Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Hapus Skill Gap dengan Literasi Digital

Budi Ernanto
13/7/2024 21:19
Hapus Skill Gap dengan Literasi Digital
Anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital Santi Indra Astuti.(DOK KEMENKOMINFO)

PENINGKATAN angka pengangguran yang menjadi fenomena saat ini di seluruh dunia tidak hanya disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan, tetapi juga dipengaruhi adanya kesenjangan keterampilan atau skill gap. Digitalisasi yang cepat dan meluas merubah sifat kebutuhan pekerjaan. 

Itu sebabnya literasi digital menjadi penting diterapkan oleh semua orang untuk masuk dalam dunia kerja. Saat ini, karyawan butuh literasi digital untuk masuk dalam beberapa teknologi baru dan mengikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat. 

Namun saat ini ketersediaan Sumber Daya Manusia terbilang rendah jika dibanding dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang syarat akan literasi digital. Banyak perusahaan sekarang kesulitan mencari karyawan dengan kriteria SDM yang sudah terliterasi digital. Hal tersebut membuktikan bahwa lapangan pekerjaan sebenarnya masih terbuka dengan lebar, namun SDM yang sesuai dengan lapangan pekerjaan tersebut yang masih minim. 

Baca juga : Peran Orang Tua Jadi Faktor Penting untuk Keamanan Anak di Ruang Digital

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir memprediksi pada tahun 2030 akan ada sembilan jenis lapangan pekerjaan yang hilang. Hal ini menyusul gencarnya digitalisasi hampir pada semua sektor, yang tidak hanya menghadirkan peluang tetapi juga ada efeknya.

Untuk mengingatkan masyarakat akan fenomena tersebut, sekaligus mencegah adanya kesenjangan keterampilan (skill gap), Kementerian Komunikasi dan Informasi mengadakan diskusi yang digelar secara virtual Obral-obrol Literasi Digital (OOTD) dengan tajuk "Kenali dan Atasi Skill Gap" pada Jumat 12 Juli 2024. 

Menurut Santi Indra Astuti, Anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital yang jadi pembicara dalam OOTD tersebut, skill gap sebenarnya lazim terjadi ketika adanya perkembangan teknologi. Terlebih lagi jika teknologi tersebut sudah menjadi masif dan menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat. 

Baca juga : Indonesia Ajak Negara-negara Asia Pasifik Kembangkan Inovasi Digital

Munculnya teknologi baru, lanjutnya, akan butuh difasilitasi oleh tenaga kerja baru. Celah ini lah yang harus juga diimbangi oleh kemampuan SDM agar tidak terjadi skill gap.  

"Lapangan pekerjaan bisa jadi berkah, tapi juga bisa jadi bencana ketika kita tidak bisa memanfaatkannya," ujar Santi. 

Skill gap ternyata juga dapat merugikan pihak perusahaan yang tentunya dapat berdampak pada perekonomian dan pendapatan negara. Pasalnya, jika SDM tidak menguasai teknologi yang ada, produktivitas dan efisiensi perusahaan jelas akan menurun.  

Baca juga : Startup MySkill Bantu Kalangan Generasi Muda Tingkatkan Kompetensi

"Yang pasti produktifitas dan efisiensi menurun ketika apa yang seharusnya menjadi sebuah skill yang harus dikuasai untuk menyelesaikan pekerjaan itu tetapi hal tersebut tidak dikuasai oleh SDM-nya. Tentu produktifitas dan efisiensi menurun," ujar Ary Wibowo, anggota SIP Institute & Indonesia Membangun Pemimpin. 

Tidak hanya mengadakan diskusi secara daring, Kominfo juga membuka peluang masyarakat untuk mengasah kemampuan digitalisasi dengan membuat sejumlah program pelatihan. Peluang itu tentu terbuka bagi masyarakat umum, pelajar, pengusaha hingga pekerja. 

"Kalau pelatihan kita sudah banyak ya. Kita banyak adakan pelatihan terkait hal-hal yang berbau dengan digital," tutup Teguh Surya, Anggota Bidang Literasi Digital Kominfo. (Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya