Kabinet Tetap Maskulin

17/10/2024 05:00
Kabinet Tetap Maskulin
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SEMUA keriuhan yang terjadi di negeri ini, termasuk mungkin hiruk-pikuk kampanye pilkada serentak 2024, dalam sepekan ini sejenak teralihkan oleh proses 'audisi' calon-calon menteri yang bakal mengisi kabinet pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Pada awal pekan ini, selama dua hari, hampir semua fokus publik tertuju ke Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, kediaman Prabowo yang menjadi tempat pemanggilan para calon pembantu presiden terpilih itu. Maklum, tak sampai seminggu lagi kabinet sudah harus terbentuk jika memang Prabowo mau bergerak cepat seusai dilantik pada 20 Oktober 2024.

Jadi, setelah beres pelantikan, pada hari yang sama atau sehari setelahnya, susunan kabinet berikut nama-nama menteri dan wakil menterinya bisa diumumkan. Pada hari itu pula mereka bisa langsung bekerja. Republik ini sedang tidak baik-baik saja, tidak ada guna berlama-lama, pemerintah memang semestinya segera bekerja.

Total ada 108 orang yang dipanggil presiden terpilih ke Kertanegara selama dua hari itu. Dua hari berikutnya, mereka dibawa ke Hambalang, Bogor, untuk mengikuti pembekalan. Pertanyaannya, apakah semua yang dipanggil dan ikut pembekalan itu bakal masuk kabinet pemerintahan Prabowo? Entahlah, sejauh ini hanya Prabowo dan orang-orang terdekatnya yang tahu.

Publik tinggal tunggu saja pengumuman resminya, siapa di antara orang-orang itu yang bakal didapuk menjadi menteri, wakil menteri, pimpinan badan, atau sekadar diminta membantu tanpa jabatan formal alias tak jadi apa-apa. Semua masih mungkin terjadi, bukankah pada akhirnya keputusan ada di tangan Prabowo sebagai pemegang hak prerogatif?

Banyak hal menarik dari proses serta profil sosok-sosok yang mengikuti 'audisi kabinet' itu. Salah satu yang cukup mendapat sorotan ialah dominasi wajah-wajah lama yang sudah teramat familier di mata publik. Wajah lama itu bukan hanya mereka yang menjabat menteri di era pemerintahan sekarang, melainkan juga raut-raut kawakan di jagat politik nasional. Orang sering mengistilahkannya dengan 4L, lu lagi lu lagi.

Di antara wajah-wajah lawas itu, rasa Jokowi harus diakui masih cukup kental. Sedikitnya ada 16 menteri di kabinet Presiden Joko Widodo yang sangat mungkin bakal mengisi lagi pos-pos kementerian strategis di era Prabowo-Gibran. Sebagian berasal dari kalangan profesional, sebagian lagi merupakan kader parpol pendukung pemerintah. Mereka selama ini merupakan orang-orang kepercayaan Jokowi.

Sejujurnya, hal itu tidak mengherankan sebab Prabowo sejak mula menjadi calon presiden pada Pemilu 2024 lalu, ia konsisten mengusung slogan keberlanjutan. Dengan mengajak hampir separuh menteri era Jokowi untuk bergabung dalam pemerintahannya, barangkali Prabowo berpikir itu bisa menjadi salah satu cara mengeksekusi visi keberlanjutan tersebut.

Akan tetapi, tak bisa ditampik juga pandangan yang menyebut bahwa pekatnya rasa Jokowi itu sesungguhnya merupakan indikasi betapa kuatnya daya tawar presiden dua periode itu terhadap Prabowo. Jokowi seakan telah menjadi entitas tersendiri di luar parpol pendukung yang punya kekuatan bargaining position yang tak kalah kuat terhadap Prabowo.

Sorotan yang juga menarik dari proses 'audisi kabinet' ialah tentang minimnya jumlah sosok perempuan yang dipanggil Prabowo ke Kertanegara. Dari total 108 orang yang dipanggil, hanya 11 orang yang berjenis kelamin perempuan atau 10%. Sangat jomplang ketimbang jumlah laki-lakinya. Dari jumlah itu pun, paling banyak hanya enam orang yang akan menjadi menteri. Sisanya jadi wakil menteri atau posisi lain.

Kalau benar hanya ada enam menteri perempuan di kabinet Prabowo-Gibran, artinya tidak ada peningkatan dari jumlah menteri perempuan di Kabinet Indonesia Maju era Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Bahkan turun jika dibandingkan dengan menteri perempuan di awal Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang berjumlah sembilan orang.

Itu ironis karena di satu sisi jumlah kementerian bertambah dari 34 menjadi 46 (naik sekitar 30%), tetapi jumlah keterwakilan perempuan di kabinet tidak bertambah. Artinya, citra kabinet di Indonesia yang sejak dulu dinilai terlalu maskulin karena begitu dominannya jumlah menteri laki-laki, ya, akan tetap seperti itu. Tetap maskulin.

Kiranya perlu dipikirkan, di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender, penting untuk membuat kebijakan afirmatif yang mengatur kuota minimal jumlah perempuan dalam kabinet.

Kebijakan serupa sudah diterapkan dalam pencalonan anggota legislatif dengan kuota minimal 30% perempuan.

Mengapa keterwakilan perempuan di eksekutif dan legislatif penting? Karena ketika keduanya dikuasai laki-laki, dimonopoli kaum patriark, sangat mungkin akan banyak keputusan politik yang tidak adil bagi kepentingan perempuan, juga anak. Keputusan atau kebijakan yang dihasilkan boleh jadi tidak adil, tidak sensitif gender karena minim keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan itu. Pun, secara kualitas, sesungguhnya perempuan juga tidak kalah dari laki-laki.

Mumpung susunan kabinet belum resmi diumumkan, silakan saja kalau Pak Prabowo mau mengakomodasi banyak menteri eks Pak Jokowi. Namun, di saat yang sama, tolong tambah juga, dong, jumlah menteri perempuannya.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima