Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

NU bukan Daun Bawang

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
31/1/2024 05:00
NU bukan Daun Bawang
MI/Ebet(Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group)

SAYA antusias dengan gaya KH Ahmad Mustofa Bisri menyentil pengurus NU soal netralitas dalam pilpres. Gus Mus, begitu Mustasyar NU itu biasa disapa, memakai cara guyon maton. Bercanda tapi mengena.

Mula-mula Gus Mus menyapa satu per satu pemimpin NU dalam perhelatan Konferensi Besar NU di Ponpes Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, itu. Gus Mus menyebut nama KH Miftahul Akhyar, Rais Aam (Rais Am) PBNU, juga Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, keponakannya sendiri. Saat menyebut nama Sekjen NU Saefullah Yusuf, Gus Mus tidak menyematkan kata 'kiai'. Gus Mus menyebut Gus Ipul dengan panggilan Ustaz Saefullah Yusuf.

Mungkin Gus Mus menilai Gus Ipul lebih layak dipanggil 'ustaz' ketimbang 'kiai' karena kompetensinya lebih pas sebagai 'ustaz'. Dari situ, candaan serius Gus Mus berlanjut ke inti persoalan. "Tadi saya mengira Pak Yai Miftahul Ahyar dan Yai Yahya Cholil akan menyinggung capres dalam pidatonya. Kalau sampai nyinggung capres, saya akan keluar (dari ruangan). Untung tidak," kata Gus Mus.

Pemimpin Ponpes Roudlotut Thalibin, Rembang, Jateng, itu merasa perlu menjaga NU dari segala tarikan. Atau, Gus Mus sebenarnya sudah tahu bahwa pemimpin struktural NU mulai doyong-doyong. Itu istilah yang dipopulerkan kolumnis NU Mahbub Djunaidi untuk menggambarkan sesuatu yang sudah tidak tegak lurus.

Dalam sebuah kolomnya, Mahbub menulis birokrasi yang dia sejajarkan dengan tubuh yang doyong layaknya daun bawang. Mahbub pernah menulis, 'Bagaimana jantungku tidak terganggu dan kepalaku nyut-nyutan? Ditudingnya aku ini seorang parvenu alias kere munggah bale, mendadak naik tahta padahal dari comberan. Apa tidak kurang ajar begitu itu? Aku yang birokrat tinggi menjadi cemoohan di atas mimbar. Yang benar aja dong'.

'Begitulah yang terjadi. Badanku rasanya bengkak-bengkak karena sengatan bertubi-tubi. Birokrat sih birokrat, tapi apa enaknya disudut-sudutkan seperti seekor kecoak? Mengertikah kamu sekarang apa sebab gigiku tanggal satu demi satu, rambutku tidak seikal dulu lagi, dan badanku sedikit demi sedikit doyong tak ubahnya daun bawang', lanjut Mahbub.

Kondisi tubuh yang rapuh, yang 'doyong tak ubahnya daun bawang', itulah yang dijaga Gus Mus agar tidak terus terjadi pada tubuh NU. Ancaman doyong, gigi tanggal, tubuh bengkak terjadi karena NU terkena tarikan politik 'copras-capres'. Gus Mus menyadari sepenuhnya bahwa yang disengat 'lebah politik' itu bukan cuma kaki atau tangan, melainkan juga sudah kepala.

Bagaimana tidak kepala yang disengat, kalau yang digoda dalam rupa-rupa tarikan itu Rais Aam dan Ketua Umum Dewan Tanfidziyah (Tanfiziah/eksekutif) NU. KH Miftahul Ahyar (rais am) dan KH Yahya Cholil Staquf pernah tampak doyong ke Prabowo-Gibran. Begitu pula sejumlah pemimpin NU di tingkat daerah.

Karena itu, Gus Mus sebagai mustasyar (penasihat NU) kiranya tidak tahan lagi untuk segera meniup peluit. Gus Mus juga mengarahkan telunjuk ke 'kepala' yang mulai terlihat 'bengkak' disengat lebah politik: rais am dan ketua umum. Gus Mus pun sempat me-mention kedua nama itu terkait dengan netralitas NU dengan memberi dawuh, "Tugas NU memenangkan Indonesia. Tidak ada urusan dengan capres."

Dawuh itu lugas. Tidak dibungkus, tidak juga dihaluskan alias eufemisme. Kelugasan itu kiranya sudah mendesak. Penghalusan sudah tidak perlu karena penghalusan berpotensi memunculkan salah tafsir dan sesat pikir.

Seperti yang ditulis Mahbub Djunaidi, "Membaca koran itu bukan seperti makan lemper yang sudah pasti enaknya. Misalnya, sering kali orang melewatkan halaman depan yang memuat ucapan-ucapan aneh dan klise. Misalnya, pembaca tidak tertarik lagi dengan istilah 'penyesuaian', karena kata itu sudah pasti berarti kenaikan harga, dan bukan sebaliknya. Seorang murid SD malahan punya usul yang amat progresif, bagaimana kalau lawan kata 'turun' diganti saja dengan 'sesuai' dan bukannya naik."

Seperti itulah sesat pikir yang barangkali dikhawatirkan Gus Mus. Karena itu, secara lugas Gus Mus mengisahkan khitah perjuangan NU. Gus Mus menceritakan singkat bagaimana Gus Dur yang memperjuangkan khitah tidak segampang 'memakan lemper yang sudah pasti enak'. Khitah itu mengembalikan perjuangan NU ke spirit awal berdirinya jamiyah, yakni NU tidak berpolitik praktis. NU tidak boleh condong ke parpol atau capres tertentu. NU bukan daun bawang yang selalu doyong.

Berbahagialah warga nahdliyin (nahdiyin) yang masih memiliki anutan. Level Gus Mus setara negarawan kalau dalam pimpinan kenegaraan. Pemimpin tertinggi negara kiranya perlu sering menyimak seruan tokoh bangsa seperti Gus Mus. Benar bahwa nasihat Gus Mus spesifik untuk pimpinan NU. Namun, spiritnya bisa juga untuk pimpinan di Republik ini: menangkan Indonesia, bukan capres-cawapres tertentu. Pemimpin itu mesti tegak lurus, bukan doyong kanan doyong kiri seperti daun bawang.

Terima kasih dawuhnya, Gus. Matur nuwun, Yai.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.