Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENELITI tuberkulosis dan akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ahmad Fuady mengatakan penderita tuberkulosis rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena kerap dikucilkan oleh lingkungan mereka.
"Yang kena tuberkulosis, apalagi yang resistan obat, mereka masih mengalami mental health yang terganggu, gimana kerjaannya, gimana kalau ditinggal teman, dikeluarkan dari kerjaan, ditinggal pasangan. Mereka butuh support psikologis," kata Ahmad dalam konferensi pers Hari Tuberkulosis bersama Stop TB Partnership Indonesia (STPI) di Jakarta, Senin (25/3).
Ahmad mengatakan, dalam penelitian yang pernah ia lakukan di tujuh provinsi di Indonesia, sebanyak 61% orang mengalami stigmatisasi tuberkulosis, dan 31% di antara mereka mengalami depresi.
Baca juga : Tantangan Indonesia Emas 2045, Menciptakan Generasi Sehat Mental
Pengukuran tingkat depresi pasien tuberkulosis ada pada bagaimana stigmatisasi masyarakat yang dialamatkan pada pasien, adanya depresi atau kecemasan terhadap pekerjaan dan reaksi keluarga, dan bagaimana kualitas hidupnya setelah didiagnosa terkena tuberkulosis.
Ahmad mengatakan perlu adanya intervensi dari berbagai pihak baik pribadi maupun komunitas penyintas tuberkulosis agar bisa membangun sebuah sistem dukungan yang bisa menurunkan masalah kecemasan mereka.
"Yang sedang kami lakukan di dua provinsi, yaitu Depok dan Padang, kami ukur kalau ada pasien datang pertama kali terdiagnosis tuberkulosis, baik sensitif maupun kebal, ditanya ada nggak masalah mentalnya, kalau ada kita skrining dan diarahkan ke pertemuan kelompok," katanya.
Baca juga : Studi Kaukus Keswa: Pemilu 2024 Tingkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi
Grup konseling dilakukan dengan memberikan ruang pada penderita tuberkulosis mengekspresikan keluh kesah mereka dan saling membantu satu sama lain karena memiliki kesamaan yang bisa dibagikan.
Konseling juga bisa dilakukan untuk keluarga yang kerap mengucilkan anggota keluarga lainnya yang terkena tuberkulosis, agar mereka tetap bisa diterima di lingkungan keluarga.
Dukungan juga bisa diwujudkan dari lingkungan pekerjaan dengan memberikan hak-hak bagi penderita tuberkulosis jika mereka pergi ke pusat kesehatan.
Ahmad mengatakan perusahaan sebaiknya tidak mengeluarkan karyawan karena tuberkulosis, diberikan keleluasaan untuk berobat, dan tidak dipotong gaji saat izin berobat setidaknya 2 bulan atau 2 minggu sampai pasien merasa lebih baik.
Bagi pekerja yang memiliki risiko terpapar silika di pekerjaannya, perusahaan diharapkan memberikan fasilitas skrining agar tuberkulosis bisa dicegah lebih awal. (Ant/Z-1)
Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dengan sebanyak 2 persen yang didominasi dari latar belakang ekonomi bawah.
Masalah kesehatan mental kini sudah mendunia. Diperkirakan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki akan mengalami depresi berat dalam hidupnya.
Penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Jateng, banyak di antara siswa atau siswi jenjang SMA sederajat mengalami gejala gangguan mental.
PERMASALAHAN judi online tidak hanya terkait perspektif ekonomi. Masalah ini juga terkait perspektif kesehatan mental hingga problem sosial.
Mindfulness ternyata berhubungan dengan peningkatan regulasi emosi, perhatian, dan pengendalian diri.
Meskipun orangtua mungkin merasa telah memberikan dukungan yang memadai, sering kali terdapat kesenjangan antara persepsi mereka dan kenyataan yang dirasakan oleh anak-anak mereka.
Ibu baru membutuhkan kerja keras karena harus siap setiap saat untuk bayinya. Karena itu, ibu yang baru melahirkan membutuhkan dukungan dari suami dan anggota keluarga yang lain.
Studi di Denmark menunjukkan orang dewasa yang sering pindah rumah saat kecil berisiko lebih tinggi mengalami depresi, dibandingkan yang tinggal di komunitas yang sama.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network mengungkapkan bahwa sering menunda waktu makan malam dapat meningkatkan risiko seorang pekerja
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved