Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Sebuah penelitian dari University of Surrey di Inggris mengungkapkan anak muda yang pernah mengenyam pendidikan tinggi (kuliah) memiliki kesehatan mental lebih baik. Studi tersebut juga menjelaskan lingkungan universitas juga memberikan pengaruh positif atas kinerja profesional di dunia kerja bagi mereka yang memiliki riwayat tekanan mental.
Lebih lanjut, penelitian yang dipublikasi dalam jurnal ilmiah bertajuk "Differences in Mental Health Inequalities Based on University Attendance: Intersectional Multilevel Analyses of Individual Heterogeneity and Discriminatory Accuracy" tersebut melebarkan lingkup studi pada persoalan ras dan kesehatan mental.
Dalam penelitiannya, tim mengungkapkan bahwa orang kulit hitam dan Asia lebih berkemungkinan kecil menderita gangguan mental ketimbang orang kulit putih. Mereka menekankan bahwa anak muda yang tumbuh di daerah rural atau lingkungan tertinggal yang tidak pernah kuliah lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Anesa Hosein, Associate Professor selaku penulis utama penelitian tersebut.
“Memiliki masalah kesehatan mental pada usia dini dapat menyebabkan konsekuensi berupa kerugian signifikan pada kesehatan mental seseorang di masa dewasa, dengan risiko dampak negatif lebih lanjut pada hasil kehidupan pendidikan dan pekerjaan profesional mereka di masa depan," ujar Hosein seperti dilansir dari Science Daily pada Selasa, (22/11).
Hosein menyebutkan, dampak kesehatan mental ini juga dibentuk oleh keanggotaan di lingkungan sosial seperti trauma dan viktimisasi orang-orang kulit hitam dapat meningkatkan risiko psikosis, yakni sebuah kelainan jiwa yang disertai disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan kenyataan.
"Di Inggris, lebih dari 50 persen anak muda sekarang telah mengenyam pendidikan kuliah, sehingga dapat mengeksplorasi data hasil kesehatan mental yang berbeda antara kelompok yang berkuliah dan yang tidak kuliah memiliki potensi yang berbeda. Hal itu menarik untuk dipelajari," jelas Hosein.
Para ahli menganalisis data dari Longitudinal Study of Young People di Inggris yang melakukan survei terhadap mereka yang lahir antara tahun 1989 dan 1990. Tim kemudian menggunakan metode Multilevel Analysis of Individual Heterogenity and Discriminatory Accuracy.
Hal tersebut bertujuan untuk memprediksi peluang apakah faktor seperti identitas seksual, etnis, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi dikaitkan dengan hasil kesehatan mental seseorang pada usia 25 tahun, dan membandingkannya berdasarkan pengalaman mengenyam pendidikan tinggi.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa perempuan dan orang yang berusia muda serta mengidentifikasi diri sebagai minoritas seksual kemungkinan mengalami masalah kesehatan mental pada usia 25 tahun.
"Sedangkan bagi para minoritas seksual, pendidikan tinggi bisa dilihat sebagai lingkungan yang terbuka dan inklusif di mana para individul dapat lebih bebas mengeksplorasi identitas," ungkap Hosein.
Oleh karena itu lanjut Hosein, memiliki ruang untuk mengekspresikan identitas seksual mereka yang sebenarnya dapat mengurangi risiko perilaku merugikan diri sendiri di masa depan.
Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan Dr Nicola Byrom selaku Direktur Jaringan Penelitian Kesehatan Mental Mahasiswa yang didanai UKRI, SMaRteN menambahkan, perhatian akan kesehatan mental di lingkungan pendidikan tinggi terus meningkat.
"Penelitian ini mengingatkan kepada konteks yang lebih luas, yaitu masa dewasa awal adalah saat-saat yang menantang untuk kesehatan mental. Kerap kali lebih mudah untuk mengidentifikasi tantangan ini di dalam lingkungan kampus. Namun, mengetahui konteks yang lebih luas adalah hal yang vital jika berupaya mengurangi beban kesehatan mental di kalangan dewasa muda," ungkap Byrom.
Hal serupa juga dikatakan oleh Mr John De Pury selaku Asisten Direktur Kebijakan di Universities UUK, Inggris. Dia mengatakan bahwa narasi publik akan kesehatan mental mahasiswa dapat terus-menerus negatif. Hal ini terlepas ada usaha signifikan dari kampus untuk mendukung para mahasiswa.
"Penelitian yang berdasarkan pada data Longitudinal Study of Young People in England ini menetapkan narasi ini dalam konteks orang dewasa muda yang lebih luas. Penelitian juga menemukan bahwa kehadiran pendidikan tinggi bisa meningkatkan kesehatan mental. Kini, kita harus," ujarnya.
Sekarang kita perlu memahami lebih baik apa yang dapat dieksplorasi dan diterapkan kepada mahasiswa terkait komunitas, promosi dan pencegahan, akses layanan terkait kesehatan mental dan menginformasikan intervensi untuk semua orang dewasa muda," tandasnya.(M-3)
Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dengan sebanyak 2 persen yang didominasi dari latar belakang ekonomi bawah.
Masalah kesehatan mental kini sudah mendunia. Diperkirakan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki akan mengalami depresi berat dalam hidupnya.
Penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Jateng, banyak di antara siswa atau siswi jenjang SMA sederajat mengalami gejala gangguan mental.
PERMASALAHAN judi online tidak hanya terkait perspektif ekonomi. Masalah ini juga terkait perspektif kesehatan mental hingga problem sosial.
Mindfulness ternyata berhubungan dengan peningkatan regulasi emosi, perhatian, dan pengendalian diri.
Meskipun orangtua mungkin merasa telah memberikan dukungan yang memadai, sering kali terdapat kesenjangan antara persepsi mereka dan kenyataan yang dirasakan oleh anak-anak mereka.
Catatan UNESCO 58 juta anak di seluruh dunia tidak mengenyam bangku pendidikan.
Sekolah Citra Kasih, Citra Garden Jakarta menggelar kegiatan open house
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2023 menunjukkan bahwa angka anak tidak sekolah meningkat seiring bertambahnya usia.
"Kakak-kakaknya yang ngajar dan semuanya baik banget. Belajarnya juga enggak bikin bosen karena ada gimnya,"
Rumah Cita-cita ingin berkontribusi membantu anak-anak yang berada di sekitar Kampung Pemulung, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Dalam pertemuan tersebut, Prabowo menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Rusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved