Terharu Selandia Baru

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
03/7/2021 05:00
Terharu Selandia Baru
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KALI ini izinkan saya terharu dengan Selandia Baru. Negeri di dataran Oseania tersebut punya cara khas menangani penyebaran virus covid-19. Resepnya sebetulnya sederhana. Kita pun bisa melakukannya. Namun, kemauan partisipasi dan semangat rakyatnya yang luar biasalah yang membedakannya.

Ada tiga cara yang dipakai Selandia Baru untuk akhirnya bisa mengendalikan korona. Pertama, menutup perbatasan. Kedua, memberlakukan lockdown, baik lokal maupun nasional. Ketiga, ini yang istimewa, dengan cara partisipasi masyarakat lewat program yang diberi nama Tim 5 Juta Orang.

Melalui sebuah video pendek yang disebar di media sosial, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, membagi kisah inspiratif itu. Ia menekankan pada Tim 5 Juta Orang itu. Loh, bukankah penduduk Selandia Baru hanya 5 juta jiwa?

Di situlah inspirasinya. Tim 5 Juta Orang mengacu pada jumlah penduduk tetangga dekat Australia tersebut. Setiap orang di Selandia baru berpartisipasi mengambil peran masing-masing untuk memuluskan program pengendalian covid-19 yang diluncurkan pemerintah. Mereka percaya dan mengambil peran aktif atas program-program pemerintah tersebut.

Lalu, tidak adakah rakyat yang mengkritik, bahkan menentang, kebijakan itu? Apa di Selandia Baru laiknya Tiongkok dan Vietnam yang tak mengenal oposisi? "Ada oposisi. Mereka sangat kuat juga di parlemen. Namun, ketika yang sedang dihadapi persoalan bangsa, pertaruhan keselamatan bangsa, mereka semua kompak. Tidak ada yang mendebat," kata Tantowi dalam video berdurasi kurang dari tiga menit tersebut.

Jadi, intinya kepercayaan, saling percaya. Tak perlu terlalu berbuih-buih bicara persatuan bangsa, Selandia Baru mengerjakan langsung hakikat persatuan dan gotong royong. Masalah keselamatan bangsa akan meruntuhkan ego sektoral, menyikat segala sekat, membangkitkan kebersamaan di sekujur negeri. Defisit aturan ditutup oleh moral etis hidup berdampingan dan saling menguatkan.

Walhasil, hal itu tidak mengherankan jika kasus positif covid-19 di Selandia Baru selama pandemi sangat rendah. Hanya 2.742 kasus positif korona dalam satu setengah tahun pandemi. Itu berarti hanya 0,054% jumlah penduduk. Bandingkan dengan Indonesia yang mencapai 2,2 juta kasus, yang berarti 0,81% dari total 270 juta penduduk.

Persentase kita dalam keterpaparan korona lebih besar 18 kali lipat jika dibandingkan dengan Selandia baru. Angka kematian akibat covid-19 di Selandia Baru juga amat minim: 'hanya' 26 orang atau satu per 200 ribu penduduk. Adapun di Indonesia, hingga Kamis (1/7), angka kematian akibat korona mencapai hampir 59 ribu orang atau satu per 5 ribu penduduk.

Perbedaan dosis saling percaya antara Selandia Baru dan di Indonesia kiranya menjadi pangkal soal perbedaan angka statistik tersebut. Di kita, sikap oposisi dijalankan secara salah kaprah dan dengan dosis maksimum pula. Sikap oposan lebih didorong asal beda. Kalau pemerintah bilang A, walau masuk akal sekalipun, oposan akan selalu bilang Z. Bila pemerintah jalan ke utara, biarpun jalan itu benar, para oposan bakal jalan ke selatan.

Yang satu mengajak agar memakai masker, oposan bilang saatnya buka masker. Pemerintah menargetkan gerakan sejuta vaksinasi per hari, ada saja yang memprovokasi mengajak menjauhi vaksin karena diyakini bakal merusak otak dan saraf. Nalar, empati, dan energi bergotong royong menghalau korona kalah oleh syahwat asal beda yang kelewat menggelegak.

Pertanyaan yang menggelitik saya, ke mana semboyan gotong royong itu? Ke mana rambate rata hayo atau berat sama dipikul, ringan sama dijinjing? Ada baiknya kita merenungi apa yang pernah disampaikan oleh Proklamator kita, Bung Karno, dalam pidato tentang Kebangkitan Nasional pada 1958 dan 1963 di Alun-alun Bandung.

Bung Karno mengatakan, "Saudara-Saudara, bangsa Indonesia ini seperti sapu lidi yang terdiri dari beratus-ratus lidi. Jika tidak diikat akan tercerai-berai, tidak berguna, dan mudah dipatahkan. Namun, jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat, menjadi satu, mana ada manusia yang bisa mematahkan sapu lidi yang sudah diikat. Tidak ada Saudara-Saudara. Jikalau kita bersatu, jikalau kita rukun, kita menjadi kuat kesatuan sikap dan tindakan.”

Kita hanya perlu itu, saat segala cara melawan korona sudah tersedia. Sayangnya, tidak semua bisa berjiwa besar untuk melakukannya.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima