Politik Mikrofon tanpa Substansi

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
08/10/2020 05:00
Politik Mikrofon tanpa Substansi
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

RAPAT Paripurna DPR yang menyetujui RUU Cipta Kerja disahkan menjadi undang-undang lebih banyak buihnya. Aksesori politik yang dibumbu-bumbui drama mikrofon malah menutupi substansi.

Substansi rapat paripurna yang digelar Senin (5/10) ialah dengan diundangkannya Cipta Kerja, terpenuhi sudah salah satu janji pelantikan Presiden Joko Widodo. Sebagai janji pelantikan tentu saja sepenuhnya berpihak kepada rakyat.

Ketika dilantik pada 20 Oktober 2019, Jokowi mengatakan, “Segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan, harus kita potong, harus kita pangkas. Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Kedua, UU Pemberdayaan UMKM.”

Menurut Jokowi, setiap UU tersebut menjadi omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU. Puluhan UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja langsung direvisi sekaligus. Puluhan UU yang menghambat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi.

Elok nian bila saat mengesahkan RUU Cipta Kerja, DPR bertanya kepada Presiden Jokowi kapan RUU Pemberdayaan UMKM diajukan ke DPR. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan, DPR memastikan Presiden memenuhi janji pelantikannya.

Pengesahan RUU Cipta Kerja yang dibahas selama enam bulan itu sebuah keniscayaan sebab pemerintahan Presiden Joko Widodo didukung 77,18% kekuatan di parlemen. Pada titik ini bolehlah mengacungkan jempol karena tidak satu pun partai pendukung pemerintah yang membelot di Senayan. Semua satu suara.

Kebiasaan bersatu di kabinet tapi oposisi di parlemen tidak tampak kali ini. Karena itu, patut diapresiasi Presiden yang mampu menyelaraskan derap langkah partai pendukungnya.

Sangatlah disayangkan, parlemen yang dikuasai pendukung Jokowi itu tidak mampu menyajikan substansi RUU Cipta Kerja ke ruang publik. Malah ruang publik dikuasai informasi menyesatkan sehingga memicu demonstrasi di mana-mana.

Ruang rapat paripurna dewan sebagai panggung politik malah dimanfaatkan secara efektif oleh oposisi. Fraksi oposisi yang melakukan walk-out dipersepsikan publik sebagai minoritas yang tertindas karena membela pekerja.

Kehadiran oposisi yang cerdas memang dibutuhkan untuk mengimbangi pemerintahan yang sangat kuat saat ini. Secara teoretis, oposisi yang cerdas dibutuhkan sebagai pengontrol agar pemerintah tidak terjerumus menjadi diktator. Ia diperlukan sebagai penyeimbang supaya pemerintah tak gemar mengumbar janji, apalagi menyimpang.

Oposisi bisa berperan sebagai advocatus diaboli atau iblis yang menyelamatkan dengan gangguan terus-menerus. Sayangnya, gangguan itu ditanggapi dengan lelucon mikrofon, bukan perdebatan substansi RUU Cipta Kerja.

Rapat paripurna dipimpin Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin. Ia sempat beradu pendapat dengan anggota Fraksi Partai Demokrat Benny K Harman yang merasa tidak diberi hak berbicara. Perdebatan antara dua kawan lama itu, keduanya pernah sama-sama menjadi pemimpin Komisi III DPR, berujung walk-out Partai Demokrat.

Tegas dikatakan bahwa walk-out adalah sikap politik. Akan tetapi, walk-out yang terjadi itu hanya masalah sepele karena menyangkut diizinkan atau tidaknya interupsi sebelum pemerintah memberi keterangan.

Perhatian publik malah tertuju kepada Ketua DPR Puan Maharani yang duduk mendampingi Azis. Aksi Puan yang diduga mematikan mikrofon saat politikus Partai Demokrat, Irwan atau Irwan Fecho, sedang interupsi tertangkap kamera salah satu stasiun televisi dan menjadi viral.

Banyak orang yang tidak percaya bahwa Puan melakukan tindakan yang dulu ia protes keras. Puan pernah melakukan protes keras dengan melakukan walk-out dari Rapat Paripurna DPR karena mikrofon dimatikan.

Ketika itu, 2 Oktober 2014, DPR menggelar rapat dengan agenda pemilihan pimpinan DPR. Pada saat itu DPR dikuasai koalisi pendukung Prabowo. Sepanjang rapat berlangsung, mikrofon selalu mati pada saat pendukung Jokowi menginterupsi.

Selaku Ketua Fraksi PDIP, Puan protes keras. “Misalnya saja, semua mic kami di ruang paripurna tak bisa nyala. Saya tak tahu apa masalahnya. Apa ada intervensi?” ujarnya. Puan tentu saja sudah merasakan sakit hati akibat politisasi mikrofon.

Sekjen DPR Indra Iskandar pun buru-buru meluruskan insiden mikrofon mati. Kata dia, pimpinan sidang hanya menjalankan tugas untuk menjaga ketertiban peserta rapat saat menyampaikan pendapat.

Politisasi mikrofon memperlihatkan kualitas demokrasi yang masih rendah. Eloknya, di panggung politik, anggota DPR lantang bicara adu argumentasi dan rakyat menjadi wasitnya.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima