Kedermawanan bukan Ilusi

24/1/2025 05:00
Kedermawanan bukan Ilusi
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

JIKA bicara soal kepedulian terhadap sesama, orang Indonesia jangan ditanya. Mereka sangat peduli. Care abis kalau kata anak muda sekarang. Simpati dan empati mereka tak pernah surut ketika ada warga lain tertimpa oleh musibah, kemalangan, atau kesusahan. Warga Tanah Air tidak hanya selalu enteng mengulurkan tangan menjadi relawan, tapi juga dermawan.

Ini bukan cuma klaim. Karakter dan sikap itu nyata adanya dan sudah diakui dunia internasional. Kalau tidak, bagaimana mungkin lembaga sekelas Charity Aid Foundation (CAF) menobatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia selama tujuh tahun berturut, sejak 2017 hingga 2024. Tolong catat, tujuh tahun berturut-turut, bukan cuma satu-dua tahun di posisi puncak lalu anjlok.

CAF merupakan lembaga internasional yang mengukur tingkat kedermawanan negara-negara di dunia. Setiap tahun mereka merilis hasil survei global yang didasari sejumlah indikator untuk menentukan level kedermawanan suatu negara. Beberapa di antaranya persentase menolong orang yang tidak dikenal, jumlah donatur, dan kegiatan sukarelawan.

Ini jelas bukan abal-abal karena survei itu melibatkan 145 ribu responden dari 142 negara. Survei tersebut kemudian menghasilkan indeks kedermawanan dunia (world giving index). Nah, selama tujuh tahun terakhir, termasuk laporan terbaru yang dirilis Desember 2024, Indonesia selalu mendapatkan nilai tertinggi dan memuncaki peringkat indeks kedermawanan itu.

Itu baru satu bukti, yakni dari sisi data survei. Kalau Anda masih belum teryakinkan dengan data, Anda bisa lihat fakta di lapangan. Hari-hari ini mungkin saat yang cukup tepat untuk melihat seberapa dermawannya warga +62 mengingat sejak pertengahan tahun lalu Indonesia sedang dilanda banyak bencana alam.

Mulai bencana yang berkaitan dengan geologi (gempa bumi, gunung meletus dll), bencana kekeringan, hingga bencana hidrometeorologi yang kini sedang kuat-kuatnya. Termasuk yang terjadi baru-baru ini seperti bencana tanah longsor di Kabupaten Pekalongan yang merenggut sedikitnya 22 korban jiwa, serta banjir di sejumlah tempat yang tak hanya memaksa ribuan orang mengungsi karena rumah mereka terendam, tapi juga melumpuhkan jalur transportasi.

Bencana alam sejak dulu menjadi salah satu momen musibah yang mampu menghimpun simpati dan empati masyarakat. Setiap terjadi bencana, hasrat untuk membantu sesama seolah tidak terbendung. Bantuan masyarakat, baik dalam bentuk materi maupun nonmateri, pasti langsung mengalir begitu kabar tentang terjadinya bencana di satu tempat beredar. Tanpa melihat latar belakang sosial, siapa pun korbannya bantuan bakal cepat meluncur.

Sebuah penelitian yang pernah dilakukan sebuah lembaga nonprofit menyodorkan satu kesimpulan menarik bahwa kedermawanan orang Indonesia bisa terjaga di level tinggi karena makin ke sini kesadaran sosial masyarakatnya makin meningkat. Salah satu indikasinya, aktivitas seperti penggalangan donasi, kegiatan amal untuk korban bencana ataupun korban kejahatan, kian diminati. Tidak cuma oleh kaum tua, tapi juga anak-anak muda.

Namun, yang menarik, berseberangan dengan tingkat kedermawanan yang tinggi, negara ini juga dikenal sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Itu tergambar dari indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia yang terus anjlok. Sejak 2022, IPK Indonesia berada di angka 34 dan tidak berubah pada 2023 dan 2024. Menurut catatan Transparency International Indonesia, kini Indonesia berada di peringkat ke-110 dari 180 negara. Makin rendah peringkatnya, makin korup negara itu.

Barangkali, kontradiksi antara indeks kedermawanan dan indeks korupsi itulah yang bisa menjelaskan mengapa di negeri ini kerap terjadi praktik lancung menggarong uang donasi atau anggaran bantuan bagi korban bencana. Di satu sisi hasrat membantu sesama melimpah, tapi di sisi lain tak kurang gairah melakukan rasuah. Ibarat tangan satu senang berbagi, tangan lainnya gemar mencuri.

Banyak contohnya, termasuk yang pernah dilakukan seorang menteri di era Presiden Jokowi yang tega menilap anggaran bantuan sosial (bansos) penanganan pandemi covid-19. Dalam lingkup penyalahgunaan nonanggaran negara, PPATK pada 2022 juga pernah mengungkap ada 176 lembaga filantropi yang menyelewengkan dana donasi, terutama ke pengurus sendiri.

Mungkinkah hal-hal seperti itu, jika terus terakumulasi, bakal menyurutkan kedermawanan dan kemurahan hati orang Indonesia? Bisa jadi begitu. Kalau boleh berandai-andai, ketika kebaikan terus-menerus diselewengkan, tentu saja yang akan muncul ialah ketidakpercayaan. Lama-lama orang jadi trauma, takut melakukan kebaikan. Kedermawanan pun meluntur, rasa empati lenyap.

Lalu, beberapa tahun dari sekarang, saat CAF merilis indeks kedermawanan, tiba-tiba peringkat Indonesia anjlok. Posisinya tak lagi di papan atas, tapi nyungsep mendekati posisi indeks antikorupsi Indonesia yang pada saat sama juga tak pernah beranjak dari papan dasar. Duh, ngeri kali pengandaian saya. Semoga itu cuma ilusi.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima