Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
APAKAH salah bila sebuah negara mengandalkan perekonomian mereka dari sektor ekstraktif? Tentu saja tidak salah. Namun, siap-siaplah menjadi bangsa bangkrut di kemudian hari bila melulu mengandalkan ekonomi ekstraktif.
Contohnya Nauru. Negara terkecil di dunia itu bernasib malang, jadi negara sangat miskin, setelah sempat mencecap sebagai salah satu negara terkaya di dunia. Sebelum 2000-an, Nauru jadi lumbungnya fosfat. Saat itu, permintaan fosfat sedang tinggi-tingginya.
Pada era 1980-an, negara bekas koloni Inggris itu menjadi salah satu negara terkaya di dunia dan salah satu negara dengan pendapatan per kapita tinggi di dunia. Semua predikat itu diperoleh dari banyak faktor, terutama ekonomi ekstraktif mereka karena memiliki lumbung fosfat. Setelah bebas dari penjajahan Inggris pada 1968, tambang fosfat mencuat di Nauru.
Puncaknya terjadi pada 1980, ketika produksi fosfat semakin menggila.
Fosfat yang ada di Nauru dinilai bermutu tinggi. Hal itu disebabkan fosfat tersebut terbentuk dari endapan kotoran burung yang telah ada selama berabad-abad di tempat itu.
Malang tidak dapat ditolak, untung tidak dapat diraih. Mengutip The Guardian, Nauru yang dulunya negara kaya kini justru jatuh miskin karena menjadi korban kolonialisme yang rakus, salah urus, dan ketamakan.
Lantaran eksploitasi tambang yang menggila, 1990-an cadangan fosfat di Nauru semakin menipis. Puncaknya, 2006 penambangan fosfat di Nauru resmi ditutup. Padahal, tambang fosfat menjadi salah satu sumber perekonomian utama negara Nauru. Ketika aksi penambangan fosfat melemah, perekonomian Nauru juga ikut terseret. Alhasil, bertahun-tahun negeri itu hidup dalam kemiskinan karena kehabisan uang.
Bank sentral bangkrut. Realestat di luar negeri disita. Pesawat disita dari landasan pacu bandara. The Guardian melukiskan krisis keuangan yang terjadi membuat Nauru mengeksploitasi kedaulatan mereka. Pada 1990-an, Nauru menjelma menjadi surga pencucian uang. Nauru menjual izin perbankan dan paspor termasuk paspor diplomatik.
Nauru kiranya menjadi pembelajaran nyata bahwa ekonomi ekstraktif yang mengandalkan sumber daya alam pasti rapuh di kemudian hari. Namun, nyatanya, kendati banyak yang mengetahui bahwa ekonomi ekstraktif meninabobokan, toh hingga kini perekonomian Indonesia juga masih sangat bergantung pada konsumsi sektor ekstraktif itu. Padahal, aktivitas itu, bila dilakukan secara masif, sangat merusak lingkungan.
Jenis pembangunan ekonomi dengan jalan mengeruk sumber daya alam, seperti tambang, lahan, kayu, dan laut itu memang cepat menghasilkan, tapi pasti melenakan dalam jangka panjang. Sejak era sebelum kemerdekaan, Indonesia masih bergantung pada sektor ekstraktif.
Saat ini, 78 tahun setelah merdeka, ekonomi ekstraktif jadi andalan. Eksploitasi mineral, nikel, dan bauksit masih amat masif dilakukan. Di sisi lain, ekonomi hijau yang lebih menghasilkan, ekonomi berbasiskan teknologi dan riset yang kuat menopang negeri untuk jangka panjang, masih minim perhatian.
Begitu terjadi booming harga komoditas pada sektor ekstraktif, yang kaya semakin kaya karena mereka punya tambang. Namun, sebaliknya, mereka yang rentan menjadi miskin, yang miskin menjadi sangat miskin. Ekonomi ekstraktif pun jadi biang ketimpangan. Banyak ahli sudah mengingatkan bahwa jika kita hanya bertumpu pada ekonomi ekstraktif, dampak terhadap daya ungkit pertumbuhan ekonominya sangat minim dan berjangka pendek.
Center of Economic and Law Studies juga sudah mewanti-wanti agar Indonesia segera meninggalkan ekonomi ekstraktif yang menjadi biang ketimpangan itu. Uang dari daerah-daerah penghasil tambang mengalir ke Jakarta. Akibatnya, 70% peredaran uang terpusat di Jakarta, sedangkan masyarakat lokal penghasil tambang seperti di Maluku Utara tetap miskin. Semakin banyak pabrik di wilayah itu, semakin tinggi pula tingkat kemiskinan di daerah itu.
Berbeda bila negeri ini bertumpu pada ekonomi hijau. Ekonomi yang ramah terhadap lingkungan. Untuk jangka panjang, ekonomi hijau justru menjanjikan pendapatan berlipat, dengan lingkungan yang tetap terjaga kelestariannya.
Transisi dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi hijau tidak hanya menguntungkan negara dan pengusaha, tapi pendapatan masyarakat juga berpotensi meroket hingga dua kali lipat.
Negeri ini harus move on dari cengkeraman ekonomi ekstrak yang bisa membunuh menuju ke perekonomian yang lebih berkelanjutan, berdaya tahan, bahkan membangkitkan.
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved