Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Pengunjuk Rasa Bakar Foto Jenderal Senior Min Aung Hlaing

Atikah Ishmah Winahyu
03/7/2021 17:29
Pengunjuk Rasa Bakar Foto Jenderal Senior Min Aung Hlaing
Para pengunjuk rasa membawa poster dengan gambar pemimpin junta militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing di Yangon, Myanmar, Sabtu (3/7).( STR / AFP)

PARA pengunjuk rasa membakar peti mati tiruan dan foto penguasa militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing dalam demonstrasi terbaru menentang kudeta pada Sabtu (3/7).

"Semoga Anda tidak beristirahat dengan tenang" dan "Semoga hari ulang tahun dan hari kematian Anda sama," begitu bunyi pesan di karangan bunga di Kotapraja Theinzayet. Protes serupa terjadi di banyak wilayah di Myanmar.

"Kami membakar ini sebagai kutukan," kata seorang pengunjuk rasa di Kota Mandalay, membakar setumpuk foto Jenderal Min Aung Hlaing.

Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari 2021 dengan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Padahal Suu Kyi telah membawa reformasi demokrasi yang telah membawa Myanmar keluar dari isolasi di bawah junta sebelumnya.

Jenderal Min Aung Hlaing seharusnya pensiun setelah ulang tahunnya yang ke-65 tetapi usia wajib pensiun dibatalkan setelah kudeta militer.

Pihak militer mengatakan asumsi kekuasaan Min Aung Hlaing sejalan dengan konstitusi.

Sebaliknya Sang Jenderal menuduh terjadi kecurangan dalam pemilihan November 2020 yang dimenangi oleh partai Suu Kyi meskipun tuduhan itu dibantah oleh badan pemilihan sebelumnya.

Setelah berkuasa, pihak junta telah berjuang untuk memaksakan otoritasnya dan membungkam kebebasan bersuara dan melakukan tindakan brutal terhadap para demonstran.

Protes terjadi di banyak bagian Myanmar hampir terjadi setiap hari. Aksi pemogokan telah memukul bisnis resmi dan swasta serta pertempuran berkobar di perbatasan.

Selain itu,  sekitar 200 ribu orang Myanmar melarikan diri dari rumah mereka akibat ancaman dari pihak penguasa.

Menurut angka dari briefing PBB minggu ini, lebih dari 880 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan dan lebih dari 5.200 orang ditahan sejak kudeta.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Myanmar membantah angka-angka itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Sabtu (3/7).

Kemenlu Myanmar menilai angka itu sebagai fakta yang tidak dapat diverifikasi. Namun otoritas Myanmar juga tidak memberikan perkiraannya sendiri terkait jumlah kematian dan penahanan. Sejumlah tahanan dibebaskan minggu ini.

Kemenlu Myanmar juga mengeluh bahwa situs PBB memuat tautan ke Pemerintah Persatuan Nasional bawah tanah yang dibentuk oleh penentang junta. Kedua kelompok saling mencap teroris satu sama lain.

Pengambilalihan kekuasaan oleh pihak militer di Myanmar dikutuk oleh negara-negara Barat, beberapa di antaranya telah menjatuhkan sanksi terbatas.

Amerika Serikat pada Jumat (2/7) menambahkan empat perusahaan yang katanya mendukung militer ke daftar hitam perdagangannya dan menjatuhkan sanksi pada pejabat militer utama. (Aiw/Straitstimes/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya