Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SERING mendengarkan lagu galau ternyata tidak hanya mempengaruhi suasana hati, tetapi juga dapat memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental seseorang. Hal ini diungkapkan dalam hasil penelitian dan pandangan dari berbagai ahli di bidang psikologi.
1. Menyebabkan Depresi Berkepanjangan
Mendengarkan lagu galau yang terus-menerus dapat meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh, hormon yang muncul sebagai respons terhadap stres dan ketidaknyamanan emosional. Hal ini dapat memperburuk suasana hati dan memperbesar risiko terkena depresi, terutama bagi individu yang cenderung mudah larut dalam perasaan.
Baca juga : Ini Perbedaan Postpartum Depression dan Baby Blues Syndrome Menurut Psikolog
2. Mengurangi Semangat Hidup
Atmosfer melow dari lagu-lagu galau dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Sering mendengarkan lagu galau dapat mengurangi produktivitas dan membuat seseorang cenderung merasa bahwa kesedihan adalah sesuatu yang patut dialami secara berkelanjutan.
3. Emosi Tak Terkendali
Baca juga : Hobi Menimbun Barang Lama? Waspada, Bisa jadi Hoarding Disorder
Efek psikologis dari mendengarkan lagu-lagu galau juga dapat membuat seseorang sulit mengendalikan emosi. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang menjadi mudah tersinggung, kesulitan dalam menanggapi situasi dengan tenang, dan berpotensi mengalami gangguan psikologis jika tidak ditangani dengan baik.
Irma Gustiana Andriani, Psikolog dari Universitas Indonesia sekaligus pakar Self-Growth menegaskan bahwa ketidakmampuan mengendalikan emosi yang disebabkan oleh seringnya meresapi kesedihan melalui musik dapat berujung pada gangguan psikologis serius.
Namun demikian, bukan berarti kita tidak boleh sama sekali mendengarkan lagu galau. Menurut para ahli, penting untuk mengatur durasi dan intensitas mendengarkan lagu-lagu tersebut. Disarankan untuk menyelipkan lagu-lagu ceria atau yang memiliki muatan positif untuk menjaga keseimbangan emosional.
Baca juga : Kesehatan Mental Generasi Muda Penting dalam Proses Pembangunan Bangsa
Rekomendasi Aktivitas Alternatif
Untuk menjaga keseimbangan emosional dan mengurangi ketergantungan pada lagu-lagu galau, ada beberapa aktivitas lain yang bisa Anda pertimbangkan:
1. Berolahraga
Aktivitas fisik seperti berlari, bersepeda, atau yoga dapat membantu melepaskan endorfin dan meningkatkan suasana hati secara alami.
Baca juga : Ini Ciri-Ciri Ibu Hamil yang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental
2. Membaca atau Menulis
Menyalurkan perasaan melalui membaca buku atau menulis jurnal dapat membantu memproses emosi dengan lebih baik.
3. Berinteraksi Sosial
Bertemu dengan teman-teman atau keluarga untuk berbicara atau melakukan aktivitas menyenangkan bersama dapat mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan mood.
4. Mendengarkan Musik Positif
Selain lagu-lagu galau, dengarkan juga musik yang ceria, enerjik, atau yang memiliki pesan positif untuk mengangkat semangat.
5. Kegiatan Kreatif
Menggambar, melukis, atau bermain musik sendiri bisa menjadi cara yang baik untuk mengekspresikan diri dan memusatkan pikiran pada hal-hal positif.
Mendengarkan lagu galau sesekali mungkin bisa membantu dalam menghadapi emosi negatif, tetapi perlu diingat bahwa hal ini harus dilakukan dalam batas yang sehat. Penting untuk mencari keseimbangan dalam aktivitas harian dan mengadopsi kegiatan yang mendukung kesehatan mental secara menyeluruh. Dengan memilih aktivitas yang tepat, Anda dapat membantu menjaga keseimbangan emosional dan meningkatkan kualitas hidup Anda.
Ibu baru membutuhkan kerja keras karena harus siap setiap saat untuk bayinya. Karena itu, ibu yang baru melahirkan membutuhkan dukungan dari suami dan anggota keluarga yang lain.
Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dengan sebanyak 2 persen yang didominasi dari latar belakang ekonomi bawah.
PERMASALAHAN judi online tidak hanya terkait perspektif ekonomi. Masalah ini juga terkait perspektif kesehatan mental hingga problem sosial.
Studi di Denmark menunjukkan orang dewasa yang sering pindah rumah saat kecil berisiko lebih tinggi mengalami depresi, dibandingkan yang tinggal di komunitas yang sama.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network mengungkapkan bahwa sering menunda waktu makan malam dapat meningkatkan risiko seorang pekerja
Mindfulness ternyata berhubungan dengan peningkatan regulasi emosi, perhatian, dan pengendalian diri.
Masalah kesehatan mental kini sudah mendunia. Diperkirakan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki akan mengalami depresi berat dalam hidupnya.
Penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Jateng, banyak di antara siswa atau siswi jenjang SMA sederajat mengalami gejala gangguan mental.
Meskipun orangtua mungkin merasa telah memberikan dukungan yang memadai, sering kali terdapat kesenjangan antara persepsi mereka dan kenyataan yang dirasakan oleh anak-anak mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved