Serupa Seks, Kekuasaan Harus Dikendalikan

Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group
16/3/2021 05:00
Serupa Seks, Kekuasaan Harus Dikendalikan
Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

RECEP Tayyip Erdogan menjabat Perdana Menteri Turki dari 2003 hingga 2014. Ketika itu presiden sebatas jabatan seremonial, sekadar simbol. Perdana menteri kepala pemerintahan atau eksekutif. Erdogan lalu mencanangkan perubahan menuju sistem presidensial. Pada April 2017 Turki menggelar referendum konstitusi yang mengubah lebih dari 70 artikel konstitusi.

Parlemen Turki menyetujui paket reformasi konstitusi yang memperkuat kekuasaan presiden. Amendemen konstitusi memungkinkan Erdogan mempertahankan jabatan sebagai presiden sampai 2029. Presiden Erdogan kini berwenang memutuskan pembentukan kementerian, memecat pegawai negeri tanpa persetujuan parlemen, menunjuk empat anggota Dewan Hakim dan jaksa, serta membubarkan parlemen.

Banyak pengamat menilai Erdogan dengan kewenangan barunya tak ubahnya penguasa otoriter. Kalangan oposisi, sejak gagasan amendemen konstitusi yang memperkuat kekuasaan Erodogan diajukan, mengkhawatirkan Turki bakal mempraktikkan otoritarianisme. Karena otoritarianisme Erdogan diberikan konstitusi, bolehlah kita menyebutnya otoritarianisme konstitusional.

Kasus Erdogan menunjukkan kekuasaan sangat menggiurkan. Orang ingin menambah dan memperlama kekuasaannya. Kekuasaan serupa, maaf, seks. Orang cenderung ingin mengoleksi kekuasaan, tak cukup cuma punya satu kekuasaan. Erdogan setelah menjadi perdana menteri ingin menjadi presiden dengan kewenangan diperluas dan diperkuat pula.

Selain melalui diri sendiri, orang ingin mengoleksi kekuasaan melalui keluarganya. Ini disebut politik dinasti. Berat Albayrak, menantu Erdogan, pernah menjabat menteri keuangan meski kemudian mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Politik dinasti ini tidak melanggar konstitusi karena Erdogan berwenang membentuk kabinet.

Orang merasa tak puas bila menjabat satu periode bahkan dua periode. Erdogan memperpanjang kekuasaannya. Seperti disebut sebelumnya, konstitusi memungkinkan Erdogan berkuasa sebagai presiden hingga 2029. Erdogan menjadi perdana menteri sejak 2003-2014 atau 11 tahun. Dia menjadi presiden sejak 2014 hingga 2029 atau 15 tahun. Total Erdogan berkuasa di pucuk pimpinan eksekutif Turki 26 tahun. Konstitusi memungkinkan Erdogan berkuasa selama itu.

Jika ditambah enam tahun lagi, kekuasaan Erdogan menyamai Presiden Soeharto yang juga otoriter. Undang-Undang Dasar 1945 sebelum diamendemen menyatakan presiden menjabat selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali (berkali-kali).

Konstitusi memungkinkan Pak Harto berkuasa selama 32 tahun. Konstitusi pun memungkinkan Pak Harto mengangkat anaknya, Siti Hardianti Rukmana, sebagai menteri. Serupa otoritarianisme Presiden Erdogan, otoritarianisme Presiden Soeharto ialah otoritarianisme konstitusional.

Kekuasaan harus dibatasi supaya tidak otoriter. Serupa seks, kekuasaan harus dikendalikan. Demokrasi membatasi dan mengendalikan kekuasaan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Secara kualitatif demokrasi menolak kekuasaan terpusat. Demokrasi membagi kekuasaan kepada eksekutif, legislatif, yudikatif. Ini konsep trias politika. Secara kuantitatif, demokrasi membatasi durasi kekuasaan. Pun, secara kuantitatif, demokrasi membatasi orang menjadi kolektor kekuasaan bagi diri dan keluarganya.

Sejak 1999 Indonesia memasuki era demokrasi. Kekuasaan presiden dibatasi. Amendemen konstitusi membatasi kekuasaan presiden maksimal dua periode atau 10 tahun. Pasal 7 UUD 1945 berbunyi ‘Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan’.

Muncul isu Presiden Republik Indonesia bisa menjabat tiga periode atau 15 tahun. Pasal 7 UUD 1945 katanya bakal diamendemen untuk memungkinkan presiden berkuasa tiga periode.

Apa salahnya tiga periode, toh itu tetap dibatasi? Empat, lima, atau 10 periode jabatan presiden juga dibatasi. Dua periode atau 10 tahun cukup. Itu bahkan melebihi masa jabatan Presiden Amerika Serikat dua periode selama delapan tahun. Masa jabatan presiden lebih dari dua periode kiranya menghadirkan otoritarianisme konstitusional. Otoritarianisme dengan segala embel-embelnya, termasuk embel-embel konstitusional mesti ditolak.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima