Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BUKAN hanya orang dewasa yang eksis di dunia maya dengan menjadi pemengaruh (influencer), anak-anak pun banyak yang terlibat hingga muncul istilah kidsfluencer.
Kidsfluencer bermula dari orangtua yang membuat konten tentang atau dengan anak, baik sengaja maupun tidak. Konten-konten menggemaskan ini pun berseliweran di sosial media, simak saja konten Abe 'Cekut', Cipung hingga Shabira Alula atau kerap dipanggil Lala.
Kehadiran anak-anak sebagai kidsfluencer ini rupanya memicu kekhawatiran akan potensi eksploitasi anak. Lalu, apakah dengan mengontenkan anak sudah termasuk bentuk eksploitasi?
Baca juga : Enesis Manfaatkan Kekuatan Konten Digital dalam Komunikasi
Mengenai hal tersebut, pakar Psikologi Anak Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Nur Ainy Fardana N MSi atau akrab disapa Neny mengatakan eksploitasi anak berarti menghilangkan hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh anak. Oleh karena itu, perlu dilihat terlebih dahulu bagaimana posisi anak perihal kemunculannya sebagai pemengaruh.
“Eksploitasi atau tidak, perlu dipertimbangkan apakah anak melakukannya dengan perasaan tertekan dan tidak nyaman, atau sebaliknya, yakni anak melakukan dengan senang hati,” kata Neny seperti dilansir dari laman resmi Universitas Airlangga.
Dampak Psikologis dan Emosional
Baca juga : Lewat Keterampilan Digital, Pedagang Bahan Pokok Ini Juga Jadi Konten Kreator
Beberapa orangtua mulanya hanya iseng merekam momen lucu buah hati sebagai bentuk kenang-kenangan. Akan tetapi, dengan mengontenkan keseharian anak seperti saat bermain, makan, dan aktivitas lainnya, justru membuat kaburnya perlindungan privasi anak. Anak pun menjadi lebih sering terekspos kamera.
Menurut Neny, eksistensi anak-anak di dunia hiburan tidak akan menjadi masalah apabila yang dilakukan dalam tujuan mengembangkan minat bakat anak, dan menumbuhkan kreativitas sesuai dengan dunianya. Namun, kondisi psikologis anak harus tetap menjadi perhatian utama.
“Apabila anak terlibat dalam dunia entertainment, harus tetap diperlakukan dengan baik, tanpa menghambat tumbuh kembang fisik, mental, sosial, dan intelektualnya,” ujarnya.
Baca juga : Meta Berlindung dengan Terobosan Baru: Mengamankan Masa Depan Remaja di Instagram dan Messenger
Neny juga menyarankan orangtua harus mengontrol intensitas anak berhadapan dengan kamera. Sebab, seberapa sering anak berhadapan dengan kamera berisiko menghambat tumbuh dan kembang anak.
“Apabila intensitas anak berhadapan dengan kamera dilakukan dalam frekuensi yang sangat sering, serta adanya tuntutan untuk berperilaku tertentu sesuai keinginan orang dewasa, hal tersebut berisiko menghambat anak untuk optimalisasi ekspresi dan eksplorasi,” tuturnya.
Dijadikan sebagai bahan konten oleh orang dewasa secara berlebihan mengakibatkan adanya tekanan mental bagi anak. Sebuah kewajiban bagi orangtua atau orang dewasa untuk tetap memperhatikan hak dan kebutuhan tumbuh kembang anak secara optimal.
Baca juga : Ini 6 Cara Menikmati Konten Seru bersama Galaxy A15 Series
Upaya Perlindungan
Setiap anak memiliki hak yang semestinya untuk dilindungi dan dipenuhi. Neny menyampaikan setidaknya terdapat tiga hak anak yang rentan terabaikan. Pertama, hak pendidikan bagi anak. Kedua, hak anak untuk bermain. Ketiga, hak untuk mendapatkan perlindungan.
“Anak-anak harus tetap mendapatkan layanan dan kesempatan pendidikan yang baik, meski terjun dalam dunia hiburan. Anak juga membutuhkan aktivitas bermain dan bersosialisasi dengan teman sebayanya,” ujarnya.
Baca juga : X Milik Elon Musk Kurangi Lebih dari 1.000 Staf Keamanan
“Selanjutnya, anak-anak yang terlibat dalam kegiatan di dunia hiburan, tetap harus mendapat perlindungan fisik, sosial, dan psikologis,” lanjutnya.
Sebagai salah satu bentuk perlindungan atas hak-hak anak, peranan orangtua menjadi penting. Selain itu, kesempatan bagi anak untuk belajar mengekspresikan perasaan atau pikirannya. Terakhir, kontrol sosial dari masyarakat dalam melindungi anak dari eksploitasi.
“Orangtua yang memegang kendali dan anak-anak harus diajarkan untuk berani mengekspresikan perasaan atau pikiran, jika aktivitas atau tuntutan di luar kapasitasnya. Terakhir, perlu kontrol sosial dari masyarakat agar anak terlindungi dari eksploitasi,” pungkas Neny.(M-3)
POLISI akan memanggi AD, anak perempuan dari musisi ternama Indonesia terkait kasus penyebaran video syur.
PEMAIN muda berdarah Indonesia-Australia Mathew Baker mendapat panggilan untuk tim U-17 Australia. PSSI merespons Mathew tetap akan bersama Indonesia untuk tim U-17
Facebook, baru-baru ini, mengumumkan visi menuju era baru yang berfokus pada pembangunan media sosial generasi berikutnya bagi pengguna dewasa muda.
Strategi komunikasi dan branding untuk mempromosikan kawasan wisata di daerah seperti Banyumas, Jawa Tengah, menjadi isu krusial yang memerlukan tindakan konkret.
Pemilik dan pencinta anjing, jangan lewatkan hari fotografi anjing nasional. Yuks foto hewan peliharaanmu dan bagikan di media sosial.
Pemerintah lakukan monitoring isu media sosial untuk susun strategi komunikasi publik
GRUP Telegram 'DEFLAMINGO COLLECTION' yang dikelola MAFA, 20, untuk menjual video porno anak memiliki 25 ribu member.
KPAI mencatat kasus prostitusi daring atau eksploitasi secara daring dari 2021-2023 mencapai 481 kasus yang teradukan. Jumlah tersebut disebut hanya sebagai fenomena gunung es.
AJ McLean dari Backstreet Boys ungkap bagaimana boy band mereka dieksploitasi mantan manajer Lou Pearlman dalam seri dokumenter Netflix, Dirty Pop: The Boy Band Scam.
KPAI sebut 4 dari 19 anak yang terlibat sebagai talent kasus eksploitasi daring dengan dijual menjadi PSK melalui media sosial X dan Telegram, sudah didampingi.
SEORANG muncikari berinisial RTH (18) diamankan Tim Subdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Bangka Belitung, Senin (22/7) malam.
Nilai Transkasi Kasus Eksploitasi Anak yang Dijual Jadi PSK di X dan Telegram Capai Rp9 M.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved