tak mengherankan bila rumah adat ini sangat mewah.
Togok Anjing merupakan rumah adat yang masih banyak dihuni oleh masyarakat di kawasan Garut, Jawa Barat. Togok memiliki arti duduk, sehingga kalau diartikan Togok Anjing adalah anjing yang sedang dalam posisi duduk. Desain ala gazebo khas Jawa Barat pun sangat tampak pada bangunan rumah Togok Anjing ini.
Hanya saja, rumah adat ini terbilang lebih unik karena penyangganya tidak menggunakan tiang dan menyambung disebut dengan soronday. Sedangkan atapnya terdiri dari dua bidang dengan ukuran berbeda serta memiliki batas di garis batang suhunan. Atap tersebut digunakan sebagai penghalang sinar matahari maupun air hujan agar tidak mengenai ruangan di bagian depan.
Baca juga : Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Gelar Festival Tunas Bahasa Ibu
Imah Badak Heuay memiliki arti badak yang sedang menguap. Arti rumah tersebut sesuai dengan bentuk atap rumah di bagian belakang dan tepinya yang menyerupai badak sedang menguap. Kamu bisa menemukan rumah Imah Badak Heuay dengan mudah di kawasan pedesaan Sukabumi yang masih asri.
Arsitektur rumah adat Jawa Barat Badak Heuay pada umumnya mirip dengan rumah adat Togok Anjing, hanya saja model atapnya yang berbeda. Sedangkan konsep rumahnya masih menerapkan konsep rumah panggung yang terbuat dari material alami seperti bambu dan kayu.
Jolopong memiliki arti tergolek lurus dan dapat ditemukan di semua kawasan Jawa Barat, terutama di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang. Atap berdesain demikian dipilih karena proses pembuatannya mudah dan tidak membutuhkan banyak bahan material.
Baca juga : Ini Macam-Macam Rumah Adat Papua
Atap rumah Imah Jolopong terdiri dari dua bagian dengan masing-masing ujungnya membentuk segitiga sama kaki. Rumah ini juga memiliki kolong di bagian bawah bangunan rumah sebagai tempat menyimpan alat pertanian maupun hunian hewan peliharaan. Sementara di dalam rumah terdapat ruang tengah, kamar tidur dan dapur, serta teras di bagian depan rumah.
Nama Imah Perahu Kumureb yang artinya perahu tengkurap diberikan pada rumah ini karena atapnya berbentuk menyerupai perahu terbalik. Bila dipandang sekilas, arsitektur rumah adat Jawa Barat ini memang terlihat rumit dan terdiri dari empat bagian utama. Kamu akan lebih mudah menemui rumah ada ini ketika mengunjungi Kampung Adat Kuta di Ciamis.
Di area depan berbentuk trapesium, sedangkan bagian belakang berbentuk segitiga sama sisi. Rumah adat Sunda ini juga termasuk paling populer karena material bangunannya didominasi kayu beratapkan ijuk. Imah Perahu Kumureb memiliki tangga yang rendah layaknya rumah panggung sebagai solusi curah hujan yang tinggi di Jawa Barat.
Baca juga : Pemkot Bekasi Gelar Lebaran Betawi dan Ngarak Barong
Imah Julang Ngapak yang memiliki arti burung sedang mengepakkan sayapnya ini mudah ditemui di kawasan Tasikmalaya. Konstruksi atapnya memiliki dua sisi yang melebar dengan bagian atas berbentuk seperti huruf ‘V’. Bentuk atap tersebut membuat rumah ini tampak seperti burung yang mengepakkan sayapnya ketika dilihat dari jauh.
Ketika ingin memasuki rumah, kamu harus melewati tangga terbuat dari bambu atau kayu yang disebut golodog. Umumnya tangga yang menjadi penghubung ini terdiri dari 3 anak tangga. Selain itu, atap rumahnya menggunakan material alami seperti ijuk atau daun rumbia. Sedangkan bagian konstruksinya menggunakan bambu.
Jenis rumah adat Jawa Barat selanjutnya yakni Capit Gunting yang merupakan rumah adat Sunda tertua. Rumah adat ini masih dapat ditemui di kawasan Tasikmalaya. Disebut sebagai rumah Capit Gunting karena bagian atapnya atau disebut sebagai undagi berbentuk seperti huruf ‘X’ atau gunting.
Baca juga : Desa Wisata di Cianjur Pertahankan Budaya Pencak Silat sebagai Daya Tarik
Berbeda dari rumah adat Sunda lainnya, atap rumah Capit Gunting terbilang tinggi. Atap tersebut kebanyakan terbuat dari dedaunan kering dengan tujuan untuk menjaga suhu ruangan di bawahnya tetap sejuk. Selain di kawasan Tasikmalaya, kamu juga dapat menemui rumah adat Sunda ini di sejumlah tempat wisata Jawa Barat.
Rumah adat Jawa Barat selanjutnya adalah Jubleg Nangkub yang memiliki ciri khas atap bertingkat dan dinding bambu. Desain rumah adat Sunda ini dipilih sebagai simbol keramah tamahan masyarakat Sunda yang bersahaja.
Selain itu juga melambangkan tanah Sunda yang subur, makmur dan indah. Kamu bisa menemukan rumah ini kawasan Sumedang dan beberapa daerah lain yang masih menjaga adat tradisional.
Baca juga : 22 Karya Budaya Jabar Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Selanjutnya Buka Pongpok yang memiliki desain lebih sederhana dibandingkan rumah adat Sunda lainnya. Rumah adat ini disebut sebagai Buka Pongpok karena memiliki bagian bukaan pintu sejajar dengan salah satu suhunan atau ujung atapnya.
Saat menengok pada bagian depan rumah, kamu hanya akan melihat fasad dan atap rumah saja. Hal ini disebabkan karena bagian samping atapnya berbentuk miring mendatar. Sedangkan bagian atasnya berbentuk segitiga. Seperti rumah adat pada umumnya, Buka Pongpok menggunakan kayu sebagai fondasi dan anyaman bambu untuk dindingnya.
Saung Ranggon merupakan rumah adat Jawa Barat yang dibangun oleh putra pangeran Yogyakarta, Pangeran Rangga di abad ke-16. Saung Ranggon dibangun setinggi 3-4 meter di atas tanah agar terhindar dari serangan binatang buas. Rumah ini juga memiliki tempat menyimpan benda pusaka seperti sumur yang terletak di bawah bangunan.
Baca juga : 10 Rumah Adat ini Jadi yang Terpopuler di Indonesia Loh
Biasanya Saung Ranggon dibangun menghadap selatan dan memiliki 7 buah anak tangga. Awalnya rumah adat Sunda ini dibangun sebagai tempat bersembunyi dari kejaran Belanda, namun kini menjadi tempat penyimpanan pusaka. Desa Cikedongan, Kecamatan Cikarang merupakan salah satu daerah yang masih melestarikan rumah Saung Ranggon ini.
Penghormatan kepada alam merupakan filosofi dari pembangunan setiap rumah adat tersebut. Sehingga wajar jika kamu menemukan unsur-unsur hewan dan tumbuhan di konstruksi rumahnya. Demikian pula nama-nama bagian rumahnya terinspirasi dari alam, seperti bagian atapnya.
Menariknya, mayoritas rumah adat Jawa Barat di atas dibangun tanpa menggunakan paku, besi atau alat modern lainnya. Begitu pula atapnya mayoritas menggunakan daun rumbia, ijuk atau daun kelapa yang menunjukkan kesederhanaan masyarakat Sunda.
SEBANYAK 10.001 bendera merah putih dipasang di Museum Gedung Perundingan Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat, untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Saat ini kondisi yang dialami para pengusaha tekstil adalah import dari negara luar yang tak terkendali. Hal ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah untuk membantu pengusaha dalam negeri.
Musim kamarau yang terjadi pada tahun ini ada peningkatan kasus terutama nyamuk aedes aegypti atau demam berdarah dengue (DBD). Peningkatan kasus, menyebabkan 4 orang meninggal
SAMPAI 2023, total rumah tidak layak huni di Jawa Barat mencapai 45,83%. Kabupaten Sukabumi menjadi daerah dengan jumlah rumah tidak layak huni terbanyak.
Nilai rapor dimanipulasi pihak sekolah agar masuk ke delapan sekolah menengah atas (SMA) negeri di Depok
Dukungan itu menguat karena Ono Surono dinilai sebagai sosok pluralisme, sehingga perubahan bisa terjadi.
Kegiatan Balai Kota open house menjadi momentum dibukanya Balai Kota untuk kegiatan pembelajaran, wisata, dan sejarah.
SAKSI kasus pembunuhan Vina dan Eky, yakni Dede, mengaku telah memberikan keterangan palsu. Menurut kuasa hukum Dede, Suhendra Asido Hutabarat, kliennya berbohong atas perintah Iptu Rudiana.
Produksi garam terganggu oleh hujan yang beberapa kali masih turun di musim kemarau ini. Hujan yang turun membuat petambak tidak bisa melakukan panen bahkan pengolahan garam yang sudah berjalan
Tidak hanya kebakaran TPA, krisis air bersih pun terjadi di musim kemarau tahun lalu, salah satunya di Kelurahan Argasunya. Pemkot Cirebon pun melakukan pemenuhan kebutuhan air bersih
Pegi Setiawan, Yanti tidak khawatir bila Polda Jawa Barat (Jabar) membuka sprindik baru dalam kasus pembunuhan pembunuhan Vina dan Eki
Pegi Setiawan dan sang ibu tiba sekitar pukul 15.31 WIB. Kedatangan Pegi dan rombongan disambut meriah ratusan warga yang sudah menunggu sejak pagi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved