Langkah Konyol Duta Antijudol

15/11/2024 05:00
Langkah Konyol Duta Antijudol
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KIRANYA hanya sedikit orang di muka bumi ini yang asing dengan megabintang sepak bola, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Keduanya tenar di seantero dunia, kiprah mereka baik kala merumput maupun di lapangan kehidupan pun luar biasa mengesankan. Karena itu, jika Messi dan CR-7 lantas menyandang beragam duta, itu sudah sewajarnya.

Messi ialah pemain terhebat yang pernah ada, terbesar sepanjang masa. Delapan kali dia menyabet Ballon d'Or sebagai pemain terbaik dunia. Itu rekor yang tak lumrah, rekor yang entah kapan bisa dibikin patah.

Sepak bola beruntung memiliki Ronaldo, pemain yang terlahir dari keluarga miskin di Funchal, Portugal. Lima kali dia merengkuh Ballon d'Or. Belum lagi seabrek gelar lainnya. Sama seperti Messi, sulit untuk menghafal penghargaan apa saja yang pernah dia sabet. Saking banyaknya, saking seringnya.

Messi dan Ronaldo ialah contoh manusia berprestasi sekaligus berjiwa sosial tinggi. Keduanya teladan, inspirator. Karena itu, sungguh tepat lembaga-lembaga dunia menyandarkan kepercayaan. Messi, misalnya, diangkat sebagai Duta PBB untuk Anak-Anak (Unicef) dan untuk Pariwisata Bertanggung Jawab. Ronaldo dipercaya sebagai duta tiga badan amal, yakni Save the Children, Unicef, dan World Vision. Ia konsisten menggunakan platform globalnya sebagai kekuatan untuk kebaikan.

Siapa yang tak kenal Angelina Jolie? Popularitas dan kepeduliannya kepada sesama sulit dinafikan. Karena itu, pas kiranya PBB menjadikan artis Hollywood itu sebagai utusan khusus badan pengungsi dunia. Sama pasnya dengan penunjukkan Selena Gomez, Shakira, Katy Perry, dan Choi Siwon sebagai duta Unicef, atau Anne Hathaway jadi Duta PBB untuk Perempuan.

Pada 2012, Malala Yousafzai hampir terbunuh oleh Taliban yang menembakinya karena berkampanye untuk hak atas pendidikan bagi anak perempuan di Afganistan. Beruntung dia selamat, bahkan kemudian menjadi pemenang Hadiah Nobel. Pada usia 19 tahun, Malala pun diangkat menjadi Duta Perdamaian PBB termuda. Itu jabatan prestisius. Tokoh-tokoh dunia seperti Muhammad Ali, George Clooney, Leonardo DiCaprio, dan Stevie Wonder pernah menyandangnya.

Di sana, di mancanegara, pengangkatan duta tidak suka-suka. Menunjuk seseorang sebagai utusan khusus mutlak didasarkan pada rekam jejak yang baik. Itu penting, sangat penting, karena sang duta mewakili dan menyuarakan misi lembaga yang menjadikannya duta.

Bagaimana di sini, di Indonesia ini? Bukan hanya agak lain, melainkan benar-benar lain. Banyak duta yang diberikan semaunya. Diobral. Obral biasanya diperuntukkan barang-barang yang tak laku atau sudah apkir. Karena harganya murah, siapa saja bisa mendapatkannya.

Landasan pengangkatan seseorang menjadi duta juga terbalik-balik. Yang teranyar ialah langkah Polri menunjuk Gunawan 'Sadbor' sebagai dua antijudi online (judol). Gunawan ialah tiktoker asal Sukabumi, Jawa Barat. Ia sempat ditangkap dan ditahan karena diduga mempromosikan judol. Penahanannya lalu ditangguhkan. 'Sadbor' yang masih berstatus tersangka judol kini malah menjadi duta antijudol.

Begitulah adanya. Kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam rapat dengan Komisi III DPR, Senin (11/11), Gunawan tidak tahu telah mempromosikan judol. Penangguhan penahanannya sekaligus menjawab pertanyaan publik kenapa ada perbedaan perlakuan antar-influencer.

Sebagai influencer pemula, Gunawan cepat ditangkap. Sebaliknya yang lain, influencer papan atas, pesohor-pesohor terkenal, yang juga diduga mempromosikan judol bebas melenggang. Kata Denny Cagur, komedian yang pernah berurusan dengan polisi karena diduga promosi judol, paling tidak ada 27 artis yang sudah diperiksa. Anggota DPR itu juga beralasan tidak tahu situs yang pernah dipromosikan ialah judol.

Aneh, itulah narasi di ruang publik ihwal kebijakan Polri. Bukankah para pesohor itu semestinya juga segera ditindak jika Polri ingin menjawab tudingan rakyat soal perlakuan berbeda atas perkara yang sama? Kenapa, kok, malah menangguhkan penahanan Gunawan dan tetap membiarkan para influencer lainnya seolah tak tersentuh oleh hukum?

Ajaib, konyol, sia-sia. Itulah kata-kata yang bermunculan di media sosial perihal pengangkatan 'Sadbor' sebagai duta antijudol. Publik, termasuk saya, jelas mendukung polisi memberikan pemahaman kepada mereka yang belum paham tentang judol. Namun, apakah harus menunjuk seseorang yang bermasalah dengan judol sebagai duta antijudol?

Dejavu, begitulah yang terjadi kini. Dulu, pedangdut Zaskia Gotik diangkat menjadi duta Pancasila setelah dia membanyol dengan menyebut lambang sila Pancasila 'bebek nungging'. Pada 2017, sejumlah remaja memetik bunga edelweis di Gunung Rinjani, NTB. Alih-alih disanksi, mereka malah dijadikan duta pelestari edelweis.

Masih pada 2017, artis Dewi Perssik menerobos jalur Trans-Jakarta. Namun, ia justru diusulkan jadi duta tertib Trans-Jakarta Line dan duta keselamatan berlalu lintas.

Setahun berselang, artis Roro Fitria ditangkap karena kasus narkoba. Padahal, dia pernah digadang-gadang sebagai duta antinarkoba.

Setahun silam, Menkominfo saat itu, Budi Arie Setiadi, mengusulkan artis Wulan Guritno sebagai duta antijudol. Padahal, Wulan sedang tersandung oleh kasus judol. Dia diduga mempromosikan aktivitas terlarang itu.

Jika yang aneh-aneh itu berlanjut, duta tak lagi terhormat, turun derajat. Masyarakat pun risau, jangan-jangan nanti ada koruptor dijadikan duta antikorupsi, pembunuh sebagai duta antipembunuhan, perudapaksa menjadi duta antipemerkosaan. Berabe betul kalau begitu.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima