Baik dan Bijak

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
30/6/2021 05:00
Baik dan Bijak
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI negeri ini, urusan 'baik dan bijak' masih laksana air dan minyak. Keduanya tidak menyatu, malah kerap dipisahkan. Hal yang sejatinya baik belum tentu dilakukan secara bijak jika disampaikan dengan cara dan momentum yang tidak pas.

Menasihati orang agar tidak keluyuran itu baik. Namun, bila dilakukan dengan cara membentak-bentak, apalagi yang dinasihati sedang dililit utang dan butuh penyegaran di luar, hasilnya bisa buruk. Salah-salah malah terjadi kegaduhan berujung perkelahian.

Seperti itu pula yang disampaikan Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI MH Said Abdullah, awal pekan ini. Ia merespons ulasan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas utang pemerintah yang menurut lembaga pemeriksa itu berada di situasi mengkhawatirkan.

Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I 2020, khususnya yang menyangkut utang pemerintah, BPK menyebutkan adanya kerentanan rasio utang terhadap penerimaan dan rasio pembayaran bunga utang terhadap penerimaan. Kerentanan itu dipandang BPK telah melampaui batas terbaik yang direkomendasikan lembaga internasional.

Said menilai pernyataan BPK soal utang itu baik, tapi kurang bijak. Baik karena mengingatkan untuk berhati-hati. Kurang bijak karena terkesan tidak ikut serta mendorong situasi kondusif dan kerja sama antarlembaga, khususnya saat bangsa dan negara menghadapi krisis kesehatan dan kontraksi ekonomi. "Sikap ini jauh dari kepatutan dan tidak menjadi teladan yang baik bagi rakyat yang sedang susah menghadapi pandemi," ujarnya.

Saya sepenuhnya sepakat dengan Said. Penilaian soal utang pemerintah selama ini kerap menjadi gorengan politik sehingga kian mengeruhkan 'kolam bangsa' yang sudah keruh. Berkali-kali sudah pernyataan soal utang pemerintah yang katanya mengkhawatirkan itu dibantah berdasarkan fakta yang sahih dan argumentasi yang solid. Toh, kesempatan untuk mengaduk-aduk kolam keruh itu selalu hadir saat mendapatkan 'justifikasi'.

Benar belaka bahwa utang pemerintah memang naik. Total utang pemerintah pada akhir Mei 2021 mencapai Rp6.418,5 triliun, naik sekitar 6,9% bila dibandingkan dengan jumlah utang pada akhir 2020. Namun, utang yang lebih dari Rp6.000 triliun tersebut secara rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) masih relatif aman karena masih di angka 40,49%. Batas atas yang digariskan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ialah 60% dari PDB.

Ada alasan lagi kenapa kita tidak usah panik dan berlebihan menanggapi utang yang naik itu, yakni karena sebagian besar utang tersebut berjangka panjang dan dikelola secara hati-hati. Profil utang pemerintah berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan menjadi basis argumentasinya. Data itu menunjukkan risiko valas utang pemerintah menunjukkan tren turun.

Dari total utang pemerintah pada 2019 sebesar Rp4.778 triliun, sebesar Rp1.808,9 triliun (37,8%) dalam bentuk valas. Pada 2020, porsi valas naik ke level Rp2.037 triliun (33,5%) dari total utang Rp6.074,6 triliun. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/KMK.08/2020 menetapkan porsi utang pemerintah dalam komposisi valas maksimal 41%. Itu berarti jumlah utang valas yang di angka 33,5% menandakan semuanya masih terkelola dengan baik. Tidak ugal-ugalan.

Demikian juga, dalam urusan jatuh tempo utang yang masih aman. Rata-rata tertimbang jatuh tempo atau average time to maturity (ATM) utang pemerintah menunjukkan tren penurunan. Setidaknya pada rentang 2016-2020, ATM menunjukkan angka di bawah sembilan tahun. Posisi itu menunjukkan indikator manajemen utang terkelola dengan baik.

ATM utang pemerintah pada 2016 di angka 9,1 tahun, lalu 2017 di angka 8,7 tahun, kemudian 2018 di angka 8,4 tahun, 2019 di angka 8,5 tahun, dan pada 2020 di angka 8,8 tahun. Data itu menjelaskan manajemen penerbitan, penjualan, dan jatuh tempo utang pemerintah dijalankan dengan tata kelola yang baik.

Jadi, meningkatnya utang pemerintah tidak perlu direspons secara berlebihan, apalagi panik. Respons berlebihan, apalagi panik dan tuding sana tuding sini, berisiko menurunkan imunitas tubuh. Padahal, dalam situasi penularan virus korona yang masih masif seperti sekarang ini, imun yang kuat amat dibutuhkan. Jadi, mulailah menyampaikan segala yang baik dengan bijak. Jangan mencemaskan hal-hal yang memang tidak perlu dicemaskan.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima