Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
'GELISAH jiwa, bagai prahara
Orang muda, orang tua
Penuh amarah, membabi buta
Gelisah hidup
penjara dunia
Padang gelisah, panas membara
Hutan gelisah, memagar hidup
Gelisah langit, muntahkan badai'
Penggalan lirik lagu Gelisah dari grup Kantata Takwa itu kiranya bisa menggambarkan suasana batin sebagian orang di negeri ini. Orang tua, orang muda, para cerdik pandai, mahasiswa, aktivis sosial, kelas menengah, juga para jelata dikepung pagar hidup bernama gelisah. Dunia serasa penjara bagi jiwa-jiwa gelisah itu.
Ada yang gelisah karena merasa demokrasi diinjak mati. Sebagian gelisah karena bejana etika dan moral kosong melompong. Beberapa gelisah karena akal sehat sekadar gentong bolong. Banyak yang gelisah karena janji-janji sudah menjelma omong kosong.
Ada yang berteriak lantang menggugat, "Drama prank apalagi yang akan disajikan? Tidak cukupkah kalian memain-mainkan nurani kami? Tidak cukupkah tumpukan janji yang sempat kami percayai bakal ditunaikan, tapi kalian ingkari?"
Timbunan kegelisahan itu kian menggunung seiring dengan makin menggunungnya utang pemerintah hingga lebih dari Rp8.200 triliun. Onggokan kegelisahan itu terus melangit mengikuti tingginya harga beras, telur, cabai, dan daging ayam yang membuat banyak periuk rakyat terguling.
Padang gelisah membuat situasi panas membara. Hutan gelisah menjelma menjadi pagar yang mengepung kehidupan. Gelisah akan harga yang melangit bisa memuntahkan badai kemarahan, mungkin juga kefrustrasian.
Hari-hari ini, ketika sebagian orang yang terus terimpit merasa bahwa hidup seperti menunda kekalahan, kekuasaan masih suka bersilat lidah. Pernyataan mereka seperti hendak mengelabui keadaan. Ketika para pewarta menanyakan ihwal bagaimana mengatasi harga beras yang membubung tinggi, jawabnya, "Cek Pasar Cipinang, cek Pasar Johar."
Wahai, apakah beras itu bisa secepat kilat berjalan sendiri ke rak-rak toko di dekat rumah warga? Apakah ia tidak perlu ongkos tambahan lagi hingga ke rak-rak itu? Nyatanya, beras Cipinang dan Johar itu tidak bisa jalan sendiri. Ia butuh dipanggul, dinaikkan ke truk-truk pengangkut, dibawa ke gudang-gudang distributor, diangkut lagi menuju retail-retail dan warung-warung pedagang.
Rakyat yang gelisah hendak dihibur pernyataan yang seolah meyakinkan, padahal sesungguhnya tak ubahnya memanipulasi kenyataan. Rakyat yang gelisah butuh kanal. Jiwa-jiwa yang gelisah perlu pembelaan. Seperti yang terjadi pada saat Socrates menyusun Apologia sebagai pembelaan diri (pleidoi) di persidangan.
Soceates yang gelisah dituduh 'menghasut dan merusak pikiran' generasi muda Yunani agar menolak mitos dewa-dewa versi negara dan mengajak mereka berpikir kritis. Pleidoi Socrates, meskipun berjudul Apologia, bukanlah 'permintaan maaf atas kesalahan' karena ia tidak bersalah dan ia orang baik. Ia cuma mengajak kaum muda untuk berani berpikir kritis.
Dunia menghormati Socrates sebagai pemikir besar yang mengubah perspektif manusia. Ia cuma hidup di era yang salah, ketika mayoritas manusia berada dalam kungkungan zaman jahiliah. Ia tetap dinyatakan bersalah, dihukum untuk minum racun. Namun, kegelisahan Socrates dicatat dengan tinta emas. Perjuangannya tidak sia-sia.
Kita memang tidak harus mencari martir yang sanggup meminum racun demi menegaskan terjadinya kepongahan kekuasaan. Namun, kekuasaan yang gelap mata mestinya didobrak keberanian yang menyala-nyala dan keteguhan sikap laiknya Socrates. Setidak-tidaknya tetaplah berteriak. Jangan simpan gelisah. Orkestrasikan kegelisahan menjadi pengingat mereka yang lupa.
Boleh juga sembari menyanyikan atau menyerukan bait-bait lagu Gelisah milik Kantata Takwa:
'Pada kelelawar ia mengadu
Pada lampu-lampu jalan sandarkan angan
Pada nada-nada lontarkan marah
Pada alam raya ia berterus terang
Aku gelisah
Aku gelisah
Aku gelisah...'.
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved