Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Ini yang Terjadi pada Indeks Dolar AS jika Donald Trump Jadi Presiden

Andhika Prasetyo
24/7/2024 07:54
Ini yang Terjadi pada Indeks Dolar AS jika Donald Trump Jadi Presiden
Calon Presiden AS Donald Trump(AFP)

Peneliti Senior CORE Indonesia Etika Karyani menyebut, apabila Donald Trump memenangi pemilihan presiden di AS, dampaknya terhadap indeks dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan signifikan

"Isu yang terdekat ini kan bagaimana kondisi Amerika Serikat setelah adanya potensi kemenangan Donald Trump yang cukup terbuka lebar pascamundurnya Joe Biden. Jika Trump kembali memenangi Pilpres, dampaknya terhadap indeks dolar AS tidak akan signifikan," ujarn Etika di Jakarta, Selasa (23/7).

Ketika Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS pada 2017 silam, indeks dolar AS memang mengalami penguatan sehingga melemahkan nilai tukar mata uang negara lain. Namun, untuk tahun ini, itu tidak akan banyak berpegaruh karena pasar lebih merujuk pada kebijakan Federal Reserve (The Fed).

Baca juga : Rupiah Menguat saat Optimisme terhadap Pemerintah Prabowo

"Apa yang terjadi pada 2017 tidak akan terulang. Karena apa? Ada potensi pasar justru melihat kebijakan The Fed itu mungkin akan lebih berperan dan kebijakan The Fed itu akan jadi longgar," tuturnya.

Menurut Etika, The Fed mungkin bakal menurunkan suku bunga yang diekspektasikan sekali di tahun 2024. Bank Indonesia memperkirakan itu bakal terjadi pada November mendatang.

Di sisi lain, Trump mengatakan dirinya akan menghentikan perang Rusia dengan Ukraina dan perang Palestina melawan Zionis Israel apabila memenangi Pemilihan Presiden AS 2024. Namun, perang dagang dengan Tiongkok dinyatakan bakal tetap berlanjut.

"Kalau ini terjadi, ada potensi pasar saham di Asia justru berguguran karena kondisi Tiongkok sebagai salah satu negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu sedang mengalami permasalahan setelah pertumbuhan di kuartal II-2024 ini sebesar tercatat pertumbuhannya sampai 4,7%, yang sebelumnya diekspektasikan 5,1%. Kalau ini terjadi, harga saham di Asia akhirnya berguguran (akibat) dampak dari kebijakan Trump," tandas Etika.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya