Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Penguasa Pembuat Gaduh

08/2/2024 05:00

DI tengah munculnya berbagai aksi keprihatinan para guru besar dan akademisi yang mengkritik rezim Joko Widodo, tiba-tiba muncul gerakan tandingan dari sejumlah petinggi dan alumni. Sikap beberapa petinggi kampus dan kelompok alumni kampus ini justru menunjukkan sikap kontra terhadap pernyataan para guru besar dan akademisi tersebut.

Berbeda dengan aksi para guru besar yang menilai Jokowi melakukan penyimpangan jelang Pemilu 2024, para rektor dan alumni ini justru membawakan narasi berkebalikan. Para rektor dan alumni ini mengeklaim kondisi politik Indonesia baik-baik saja, serta sedang dalam proses demokrasi pemilihan umum yang sehat dan demokratis. Bahkan, para rektor dan alumni kampus tersebut begitu mengapresiasi kinerja Jokowi dalam mengawal demokrasi dan pembangunan.

Sepintas aksi tandingan ini terlihat lumrah di negara demokrasi mana pun. Tidak ada persoalan apabila terjadi perbedaan pandangan mengenai suatu fenomena yang terjadi di publik, termasuk dalam menilai kinerja pemerintahan Jokowi.

Yang menjadi soal, tak lama setelah beredarnya video para rektor dan pernyataan alumni kampus itu, terungkap pengakuan bahwa aksi mereka direkayasa. Yang mengenaskan, Cawapres Mahfud MD juga mendapat laporan apabila rektor-rektor tersebut diintimidasi demi meredam petisi yang mengkritik pemerintah Jokowi.

Adalah lumrah jika para petinggi kampus yang didesak memberikan pujian itu tak berani melawan. Entah karena takut kehilangan jabatan maupun takut institusinya diobrak-obrik penguasa, yang jelas fenomena seperti itu bukan kali ini saja terjadi. Bedanya, pernyataan itu berbau kontranarasi yang terorkestrasi dengan irama yang sama, guna merespons kolega mereka di sivitas akademika.

Aparat kepolisian bahkan mengakui bahwa pihaknya memang meminta para petinggi kampus membuat kontranarasi terhadap aksi keprihatinan para guru besar dari puluhan universitas tersebut demi menjaga kesejukan jelang pencoblosan. Diharapkan para tokoh, baik tokoh agama, masyarakat, orang-orang yang punya kompetensi bisa membantu menjaga situasi kamtibmas bisa memyampaikan kontranarasi agar pemilu berjalan aman, lancar, dan tertib.

Namun yang disayangkan, aparat kepolisian sepertinya tidak sadar atau mungkin tidak peduli siapa yang menyebabkan kegaduhan di publik beberapa hari jelang pemilu. Presiden Jokowi dan sejumlah pembantu di kabinetnya lah yang justru membuat kegaduhan politik di Tanah Air dalam beberapa bulan belakangan ini yang berujung pada menghangatnya situasi.

Proses pencawapresan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, yang dipaksakan melalui perubahan aturan di Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi pintu masuk kegaduhan. Tidak berhenti sampai di situ, Jokowi seperti membiarkan para menteri dan kepala daerah pendukung paslon Prabowo-Gibran berkampanye secara terbuka, bahkan saat masih menempel di tubuh mereka fasilitas negara. Bahkan, Jokowi sendiri sebagai presiden justru diduga menggunakan instrumen bantuan sosial (bansos) yang berasal dari APBN untuk menarik simpati publik demi memenangkan paslon yang ia dukung.

Lalu, yang tak kalah brutalnya ialah ketika Jokowi menegaskan bahwa presiden boleh memihak dan berkampanye untuk salah satu paslon. Berbagai aksi dan pernyataan Jokowi itulah yang kemudian membuat nalar para guru besar dan akademisi dari puluhan kampus di berbagai pulau di Indonesia terusik.

Benar bahwa Jokowi menyatakan tidak akan berkampanye. Jokowi juga akhirnya menegaskan lagi bahwa ia memerintahkan agar TNI, Polri, ASN, kepala daerah bersikap netral. Tapi, publik sudah telanjur tidak memercayai ucapan Jokowi yang berubah-ubah. Sebab, sebelumnya Jokowi pernah menyampaikan hal yang sama bahwa ia tidak akan cawe-cawe dan netral, nyatanya ia mencabut ucapannya dengan tindakan cawe-cawe dan kehendak untuk berpihak.

Itulah drama. Itulah benturan ucapan antara Jokowi kemarin dan Jokowi hari ini. Itulah sumber kegaduhan sesungguhnya, hulu ketidakkondusifan menjelang pencoblosan. Seruan guru besar dan sivitas akademika ia reaksi dari aksi ugal-ugalan memain-mainkan aturan dan prinsip demokrasi.

Maka, apabila aparat keamanan ingin membuat Pemilu 2024 ini berlangsung aman dan tertib serta kondusif, silakan minta Jokowi dan sejumlah anggota kabinetnya agar berhenti menggunakan kekuasaan untuk jalan kesesatan. Hal lain yang tak kalah penting, segera bantu kerja penyelenggara pemilu untuk mengantisipasi berbagai kecurangan yang potensial terjadi akibat keberpihakan elite penyelenggara negara.

Aparat keamanan seharusnya tak perlu khawatir dengan aksi para guru besar dan akademisi sebab hampir dipastikan mereka tak ingin merusak negara ini. Mereka hanya geram dengan hilangnya etika bernegara yang dipertontonkan penguasa. Mereka hendak menyentil agar kesadaran dan kewarasan kembali terwujud di megeri ini. Sesederhana itu, sesimpel itu.



Berita Lainnya
  • asasf

    28/6/2025 19:24

    asfsafasf

  • Jangan Loloskan Calon Titipan

    02/8/2024 05:00

    PANITIA Seleksi Calon Pimpinan dan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah kunci

  • Teladan Netralitas Jangan Omon-Omon

    01/8/2024 05:00

    Namun, seruan Menko Polhukam itu bak membuka kembali lembaran-lembaran pelanggaran yang terjadi pada masa lalu.

  • Hadirkan Keadilan untuk Dini

    31/7/2024 05:00

    VONIS bebas terdakwa Gregorius Ronald Tannur telah mencederai pemenuhan hak atas keadilan korban Dini Sera Afrianti beserta keluarga.

  • Jalan Akhir Tegakkan Muruah KPU

    30/7/2024 05:00

    SETELAH menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Ketua KPU RI sejak 4 Juli 2024, Mochammad Afifuddin resmi menjadi Ketua KPU RI definitif periode 2022-2027 mulai kemarin.

  • Negara Jangan Kalah Lawan Judol

    29/7/2024 05:00

    SEBARAN racun judi daring atau judi online (judol) kian mengerikan.

  • Rumah Sakit Penilap Duit

    27/7/2024 05:00

    MEMALUKAN, amat memalukan.

  • Pertaruhan Pemberantasan Korupsi

    26/7/2024 05:00

    HARUS tegas dikatakan bahwa tekad bangsa ini untuk memberantas korupsi berada di ambang gawat darurat.

  • Setop Legislasi Transaksional

    25/7/2024 05:00

    PERIODE Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) masa bakti 2019-2024 tinggal hitungan bulan lagi.

  • Harta, Takhta, Pilkada

    24/7/2024 05:00

    SEMAKIN dekat pada pemilihan umum, rakyat negeri ini sudah biasa melihat manuver politik yang makin menjadi. Lawan menjadi kawan, begitu pula sebaliknya.

  • Kejaksaan di Puncak Kepercayaan

    23/7/2024 05:00

    ADA pepatah populer bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha. Dari usaha yang keras akan dipanen hasil yang memuaskan.

  • Habis Tapera Terbitlah Asuransi

    22/7/2024 05:00

    FRASA gotong royong kembali dipakai untuk menjadi dalih dan alasan bagi negara untuk mengutip uang dari rakyat.

  • Utak-atik Anggaran Makanan Bergizi

    20/7/2024 05:00

    PROGRAM makan siang gratis merupakan janji politik pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang sedari awal membetot perhatian.

  • Wakil Menteri Muluskan Transisi

    19/7/2024 05:00

    PRESIDEN Joko Widodo melantik tiga wakil menteri sekaligus untuk membantu kerja menteri-menteri bidang ekonomi, kemarin.

  • Setop Pilih Pemimpin Korup

    18/7/2024 05:00

    PEMILIHAN kepala daerah (pilkada) akan digelar serentak pada November mendatang, dari wali kota, bupati, hingga gubernur.

  • Indonesia Darurat Rasuah

    17/7/2024 05:00

    MASYARAKAT Indonesia terpotret semakin permisif terhadap perilaku korupsi. Perbuatan lancung yang dahulu dianggap tabu itu perlahan-lahan mulai dianggap biasa dan ditoleransi