Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
Ketika pertama dibentuk pada 10 Maret 1999, belum apa-apa, mereka sudah ribut soal fasilitas mobil dan besarnya honor. Setelah soal itu usai, muncul lagi penyakit-penyakit lain sekitar komisi proyek. Perjalanan KPU diwarnai catatan kelam mulai korupsi hingga kasus asusila.
KPU menggantikan keberadaan Lembaga Pemilihan Umum (LPU). Namun, orang-orang yang duduk di lembaga terhormat itu, setelah 25 tahun berlalu, tak kunjung mampu membuktikan kehormatan mereka. Mereka terhanyut dalam kemewahan fasilitas seperti mobil dinas.
Cerita mobil dinas kali ini agak berbeda. Sebelum-sebelumnya, heboh mobil dinas terjadi sesaat setelah komisioner baru dilantik. Anggota KPU periode 2022-2027 dilantik pada 12 April 2022. Dua tahun kemudian, tepatnya pada Juli 2024, baru muncul kontroversi mobil dinas anggota KPU.
Pengungkit kehebohan ialah cicitan Prof Mahfud MD pada Minggu (7/7). Kata Mahfud, publik terus dibuat kaget pascaputusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebab beredar rumor fasilitas yang dimiliki anggota KPU cenderung berlebihan, di antaranya tiga mobil dinas, penyewaan jet untuk dinas, dan fasilitas asusila jika berkunjung ke daerah. ”DPR dan pemerintah perlu bertindak, tidak diam,” ujarnya dalam cicitan tersebut.
Putusan DKPP ialah menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap kepada Hasyim Asy’ari dari jabatan ketua dan keanggotaan KPU. Dalam putusan etik itu terkuak fasilitas yang diberikan kepada komisioner KPU yang dinilai berlebihan.
Jauh sebelum cicitan Mahfud, anggota Komisi II DPR dari Fraksi Demokrat, Rezka Oktoberia, menyoroti fasilitas yang didapat komisioner KPU. Ia menyoroti hal itu dalam rapat kerja evaluasi penyelenggara pemilu di Gedung DPR, Jakarta, pada 15 Mei 2024.
Ketika itu Rezka menyinggung soal rumah dinas dan mobil komisioner KPU yang menurutnya berlebihan. Ia mempersoalkan penyewaan apartemen untuk komisioner KPU, padahal sudah diberi rumah dinas. Rezka juga menyinggung tiga mobil dinas milik komisioner KPU. Menurut dia, tidak masuk akal seorang komisioner KPU bisa mendapat tiga mobil sekaligus. Terlebih, khusus Ketua KPU Hasyim Asy'ari mendapat empat mobil dinas.
Ketika itu, Ketua KPU Hasyim Asy'ari tidak memberikan tanggapan atas pernyataan Rezka. Ia hanya memastikan akan segera memberikan jawaban berupa keterangan secara tertulis kepada Komisi II DPR.
Satu bulan kemudian, dalam rapat dengar pendapat dengan KPU pada 10 Juni 2024, Rezka mengungkapkan kekecewaannya karena KPU tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan ketika ditanya soal dugaan pemborosan anggaran. “Jawaban yang sudah dibuat tertulis oleh KPU dan Bawaslu, semua normatif. Belum bisa dijawab. Termasuk pertanyaan saya, yang saya pertanyakan terkait mobil dinas dan rumah, itu juga termasuk di dalam anggaran,” katanya.
Pelaksana Tugas Ketua KPU Mochammad Afifuddin dalam penjelasan resminya memastikan anggota lembaga penyelenggara pemilu itu hanya difasilitasi dua mobil untuk kendaraan operasional kedinasan. “Yang pasti, sih, mobil dinas (ada) dua, satunya mobil lama yang tidak semuanya dipakai,” katanya, Senin (8/7).
Harus jujur diakui bahwa heboh soal mobil dinas komisioner KPU kali ini, meminjam istilah Denny JA, 'hanya letupan dari kerinduan publik kepada asketisme politik yang memang sudah lama hilang dalam dunia pejabat publik di Indonesia'.
Asketisme politik menjadi keutamaan laku para pejabat publik untuk menjalankan aktivitas berpolitik berdasarkan prinsip kesederhanaan dan etik. Fasilitas dinas digunakan semata-mata untuk berkhidmat bagi kemaslahatan rakyat.
Publik telanjur berekspektasi setinggi gunung kepada komisioner KPU dari waktu ke waktu meski realitasnya tidak mencapai sekaki bukit. Umumnya anggota KPU dulunya ialah orang-orang yang gemar hidup sederhana karena mereka berlatar belakang akademisi, aktivis LSM, dan pegiat kepemiluan. Setelah menjabat, malah mereka doyan memanfaatkan fasilitas negara.
Kelakuan membeli mobil baru dan memiliki mobil dinas lebih dari satu menunjukkan elite bangsa ini mempunyai kebiasaan buruk. Setiap kali ditetapkan sebagai pejabat, yang pertama diurus ialah kepentingan diri sendiri. Bukan melayani publik.
Lebih dari itu, pejabat juga tidak terbiasa dengan asas manfaat. Penghargaan pada sarana bukan berdasarkan kegunaan, melainkan pada kebaruan dan kuantitas. Meski masih bermanfaat, para pejabat membutuhkan fasilitas yang baru dan banyak sebagai pertanda pejabat baru yang berbeda dengan sebelumnya.
Orang-orang di KPU berperilaku sedemikian rupa sehingga lembaga terhormat itu berubah menjadi komisi lucu-lucu. Disebut lucu-lucu karena pada waktu bersamaan memiliki rumah dinas sekaligus menyewa apartemen dengan uang negara. Mobil dinas pun tak cukup satu, harus sampai tiga.
Publik sebenarnya sedang menyaksikan kekalahan sebuah etika politik. Tidaklah mengherankan jika Mahfud berpendapat bahwa enam anggota KPU yang tersisa tidak layak menjadi penyelenggara pemilihan kepala daerah. Pergantian semua anggota KPU perlu dipertimbangkan tanpa harus menunda pilkada dan membatalkan hasil pemilu.
Semakin lucu KPU jika semua komisioner diganti sebelum waktunya. Kewajiban semua pihak, terutama komisioner, untuk menjaga martabat penyelenggara pemilu sehingga tidak menjadi komisi lucu-lucu.
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved