Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PROGRESIVITAS kasus miopia atau yang lebih dikenal dengan rabun jauh atau mata minus pada anak usia sekolah dilaporkan terus meningkat. Salah satu pemicunya alah transformasi digital dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang masif dilakukan sejak pandemi covid-19 pada 2020. Bahkan, para ahli memprediksi bahwa lebih dari 50% populasi di dunia akan mengalami miopia pada 2050.
Hal itu tentu saja menimbulkan keprihatinan dunia kesehatan. Bila pertumbuhannya tidak terkendali, miopia bisa menyebabkan permasalahan mata yang lebih serius seperti katarak, glukoma, ablasi retina, dan degenerasi macula di kemudian hari.
Karena itu, intervensi dini terhadap miopia menjadi hal mutlak dilakukan. Salah satunya memberikan edukasi masif kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama orangtua, guru, tenaga kependidikan, dan pelajar tentang pentingnya mengelola miopia pada anak, termasuk upaya deteksi dan intervensi dini.
Baca juga : Terapi Ortho K, Bentuk Ulang Struktur Kornea Atasi Gangguan Penglihatan
Dokter spesialis mata lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dr. Ratna Dewi Dwi Tanto, Sp.M mengaku prihatin dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap miopia dan pentingnya pemeriksaan mata sejak dini. Padahal, pemeriksaan mata secara dini dan rutin dapat membantu mempercepat penanganan dan mengurangi kondisi Myopia yang diderita anak.
Menurut dokter yang berkontribusi memberikan edukasi di Sekolah Santo Yakobus Jakarta Utara itu, banyak faktor yang menjadi alasan miopia belum menjadi perhatian bersama, termasuk di lingkungan medis, antara lain kurangnya pemahaman tentang risiko jangka panjang yang bisa menimbulkan penyakit mata serius seperti degenerasi makula atau retinal detachment, serta kebanyakan anak cenderung tidak mengeluhkan kelainan pandangannya yang buram.
Disebutkan, masyarakat juga belum banyak yang mengetahui tentang opsi pengendalian miopia yang efektif, seperti terapi kacamata khusus, lensa kontak, atau terapi farmakologis. Bahkan, katanya, di tengah masyarakat muncul persepsi bahawa miopia ialah masalah kosmetik belaka yang dapat diatasi dengan kacamata atau lensa kontak, tanpa menyadari potensi konsekuensi jangka panjangnya. Bahkan, ada mitos yang sangat menyesatkan di beberapa kalangan masyarakat yang meyakini bahwa memakai kacamata pada usia dini ialah aib.
Baca juga : Lensa Mata ini Klaim Mampu Tahan Laju Miopia
Ada data menarik dari produsen lensa asal Jepang Hoya Vision Care yang secara berkelanjutan mengadakan kegiatan Miyosmart Goes to School (MGTS) untuk memasifkan edukasi tentang bahaya miopia jika tak terkendali. Pada tahun ini, MGTS dilakukan lebih masif dalam kegiatan memperingati Myopia Week yang digelar di sejumlah sekolah pada 13-19 Mei 2024.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di berbagai sekolah pada 800 anak usia 5-15 tahun atau tingkat TK hingga SMP, 67% terdeteksi mengalami gangguan refraksi dan 56% di antaranya merupakan miopia. Dari jumlah tersebut, hanya kurang dari 50% yang telah dikoreksi atau mendapatkan penanganan berupa kacamata single vision," papar Managing Director Hoya Lens Indonesia, Dodi Rukminto, dalam pernyataannya, Senin (20/5).
"Kami pun menginformasikan ada opsi kontrol yang telah teruji klinis dan terbukti efektif menahan pertumbuhan miopia rata-rata 60% dengan lensa kacamata terapi Miyosmart," kata Dodi.
Sebagai informasi, Miyosmart merupakan lensa kacamata terapi rabun jauh hasil inovasi Hoya yang sudah melewati uji klinis selama 6 tahun. Selain mampu mengoreksi dan menghadirkan penglihatan yang jelas, kelebihan dari lensa kacamata terapi ini ialah dapat menahan pertumbuhan miopia pada anak secara bersamaan. (Z-2)
Orangtua disarankan melarang anak usia di bawah satu tahun menatap layar gawai serta membatasi waktu layar anak usia satu sampai tiga tahun maksimal satu jam.
Mata adalah organ yang sangat sensitif terhadap cahaya. Saat kita melihat matahari atau terpapar cahaya yang sangat terang, sering kali mata kita akan berair.
Tanpa deteksi dini dan perawatan medis, penyakit glaukoma ini akan mengakibatkan kebutaan permanen.
Sekitar 80% kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak. Operasi menjadi satu-satunya cara untuk memulihkan penglihatan pasien.
Masyarakat harus menyadari perubahan yang terjadi pada penglihatan seperti pandangan terasa berkabut, ada bayangan lingkaran atau pandangan menjadi keruh.
KOMITE Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara dr Agus Dwi Susanto menjelaskan terdapat 3 dampak dari buruknya kualitas udara di suatu kota
Kasus peningkatan signifikan mata minus atau Myopia Booming kini menjadi perhatian serius, terutama karena dapat berdampak buruk pada masa depan anak-anak
RS Mata JEC@Kedoya menjadi penyedia layanan SMILE terbanyak (Top Contributor) di Indonesia.
Terapi Ortho K merupakan sebuah metode yang dilakukan untuk mengoreksi kelainan penglihatan. Caranya adalah dengan membentuk ulang struktur kornea.
Menjaga kesehatan mata sangat penting untuk menghindarkan kita dari gangguan penglihatan
Masalah kesehatan pada mata umumnya diakibatkan kebiasaan menatap layar untuk menunjang beragam aktivitas yang lazim dilakukan secara online
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved