Memodifikasi Perasaan

13/12/2024 05:00
Memodifikasi Perasaan
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

WARGA Jabodetabek sedang tidak enak perasaan. Harap-harap cemas, resah, gelisah, bahkan dicekam ketakutan akibat hantu yang menakutkan.

Hantu itu bukanlah kuntilanak, genderuwo, wewe gombel, buto ijo, suster ngesot, atau pocong. Pasti juga bukan Anies Baswedan yang oleh M Qodari disebut hantu bagi pemilih minoritas. Qodari ialah pengamat politik, pemilik lembaga survei yang kini menjadi pejabat negara. Jabatannya tak main-main, Wakil Kepala Staf Kepresidenan.

Dalam sebuah siniar jelang Pilkada Jakarta 2024, ia menyebut dukungan Anies kepada Pramono Anung-Rano Karno justru menguntungkan Ridwan Kamil-Suswono karena pemilih dari kalangan minoritas akan mengubah dukungan. ''Karena sekali lagi, tesis saya Anies adalah hantu yang lebih mengerikan jika dibandingkan dengan PKS bagi pemilih minoritas,'' begitu dia bilang. Nyatanya, tesis Qodari salah. Faktanya, dengan dukungan Anies, Mas Pram-Bang Doel menjadi juara.

Hantu yang hari-hari ini mengancam ketenangan masyarakat Jabodetabek ialah potensi terulangnya banjir besar 2020 dalam waktu dekat. Adalah Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati yang menyampaikannya. Kata dia, bencana itu mungkin terjadi lagi akibat seruak udara dingin dari dataran Siberia yang diprediksi mencapai wilayah barat Indonesia pada 20-29 Desember ini.

''Saat landing di Indonesia bagian barat, yaitu Jawa Barat, Lampung, Banten, dan DKI Jakarta, peristiwanya bisa mirip (2020). Kami berharap skenario terburuk tidak akan terjadi, insya Allah tidak akan buruk, tetapi skenario terburuk itu dapat meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem,” ungkap Dwikorita di DPR, Rabu (4/12).

Ada petuah, katakanlah yang benar meski itu pahit. Paparan Dwikorita memang pahit, tetapi harus disampaikan. Ia bukan paranormal, bukan dukun, juga bukan pawang hujan. Prakiraan BMKG didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Akurasinya pun belakangan makin meningkat, sekitar 80%-85%. Bukan seperti yang dulu-dulu, yang untuk menjadi pedoman ibu-ibu menjemur cucian baju saja tak mampu. Jadi, mau alasan apa lagi untuk tak menjadikan prakiraan BMKG sebagai pijakan antisipasi?

BMKG sudah membuat prakiraan, telah melayangkan peringatan. Kini tinggal kita, utamanya penyelenggara negara, punya tanggung jawab agar ancaman hantu banjir besar tak jadi nyata. Miris betul kejadian pada awal 2020 silam. Ketika itu, Jakarta dan sekitarnya tenggelam. Lebih dari 170 ribu orang mengungsi. Air bah bahkan merenggut 67 nyawa. Nominal kerugian sangat besar. Estimasinya lebih dari Rp10 triliun.

Itulah amuk banjir paling mengerikan di Jabodetabek. Amuk yang menyisakan trauma bagi sebagian warga hingga sekarang. Trauma yang begitu mengganggu perasaan menjelang banjir lima tahunan, yang kebetulan jatuh akhir tahun ini hingga awal tahun depan.

Kalau tak bisa dihindari, bencana mesti dihadapi. Ihwal potensi banjir besar nanti, kita tak memiliki kuasa untuk meniadakan, tapi punya kemampuan meminimalkan dampaknya. Yang penting ialah kemauan, yang utama ialah kesungguhan.

Berbagai langkah antisipasi yang disiapkan baik oleh pusat maupun pemerintah daerah semoga berimbas baik. Pun dengan keahlian para ahli BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta pihak lainnya dalam memodifikasi cuaca.

Operasi TMC (teknologi modifikasi cuaca), itulah yang selama ini mereka andalkan agar cuaca tak semena-mena.

Seperti dikutip dari Sciencehistory.org, metode itu muncul melalui salah satu tokoh penting dalam modifikasi cuaca, yakni ilmuwan Amerika, James Pollard Espy. Pada 1839, Espy mengajukan teori bahwa pembakaran besar-besaran kayu atau materi lainnya dapat memanaskan udara di atmosfer sehingga menyebabkan hujan. Ide itu menjadi pionir memanipulasi cuaca.

Pada 1891, muncul paten pertama terkait dengan modifikasi cuaca oleh Louis Gathmann yang mengusulkan penggunaan meriam besar untuk meledakkan bahan peledak di langit guna menciptakan hujan. Ilmu pengetahuan kian berkembang. Ilmuwan mulai bereksperimen serius untuk mengendalikan hujan dan kabut. Salah satunya penelitian tentang modifikasi awan yang dilakukan Vincent Schaefer dan Irving Langmuir pada 1946.

Schaefer dan Langmuir berhasil menemukan bahwa penyemaian awan dengan partikel perak iodida atau es kering dapat memicu pembentukan kristal es di awan, yang akhirnya menyebabkan hujan. Penemuan itu dianggap sebagai dasar dari teknologi cloud seeding hingga sekarang.

Di sini, di Indonesia ini, TMC sudah sering digunakan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan, banjir, serta menjaga pasokan air di daerah pertanian. Untuk mencegah banjir, teknologi bisa mengarahkan hujan agar tak menumpuk di satu lokasi. Sebelum mencapai daratan, dipaksa turun di lautan. Hasilnya, pada 6-9 Desember ini, umpamanya, TMC berhasil menekan intensitas hujan 13% hingga 67% di Jabodetabek. Hujan tak jadi ekstrem.

Biaya operasi TMC memang mahal, tapi sejatinya murah demi memodifikasi perasaan warga agar tak dicekam kecemasan, supaya tak menjadi korban bencana. Kiranya TMC perlu dimasifkan untuk mencegah banjir terulang. Masyarakat boleh juga menenangkan diri karena sudah ada Bendungan Ciawi dan Sukamahi sebagai pengendali banjir dari hulu. Keduanya disebut mampu mereduksi 30,6% debit air. Plus upaya-upaya lain, semoga banjir besar di Jabodetabek dan di daerah lain hanyalah kisah lama.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima