Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DERMATITIS atopik atau yang sering disebut sebagai eksim atopik adalah penyakit kulit dengan spektrum luas yang dapat mengenai semua usia mulai dari bayi sampai kaum lanjut usia (lansia).
Pasien dermatitis atopik dapat mengalami kekambuhan yang ditandai dengan timbulnya kembali bercak kulit kemerahan yang terkadang membasah. Pada saat kambuh, penyakit ini dapat mengganggu karena rasa gatal.
Selama ini, obat minum untuk dermatitis atopik yang parah umumnya bersifat menekan sistem kekebalan tubuh dan memiliki berbagai efek samping. Penggunaan obat standar, misalnya obat oles, yaitu pelembap dan kortikosteroid topikal, serta obat minum antihistamin H1 (AH1) belum sepenuhnya mengurangi keparahan dan mencegah kekambuhan dermatitis atopik.
Oleh karena itu, diperlukan obat yang efektif dan aman bagi pasien yang dapat meminimalisir efek samping terhadap pasien.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Endi Novianto, SpKK(K) dalam disertasinya yang berjudul 'Efektivitas Penambahan Simetidin pada Pengobatan Dermatitis Atopik Ekstrinsik-Akut: Kajian terhadap Kadar Serum Imunoglobulin E, Interferon-y, Interleukin-12, dan Interleukin-4' mengajukan obat simetidin sebagai alternatif penyembuhan dermatitis atopik ekstrinsik-akut.
Menurutnya, Simetidin sebagai antihistamin H2 (AH2) berpotensi untuk mengobati dermatitis atopik ekstrinsik bagi pasien yang mengalami kekambuhan. Pada dosis 25–40 mg/kg berat badan per hari diperkirakan simetidin dapat meningkatkan pembentukan zat tertentu yang dihasilkan oleh sel penyaji antigen. Zat tersebut akan mengembalikan respons sistem kekebalan tubuh yang diperantarai sel dan mengurangi respons alergi.
"Proses inilah yang diharapkan menurunkan pembentukan imunoglobulin E (IgE) dan kemudian mengurangi keparahan dermatitis atopik. Tidak ada bukti sebelumnya bahwa simetidin dapat mengobati dermatitis atopik ekstrinsik yang mengalami kekambuhan, yang diukur secara objektif, klinis, dan laboratoris,” ujar Endi pada sidang promosi doktor beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pemilihan obat simetidin merupakan pilihan yang sangat tepat. Selain murah, simetidin juga dapat mengurangi keparahan penyakit secara klinis dan mengurangi rasa gatal yang dapat dilihat efeknya pada minggu ke-2 mesti baru terlihat bermakna pada minggu ke-6. Hal ini tentu akan sangat membantu pasien dan keluarga, baik dari segi subjektif maupun objektif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penambahan simetidin, selain terapi standar, lebih baik dalam menurunkan keparahan klinis pasien dermatitis atopik ekstrinsik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, ia menyarankan penambahan simetidin dengan dosis 25–40 mg/kgBB/hari atau maksimal 1.200 mg/hari selain terapi standar seperti obat minum AH1, obat oles kortikosteroid, dan pelembap, untuk mengurangi keparahan klinis, mengurangi rasa gatal, dan menurunkan kadar serum IgE pasien dermatitis atopik ekstrinsik yang mengalami kekambuhan.
Sementara itu Ketua Sidang yang juga merupakan Dekan FKUI Prof Ari Fahrial Syam menilai hasil penelitian itu sangat menarik untuk terus dikembangkan. Sebab, umumnya pasien-pasien dengan atopik itu stres juga dan cemas karena bolak-balik gatal dan meningkatkan asam lambungnya.
"Jadi pas juga ini kalau kita obati dengan antagonis H2 reseptor, asam lambungnya bisa ditekan dan gatalnya dikurangi. Jadi, riset S3 ini membuktikan hal tersebut, walaupun disebutkan tadi bahwa pada riset ini masih perlu dibuktikan lagi secara imunologinya, tetapi secara klinis ini suatu double-blind control trial, jadi cukup signifikan," kata Prof Ari.
Dalam profilnya, Endi Novianto tercatat sebagai staf pengajar Dermatologi dan Venereologi FKUI. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Divisi Dermato Alergi Imunologi di Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM. Promotor pada sidang promosinya adalah Guru Besar Dermatologi dan Venereologi FKUI Prof Dr dr Rustarti Retno W Soebaryo, SpKK(K) dengan ko-promotor Dr dr Tjut Nurul Alam Jacoeb, SpKK(K), dan Dr dr Wresti Indriatmi, SpKK(K), MEpid.(H-2)
Obat generik memiliki kualitas produk yang setara obat paten. Produksinya mengikuti standar internasional, Good Manufacturing Practises (Cara Pembuatan Obat yang Baik).
Sebelum mengonsumsi obat cacing, yuks pahami dulu risiko kesehatan yang mungkin timbul.
Polri mengungkap fakta baru dalam penyitaan ribuan botol obat perangsang. Itu dijual ke kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Penting bagi masyarakat untuk memahami bahaya obat palsu dan obat kadaluarsa yang beredar tanpa izin agar tidak mengalami risiko gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi obat palsu
ADA sejumlah faktor risiko penyebab bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan. Contohnya, faktor genetik dan penggunaan obat-obatan.
Mengatasi batuk tidak selalu memerlukan obat-obatan kimia. Beberapa bahan alami terbukti efektif untuk meredakan batuk.
PENGURUS Harian YLKI Agus Sujatno mengatakan upaya komunikasi terkait harga obat di pasaran oleh pemerintah kepada produsen alat kesehatan dan industri farmasi harus diapresiasi
Dosen Pascasarjana Teknik Biomedis Universitas Indonesia Ahyahudin Sodri melihat industri farmasi dan alat Kesehatan Tanah Air masih menghadapi banyak kendala.
Presiden Jokowi Instruksikan Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk mencari formulasi yang tepat agar harga alat-alat kesehatan dan obat-obatan bisa lebih murah
Pendapatan Indofarma sebesar Rp524 miliar pada 2023 tercatat turun sebesar 54,2% pendapatan 2022 yang mana pada waktu itu berada di angka Rp1,1 triliun.
Pada sektor farmasi, saat ini bahan baku obat-obatan sebanyak 90% masih diimpor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved