Keteladanan Muhammadiyah

05/12/2024 05:00
Keteladanan Muhammadiyah
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TELADAN pemimpin, konon, semakin menghilang di negeri ini. Keteladanan menjadi satu hal yang kerap kali absen dari perilaku para pemimpin di Republik ini. Kalau dalam bahasa ekonomi, kita sedang mengalami defisit, bahkan krisis tokoh yang bisa dijadikan teladan atau anutan.

Orang pintar banyak, orang cerdas berlimpah, orang hebat berderet, tetapi orang yang bisa dan pantas diteladani tampaknya tinggal sedikit. Celakanya yang sedikit itu tenggelam di antara gemuruh suara sember orang-orang yang tak layak diikuti.

Tak perlu jauh-jauh mencari contoh untuk mengonfirmasi betapa keteladanan itu memang kian menuju punah. Hanya dalam beberapa hari terakhir ini saja, sederet kejadian telah menunjukkan kecenderungan itu. Elite atau pemimpin yang seharusnya menyunggi keteladanan dalam setiap tindak tanduk mereka ternyata malah melakukan laku yang sebaliknya.

Contoh teraktual tentu saja yang belakangan ini sangat viral di media sosial dan media-media arus utama ketika Miftah Maulana Habiburrahman, pendakwah yang belum lama ini diangkat sebagai utusan khusus presiden, menghina dan mengolok-olok penjual es teh saat ia berceramah pada pengajian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kata-kata tak pantas bahkan dengan entengnya keluar dari mulutnya. Makin bikin jengkel lagi, lontaran kalimat hinaan yang diklaim sang empunya mulut sebagai 'cuma guyonan' itu kemudian disambut tawa oleh orang-orang di sekelilingnya di atas panggung pengajian. Malah ada yang tanpa malu ketawa ngakak mendengar olok-olok Miftah tersebut.

Padahal, di panggung itu berkumpul orang-orang yang dianggap 'hebat dan terhormat'. Ada ulama, pemilik pesantren, pemimpin umat, dan sebagainya. Namun, perilaku mereka kiranya jauh dari terhormat. Kehormatan mereka yang semu, bahkan palsu, amat terlihat ketika memperlakukan rakyat kecil, kawula alit, dengan perilaku yang niradab.

Dari mereka seharusnya masyarakat menimba ilmu dan keteladanan. Dari mereka semestinya umat belajar keadaban. Akan tetapi, justru dari merekalah kita mendapat penegasan bahwa keteladanan memang sudah amat menjauh dari ucapan dan tindakan para pemimpin dan elite. Mereka lebih kerap menebar kebodohan dan kebobrokan ketimbang keteladanan.

Dalam situasi kepemimpinan yang kian semrawut, tampaknya bangsa ini mesti bersyukur memiliki organisasi masyarakat keagamaan bernama Muhammadiyah yang kemarin memperingati milad ke-112. Ormas keagamaan terbesar kedua di Indonesia itu konsisten berada di garis terdepan membangun keumatan dan kebangsaan.

Dalam konteks kepemimpinan, Muhammadiyah pantas diharapkan menjadi suluh keteladanan karena mereka punya prinsip bahwa dalam kepemimpinan yang utama ialah keteladanan. Hanya melalui keteladananlah pemimpin akan mampu membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata masyarakat.

“Pemimpin yang jujur, adil, dan tulus dalam berbuat akan mendapatkan dukungan dan penghargaan dari masyarakat. Karena itu, menjadi teladan harus menjadi prinsip utama kepemimpinan,” kata Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais dalam satu tausiahnya, dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id.

Laku Muhammadiyah yang dari zaman ke zaman terus meningkatkan peran mereka di bidang dakwah, pendidikan, dan kesehatan sejatinya juga merupakan bagian dari cita-cita organisasi untuk melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang unggul. Tidak cuma unggul dalam kecerdasan dan intelektualitas, tapi juga akhlak dan integritas.

Dalam sambutan pembukaan Tanwir dan Resepsi Milad Ke-112 Muhammadiyah di Kupang, kemarin, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melontarkan gagasan soal rekonstruksi kehidupan kebangsaan yang bermakna. Secara implisit gagasan itu juga menyiratkan pesan bahwa stagnasi kehidupan berbangsa yang salah satunya disebabkan minimnya keteladanan pemimpin mesti direkonstruksi.

Kiranya Muhammadiyah memiliki semua perangkat untuk dijadikan role model bagaimana mengelola kepemimpinan yang bukan mengedepankan keangkuhan, melainkan keteladanan. Selamat milad ke-112, jangan pernah berhenti memendarkan sinar keteladanan.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima