Membakar Bendera

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
27/6/2020 05:00
Membakar Bendera
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAYA mendadak kepingin bikin dan jualan bendera bergambar martil-sabit dan bendera bergambar kepala banteng. Musim demo menolak Rancangan Undang- Undang Haluan Ideologi Pancasila serupa sekarang ini kiranya membuat kedua bendera laku keras. Orang bakal banyak membutuhkan kedua bendera untuk dibawa berunjuk rasa lalu dibakar. Supaya bisnis bendera saya laris manis, saya akan berpromosi begini: ‘tak usah gusar bendera dibakar, beli lagi saja yang anyar’.

Tak takut dituduh komunis karena bikin dan jualan bendera terutama yang bergambar martil-sabit? Kalau ada yang menuduh begitu, itu keliru besar. Saya justru kapitalis. Kurang kapitalis bagaimana seorang yang mencari keuntungan dari konfl ik di antara dua kelompok?

Di Kota Khomein, Iran, ada pabrik bendera bernama Diba Parcham. Akhir Januari lalu, kantor berita Reuters memberitakan pabrik itu memproduksi 2.000 bendera Amerika dan Israel setiap bulan untuk memenuhi permintaan pasar. Pabrik tersebut menghabiskan 450.000 meter kain untuk membuat kedua bendera itu per tahun. Orang Iran membeli bendera Amerika dan Israel bukan untuk dikibar, melainkan dibakar saat unjuk rasa menentang kedua negara bersekutu itu.

Bendera simbol sakral bagi setiap negara, bangsa, atau kelompok. Bendera menjadi representasi kehormatan satu bangsa. Oleh karena itu, saya heran tetapi bersyukur Amerika dan Israel tidak baper dan gusar bendera mereka dibakar. Mungkin Amerika dan Israel berpikir buat apa gusar bendera dibakar, toh bisa bikin atau beli lagi yang anyar.

Bayangkan bila kedua negara baper dan gusar lalu merapatkan barisan untuk menyerang Iran demi membela kehormatan bangsa. Saya tak kuasa membayangkan bila Amerika atau Israel baper dan gusar, merapatkan barisan, lalu menyerang Indonesia karena orang Indonesia berulang kali berunjuk rasa di muka Kedubes Amerika sambil membakar bendera Amerika dan Israel.

Di satu sisi, di negara kita, serupa di Iran, orang gemar melampiaskan protes atau kemarahan dengan membakar bendera. Satu kelompok Islam di sini doyan membakar bendera bergambar martil-sabit saat berunjuk rasa berbau antikomunisme. Banyak orang bertanya, kok mereka punya bendera itu; kok mereka simpan bendera itu; dari mana mereka dapat bendera itu. Tidak mungkin dari saya karena bisnis bendera saya cuma cita-cita, tidak nyata. Tidak mungkin dari pabrik di Iran karena mereka tak bikin bendera martil-sabit.

Di sisi lain, kita kiranya menganggap bendera betul-betul sakral, simbol kehormatan, yang harus dibela dan dipertahankan. Kita, berbeda dengan Amerika dan Israel, kontan baper dan gusar setengah mati bila bendera kita dibakar

Ketua Umum PDIP Megawati menyerukan kader partai merapatkan barisan setelah bendera partainya dibakar massa yang berunjuk rasa di depan kompleks parlemen, Kamis (25/6). ‘Saya siap untuk mengasah tanduk…’, tulis seorang teman kader PDIP pada status di laman Facebook-nya.

Sejumlah kelompok Islam memprotes keras pembakaran bendera bertuliskan ‘Laa ilaaha illallah’ dalam tulisan Arab oleh organisasi Banser NU di peringatan Hari Santri di Garut, Jawa Barat, Oktober 2018. Banser NU menganggap itu bendera HTI, organisasi terlarang. Kelompok Islam yang memprotesnya menganggap itu bendera tauhid.

Ada paradoks di diri bangsa ini dalam memperlakukan bendera. Semua menganggap bendera sakral, tetapi kita gemar membakarnya. Bila semua, kita dan mereka, menganggap bendera sakral, semestinya kita tak saling membakarnya. Kita tak mau bendera kita dibakar. Pun mereka tak mau bendera mereka dibakar.

Seorang lelaki, yang istrinya sedang mengandung, tewas dibakar massa atas tuduhan, baru tuduhan, mencuri amplifier satu musala di Bekasi, Jawa Barat, Agustus 2017. Lalu, seorang transpuan meninggal dibakar para preman atas tuduhan, masih tuduhan, mencuri telepon seluler salah seorang preman di Cilincing, Jakarta, April 2020.

Adakah kalian merapatkan barisan dan mengasah tanduk untuk membela lelaki dan transpuan yang dibakar itu? Adakah kalian berunjuk rasa bergelombang-gelombang menuntut aparat menegakkan hukum atas perkara pembakaran kedua manusia itu?

Kita kiranya lebih menghargai bendera daripada manusia. Kita rupanya lebih menghormati kebendaan daripada kemanusiaan. Padahal, bendera yang musnah dibakar bisa diganti dengan yang baru, tetapi manusia yang mati dibakar tak tergantikan.

Di manakah rasa kemanusiaan yang adil dan beradab kita ketika kita gusar bendera dibakar, tetapi sabar kala manusia dibakar?

 

 

 

 

 

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima