Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
KONSEP pengurangan risiko atau harm reduction tengah didorong sebagai salah satu solusi tambahan untuk mengurangi masalah penyakit tidak menular, melengkapi upaya yang selama ini sudah dijalankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah dari berbagai negara.
Hal ini dibahas para peneliti, dokter, ilmuwan, dan berbagai pemangku kepentingan dari seluruh dunia dalam International Conference on Harm Reduction in Non-Communicable Diseases di Paris, Prancis pada 2-3 Februari 2020.
Ahli toksikologi dari Universitas Airlangga, Shoi’m Hidayat memaparkan cara mengurangi risiko penyakit tidak menular yang menjadi pembahasan kunci dalam konferensi tersebut.
“Yang jadi persoalan adalah penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada penderita yang berusia di bawah 60 tahun, yaitu usia produktif. Sekarang yang perlu dicari jalan keluarnya adalah bagaimana menurunkan risiko terkait penyakit tidak menular ini. Perlu diketahui juga kalau penyakit tidak menular lazimnya bersifar kronik, bukan akut,” katanya saat dihubungi wartawan pada Kamis (13/2) setelah menghadiri konferensi di Paris.
Berdasarkan laporan WHO tahun 2018, penyakit tidak menular membunuh 41 juta orang setiap tahunnya atau setara 71% dari semua kematian secara global. Setiap tahun, 15 juta orang yang berusia 30 sampai 69 tahun meninggal karena penyakit ini.
Lalu, lebih dari 85% kematian tersebut terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Adapun yang termasuk jenis penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskular (serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (penyakit paru obstruktif kronis dan asma), dan diabetes.
“Dulu, banyak penderita penyakit menular yang menyebabkan kematian, terutama di Indonesia. Sekarang, karena bergesernya gaya hidup, yang jadi problem adalah penyakit tidak menular,” tegas Sho’im.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, penyakit tidak menular, seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan hipertensi mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013.
Prevalensi kanker naik dari 1,4% menjadi 1,8% dan prevalensi stroke menjadi 10,9% dari 7%. Penyakit ginjal kronik naik 2% menjadi 3,8%. Diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5% serta hipertensi naik dari 25,8% menjadi 31,4%.
Pakar Kesehatan dari Polandia, Andrzej M. Fal, dalam konferensi tersebut menjelaskan bahwa penyakit tidak menular menciptakan ancaman besar bagi perekonomian negara yaitu peningkatan biaya perawatan pasien dan peningkatan rasio ketergantungan.
Untuk itu, Andrzej menyarankan tiga poin penting. Pertama, keperluan untuk mengadopsi investasi dalam kebijakan kesehatan dengan membiayai pendidikan kesehatan dan pencegahan primer. Kedua, mengadopsi pendekatan baru termasuk pendekatan pengurangan dampak risiko. Ketiga, mencari sumber keuangan tambahan, termasuk pembiayaan swasta.
Terkait hal tersebut, Sho’im menyarankan Pemerintah Indonesia untuk mulai menerapkan konsep pengurangan risiko dalam upaya mempercepat tercapainya target pengurangan angka penyakit tidak menular.
Sebagai contoh, untuk menurunkan angka penderita kanker paru yang disebabkan oleh rokok, pemerintah dapat mendorong penggunaan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, yang memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok.
“Produk tembakau alternatif memiliki kandungan risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok. Rokok itu menghasilkan zat kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik, yang dapat menyebabkan kanker dan gangguan jantung," kata Sho'im.
"Saya berharap perokok dewasa yang masih mau terus menggunakan tembakau dapat beralih ke produk tembakau alternatif karena produk tersebut memiliki kadar zat kimia yang lebih rendah, sehingga risikonya juga lebih rendah,” tegas Sho’im.
Sejumlah negara seperti Inggris, Prancis, Polandia, dan Rusia mendukung penggunaan produk tembakau alternatif sebagai pengganti rokok untuk mengurangi angka penyakit tidak menular. Bahkan, Uni Eropa dan Inggris Raya telah memiliki regulasi khusus bagi produk tersebut.
“Ini artinya beberapa negara sudah mulai peduli dengan masalah tersebut. Jadi ada semangat untuk menurunkan risiko terhadap penyakit tidak menular melalui inovasi-inovasi produk yang lebih rendah risiko seperti produk tembakau alternatif,” jelas Sho’im.
Laura Rosen, Profesor dari Departemen Promosi Kesehatan, Sekolah Kesehatan Masyarakat, Tel Aviv, juga memaparkan bahwa terdapat sejumlah keuntungan dari penggunaan produk tembakau alternatif bagi perokok dewasa yang ingin mengurangi risiko kesehatan dari rokok, terutama jika dilakukan dengan terapi dukungan perilaku (behavioral support).
“Hasil kajiannya menunjukkan keuntungan berupa tingkat kesuksesan untuk berhenti merokok dengan produk tembakau alternatif lebih tinggi daripada obat-obatan terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy), pengurangan risiko dari dampak buruk tembakau, kesehatan yang lebih baik, tidak dapat diakses oleh anak di bawah umur, dan dapat ditanggung oleh beberapa asuransi kesehatan,” tutup Laura. (OL-09)
Penyebab penyakit jantung secara umum dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yakni kelompok umur muda di bawah 40 tahun dan kelompok umur tua di atas 40 tahun.
Kelainan jantung bawaan dan kelainan jaringan kolektif yang menimbulkan masalah seperti jantung bocor atau pembuluh darah mudah robek lebih banyak ditemukan pada orang berusia 20-an tahun.
Masalah irama jantung atau aritmia biasanya ditandai dengan gejala jantung berdebar tanpa alasan dan dalam keadaan tubuh tidak sedang beraktivitas.
HENTI jantung mendadak (sudden cardiac arrest) adalah keadaan saat aktivitas jantung mendadak terhenti akibat gangguan irama Jantung dan dapat menyebabkan kematian.
PEMERINTAH menyasar minuman berpemanis dalam kemasan sebagai objek cukai baru. Ini mencakup minuman yang mengandung gula, pemanis alami, hingga pemanis buatan.
Kim Seon-ho diketahui mengikuti jejak kebiasaan jalan kaki setiap hari untuk menurunkan kolesterol dan menjaga kesehatan jantung
Melansir dari situs resmi Universitas Airlangga (UNAIR), satu kaleng minuman bersoda rata-rata mengandung 15-18 sendok teh gula dan lebih dari 240 kalori
Dia menjelaskan gangguan ginjal pada anak-anak berbeda dari gangguan ginjal pada dewasa. Adapun kasus yang sering ditemukan, kata dia, kelainan bawaan.
PP tersebut menyebutkan penentuan batas maksimal kandungan gula, garam, dan lemak mempertimbangkan kajian risiko serta standar internasional.
BGEM Actxa memiliki potensi besar dalam evaluasi dan pengendalian metabolisme glukosa noninvasive.
Jadi mesti waspada pada anak-anak yang dia minumnya banyak, kencingnya banyak, laper terus. Apalagi minumnya ingin yang manis terus. Ini gejala diabetes
Buah itu boleh dikonsumsi, tapi kalau berlebihan bisa menyebabkan kadar gula meningkat, karena tidak semuanya digunakan oleh tubuh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved