Raja Membaca Facebook

Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
31/8/2021 05:00
Raja Membaca Facebook
Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DRAMA alih kekuasaan perdana menteri Malaysia mungkin berakhir, mungkin tidak. Yang jelas akibat pandemi korona Raja memutuskan tak ada pemilu. Sebuah keputusan yang bisa jadi hanya menunda sementara pertarungan kekuasaan di parlemen.

Dalam tiga tahun Malaysia dipimpin tiga perdana menteri. Dalam tiga tahun pula setelah kalah dalam Pemilu 2018, kini UMNO kembali berkuasa. Pada 21 Agustus 2021 Raja Yang di-Pertuan Agong XVI Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa melantik Wakil Presiden UMNO Ismail Sabri Yaakob menjadi perdana menteri kesembilan menggantikan Sri Muhyiddin Yassin yang mengundurkan diri.

Kali ini ada yang berubah dalam hal Raja mengambil keputusan. Raja belajar dari pengalamannya kala mengangkat Muhyiddin Yassin pada 1 Maret 2020. Dia tidak begitu saja percaya klaim koalisi mayoritas sederhana di parlemen. Yassin, misalnya, mengklaim meraih mayoritas padahal itu hasil persekongkolan elite di Hotel Sheraton. Bukan di parlemen.

Raja yang sekarang ini, Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin, juga belajar dari raja sebelumnya, Yang di-Pertuan Agong XV Sultan Muhammad V. Pada 10 Mei 2018 hanya dalam tempo kurang 24 jam Raja Sultan Muhammad V mengambil keputusan. Hari itu pada pukul 13.38 Raja menerima surat dari partai-partai anggota koalisi Pakatan Bersama. Isinya koalisi pemenang pemilu mengusung Mahathir menjadi perdana menteri. Surat itu diterima Istana Negara lebih dulu daripada surat resmi KPU Malaysia mengenai hasil pemilu pada pukul 14.45. Keputusan politik oposisi mendahului surat resmi KPU itu menunjukkan betapa dahsyat gairah kemenangan menumbangkan UMNO dan betapa dahsyat keinginan mereka untuk berkuasa secepat-cepatnya.

Raja Sultan Muhammad V ketika itu menangkap suasana kebatinan tersebut. Raja pun menangkap desas-desus bahwa raja tak merestui Mahathir menjadi perdana menteri. Pada pukul 17.00, pada 10 Mei 2018 itu juga, setelah menguji semua dokumen, Raja Sultan Muhammad V memanggil empat tokoh koalisi Pakatan Harapan di Istana Negara. Mereka ialah Datuk Sri Wan Azizah, Tan Sri Muhyiddin Yassin, Lim Guan Eng, dan Haji Mohamad Sabu. Setelah Raja meng-interview mereka, mendengarkan pandangan mereka, pada pukul 21.30 hari itu Raja memutuskan dan mengambil sumpah Mahathir menjadi perdana menteri ketujuh.

 

Siaran pers Istana Negara hari itu menyatakan bahwa Raja sangat mendukung dan menghormati proses demokrasi. Demikianlah pada 10 Mei 2018 itu dalam tempo 24 jam kekuasaan berpindah dari PM Najib kepada PM Mahathir.

Belum genap dua tahun, pada 24 Februari 2020, Mahathir mengundurkan diri. Dia tak memenuhi janjinya untuk berkuasa hanya dalam setahun lalu menyerahkannya kepada Anwar Ibrahim--yang partainya Partai Keadilan meraih suara terbanyak. Raja Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin tak terburu-buru mengambil keputusan. Pada 25 Februari 2020, Raja membuat sejarah untuk pertama kali mewawancara satu per satu anggota parlemen. Jumlahnya 220 orang. Katanya kepada wartawan, "Saya harap kita akan mendapatkan solusi terbaik bagi negara kita." Hasilnya ialah pada 1 Maret 2020 Raja mengangkat Sri Muhyiddin Yassin menjadi PM kedelapan.

Namun, PM Yassin hanya bertakhta 17 bulan. Pada 16 Agustus 2021 dia mengundurkan diri. Dia kehilangan legitimasi di parlemen, kepercayaan yang sebetulnya tak pernah diperolehnya selain persekongkolan sejumlah elite di Hotel Sheraton. Ia dinilai gagal mengendalikan pandemi, mengatasi resesi ekonomi, dan menjaga stabilitas politik.

Dalam hal mengangkat Muhyiddin Yasin menjadi perdana menteri, Raja Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin sama sekali tak mendengarkan apalagi melibatkan Mahathir. Raja kiranya tak lagi memercayainya. Kata Mahathir, "Raja telah mengambil keputusan untuk tak mau bertemu saya lagi. Saya tak punya kesempatan untuk memberi tahu Raja bahwa Tan Sri Muhyiddin tidak didukung mayoritas."

Dalam mengambil keputusan mengangkat Ismail Sabri Yaakob menjadi PM, kali ini Raja Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin malah tak lagi percaya begitu saja dukungan lisan anggota parlemen di hadapan Raja. Raja belajar dari persekongkolan Sheraton. Raja mengharuskan mereka voting di parlemen. Yaakob meraih 114 dari 220 suara mengalahkan Anwar Ibrahim. Raja masih tak percaya begitu saja. Raja mengharuskan 114 orang anggota parlemen itu untuk menandatangani pernyataan dukungan mereka.

Demikianlah menurut The Economist, Rajalah yang menjadi king maker. Rajalah yang belajar dari kemelut politik. Bukan elite pimpinan partai. Raja bahkan tak semena-mena sebagai monarki. "Raja mendengar suara publik. Raja dapat membaca Facebook. Raja membaca komentar rakyat. Raja punya gambaran apa yang dipikirkan rakyat. Dan Raja sadar akan legacy-nya," kata Francis Hutchinson, pakar di lembaga think thank ISEAS-Yusof Ishak Institute berkedudukan di Singapura.

Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob telah mengumumkan kabinet baru, tanpa oposisi. Dia tak belajar dari presiden negara tetangga, Jokowi, yang mengangkat rival dalam pilpres, Prabowo dan Sandiaga Uno, duduk di kabinet. Bahkan, Jokowi terus memperbesar koalisi dengan mengundang PAN ke Istana. Tinggal dua partai, PKS dan Demokrat, di luar Istana. Jokowi membangun koalisi gemuk. Stabilitas elite pimpinan partai politik sangat penting baginya.

Jokowi kiranya penganut nasihat, 'the winners should not take all, and the losers not lose all'. Yang menang jangan serakah, yang kalah jangan tak kebagian.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima