Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PERIMENOPAUSE memberikan banyak pertanyaan, putus asa, bahkan kebingungan terhadap perubahan tubuh. Jika kamu telah mencapai tahapan ini, apa yang kamu harapkan dan bagaimana kamu menangani gejala ini?
Perempuan pada umur 40 tahunan, kerap kali terbangun tengah malam dalam tidurnya dan sulit kembali tidur. Anda juga mengalami jadwal menstruasi yang tidak menentu, kenaikan berat badan, dan masalah pada kulit. Hal inilah yang disebut dengan tahapan perimenopause.
Perimenopause adalah perjalan panjang menuju tahap menopause yang juga akhir masa reproduksi perempuan. Lalu apa saja gejala dari perimenopause?
Pada artikel Harvard medical school menjelaskan 35 dari 50 dari perempuan menopause menderita rasa panas dan keringat berlebih pada bagian tubuh atas. Namun intensitasnya berbeda-beda.
Baca juga : Hiperkolesterol Bisa Perparah Gejala Menopause
Panas: Rasa panas dan keringat yang berlebih pada bagian tubuh atas.
Keringat Malam: keringatan akibat hot flashes pada malam hari
Menstruasi tidak teratur: ketidak teraturan jadwal mensturasi
Baca juga : Menopause Sebabkan Perempuan Lebih Cepat Alami Osteoporosis
Gangguan Tidur: insomnia atau kesulitan untum tidut atau kembali tidur
Payudara sakit
Mudah tersinggung, gangguan kecemasan, bahkan depresi
Baca juga : Perempuan yang Haid Lebih Cepat Berisiko Menopause Lebih Awal
Masalah pada kulit: berjerawat atau kulit kering
Kekeringan vagina: kurangnya kelembaban pada kulit vagina
Gejala lain: sulit berkonsentrasi atau mudah lupa
Baca juga : Minum Air Jahe Bisa Perparah Hot Flashes pada Perempuan Menopause
Studi terbaru yang dilakukan Integrated Woman’s Health Programme (IWHP) oleh National University Hispital (NUH) dan Yong Loo Lin School of Medicine at the National University of Singapore, terhadap perempuan berusia 45-69 tahun ditemukan adanya gejala nyeri sendiri.
Studi pertama menemukan sepertiga dari 1.054 perempuan di Singapura, menjelaskan mereka mengalami artralgia. Artralgia ialah nyeri sendi akibat penggunaan berlebihan atau cedera tanpa adanya peradangan hingga ketidaknyamanan pada otot.
Studi kedua melaporkan dari 1.120 perempuan menegaskan artralgia lebih umum dirasakan ketika memasuki masa menopause. Hampir 75% perempuan merasakan nyeri sendi dan otot yang disertai dengan kekeringan vagina atau vaginal dryness.
Gejala perimenopause dapat mempengaruhi kinerja otak, seperti pengurangan konsentrasi dan ingatan pada perempuan. "Menurut sudut pandang biologis, menopause mempengaruhi bukan hanya sekedar kesuburan. Kinerja otak dan hormone pada perempuan berubah selama perimenopause," ujar neurologi Amerika Dr Lisa Mosconi.
Dr Mosconi serta direktur dari Alzheimer’s Prevention Program di Weill Cornell Medicine dan NewYork Presbyterian Hospital, mempelajari otak perempuan mengalami perimenopause dan pascamenopause. Ia menemukan otak perempuan yang mengalami menopause mengalami penurunan pada kinerjanya sebesar 30%.
Pada bukunya berjudul “The Menopause Brain” menemukan gejala perimenopause seperti panas dan keringat yang berlebih dialami akibat dari kinerja otak. Penurunan estrogen mengakibatkan hilangnya pelindung utama pada otak perempuan. Kondisi itu membuat perempuan rentan terhadap penurunan kognitif dan penyakit neurodegeneratif seperti alzheimer.
Dr Susan Logan, konsultan senior di departemen obstetric dan ginekologi NUH yang ikut dalam IWHP, menyatakan masih banyak yang harus dipelajari untuk memahami gejala perimenopause dan menopause pada perempuan Asia dan pengobatannya. Pada 2050, perempuan yang menghadapi perimenopause dan menopause akan menjadi populasi mayoritas dan dibutuhkan penelitian lebih.
Banyak gejala menopause yang mudah diketahui, namun masih ada yang sulit diketahui. Menurut Associate Professor Rukshini Puvanendran, salah satu direktur KK Menopause Centre, dan Head of family medicine Secvice pada KK Woman’s dan Children’s Hospital (KKH) perempuan perimenopause berusia antara 47-54 tahun, mengalami hot flashes, perubahan suasana hati, kekeringan vagina, insomnia, nyeri sendi, dan otot.
“Studi ini juga menemukan perempuan perimenopause tidak begitu yakin apakah mereka mengalama gejala berhubungan dengan menopause atau gejala dari penyakit lain” katanya.
Sebanyak 70% perempuan mengalami gejala itu, hanya 5% yang mencari terapi hormon menopause (MHT). Yang menambah kebingungan ini, tidak ada tes perimenopause dan menopause yang spesifik.
“Bagi perempuan di akhir usia 40an dan 50an, tes tidak diperlukan untuk menentukan apakah mereka sedang menjalani transisi ini,” tambah Puvanendran.
Studi ini juga menemukan perempuan merasa kehilangan dan kesepian, dalam menghadapi kewanitaan, penuaan, dan kematian mereka.
Setiap perempuan menunjukan gejala perimenopause berbeda-beda. Namun bila gejala itu sudah mengganggu aktivitas keseharian, Rukshini menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter.
Menopausal Hormone Therapy (MHT) atau dikenal sebagai Hormone Replacement Therapty (HRT), dapat digunakan untuk mengatasi hot flashes dan keringat malam.
"Banyak orang menggunakan suplemen seperti black cohosh, ramuan tradisional Amerika Utara yang membantu mengatasi hot flashes, tetapi khasiatnya tidak sebaik MHT," ujar Rukshini.
Menurut Rukshini perimenopause dan selanjutnya menopause bukanlah penyakit, tetapi merupakan fase biologis dalam kehidupan perempuan. “Meskipun menandai berakhirnya fase reproduksi seorang perempuan, ini juga merupakan awal dari tahap lain di mana mereka dapat mengendalikan kehidupan mereka secara emosional, mental, dan fisik.” (CNA/Z-3)
Siapa saja bisa terkena cacingan. Yuks ketahui gejala-gejala bila anda terkena cacingan.
Diagnosis dan tata laksana penyakit langka masih tertinggal jika dibandingkan dengan penyakit lain yang prevalensinya lebih tinggi.
Penyakit Graves dan Struma Basedow merupakan gangguan kelenjar tiroid yang sering kali disamakan. Ini perbedaannya.
Meskipun tidak ada hubungan langsung, sekitar 30% penderita Graves mengalami TED. Mengubah pola makan dapat menjadi kunci dalam mengelola gejala kedua kondisi ini.
Flu Singapura umumnya dianggap ringan, dampaknya dapat menjadi serius terutama jika tidak ditangani dengan tepat.
Tumbuhnya ekonomi kerakyatan berkat skala operasi lokal. Mereka cenderung merekrut tenaga kerja di lingkungan sekitar, sehingga menciptakan lapangan pekerjaan di tingkat lokal.
Masalah irama jantung atau aritmia biasanya ditandai dengan gejala jantung berdebar tanpa alasan dan dalam keadaan tubuh tidak sedang beraktivitas.
Pemerintah melakukan berbagai upaya konkret untuk menekan angka perdagangan orang di Indonesia. Sejumlah regulasi dan program yang efektif diterbitkan untuk menangani masalah tersebut.
Ia memanfaatkan momen Hari Mangrove Sedunia dengan meluncurkan inisiatif Next Generation New Icon Gadis Antariksa.
Untuk menjadi versi terbaik mereka, kaum perempuan perlu memperkuat berbagai aspek seperti fisik, kecerdasan mental, spiritual, sosial, dan keluarga.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved