Sang Monopoli Kebenaran

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
01/11/2022 05:00
Sang Monopoli Kebenaran
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SEORANG perempuan bercadar berjalan kaki di trotoar dari arah Harmoni menuju kawasan Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (25/10), sekitar pukul 07.00 WIB. Sesampainya di pintu masuk Istana Merdeka, perempuan tersebut tiba-tiba menghampiri anggota Paspampres yang sedang berjaga dan langsung menodongkan senjata.

Polisi lalu lintas yang melihat kejadian tersebut langsung merebut senjata yang ditodongkan dan menangkap perempuan tersebut. Belakangan diketahui perempuan muda tersebut bernama Siti Elina, 24, warga Jalan Sawal Raya, Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara.

Kasus yang semula ditangani Polda Metro Jaya itu kini diambil alih Densus 88 Antiteror Polri. Selain Elina, sang suami Bahrul Ulum dan guru Jamaluddin juga ditetapkan sebagai tersangka. Ketiganya disangkakan dengan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Menurut penyidik, Elina dan suaminya pernah berbaiat kepada Negara Islam Indonesia (NII). Adapun pistol yang digunakan Elina ialah milik sang paman yang berprofesi sebagai sekuriti.

Berdasarkan penyidikan, Elina mengaku bermimpi masuk surga. Cara masuk surga adalah dengan jalan menegakkan kebenaran. Dia ingin menemui Presiden Joko Widodo di Istana untuk menyampaikan kepercayaannya bahwa ideologi yang dianut bangsa Indonesia, Pancasila, adalah salah. Yang benar, kata Elina seperti dikutip penyidik, ideologi berdasarkan hukum Islam.

Tindakan Siti Elina membuat banyak orang geleng-geleng kepala karena tindakan tersebut sebagai kebodohan yang nyata. Kekonyolan yang berakhir sia-sia, berakhir dengan dibui dalam waktu cukup lama karena dikenai UU Tindak Pidana Terorisme.

Pemahaman keagamaan seperti Siti Elina bukan hal baru di Republik ini. Kelompok yang merasa benar sendiri dan memonopoli surga, seperti Elina, masih ada. Bahkan, semakin besar pengaruhnya di masyarakat akhir-akhir ini.

Mereka merasa pantas menyandang sebagai ahlul sunnah (pengikut sunah Nabi Muhammad SAW), sedangkan yang lain dituding ahlul bid’ah (pembaruan ajaran Islam tanpa berpedoman pada Al-Qur’an dan hadis) serta kafir.

Klaim kebenaran tunggal dalam kehidupan keagamaan acapkali menciptakan benturan. Meski sesama Islam, para ‘pemegang kunci surga’ ini tidak segan untuk menciptakan konflik di masyarakat. Tak sekedar benturan sosial, mereka pun sanggup melakukan tindakan terorisme.

Berdasarkan laporan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), ada 370 tersangka terorisme di Tanah Air pada 2021. Padahal, jumlah tersangka terorisme pada tahun sebelumnya sebanyak 232 orang. Ini artinya, ada kenaikan 59,48% jika dibandingkan dengan di 2020.

Dalam sebuah diskusi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 Antiteror yang dihadiri oleh penulis diketahui bahwa para pelaku terorisme memiliki paham keagamaan yang sama, yakni salafi wahabi.

Paham keagamaan seperti itu dalam lingkup terkecil tak ingin bergabung dengan paham yang lain. Mereka tak canggung pula untuk menarik demarkasi dengan kelompok lain. Tak mengherankan jika muncul kasus di sejumlah di masjid, kelompok yang ‘memborong kunci surga’ ini menggusur kelompok di luar mereka.

Dalam kehidupan sosial di sebuah kompleks perumahan pun mereka enggan berbaur. Mereka juga tak pernah mengikuti kegiatan 17 Agustusan di kompleks atau di lingkungan mereka tinggal.

Jika kelompok seperti ini dibiarkan tumbuh subur, hal itu merupakan sebuah ancaman bagi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa, menurut mendiang Cak Nur (Nurcholis Madjid), adalah kalimatun sawa (titik pertemuan) di antara berbagai kelompok atau pandangan keagamaan. Jika tak setuju dengan Pancasila dan UUD 1945, apakah kelompok seperti itu pantas



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima