Tuhan tidak Gaptek

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
21/3/2020 05:10
Tuhan tidak Gaptek
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(Dok. MI/Ebet)

PERTARUNGAN ilmu pengetahuan dan agama sudah berusia uzur.

Dalam tradisi Islam, ilmu pernah bertarung dengan teologi Jabariah. Teologi Jabariah yang lahir pada abad ke-2 Hijriah ini mengajarkan fatalisme atau predestination. Fatalisme ialah ajaran bahwa semua yang terjadi di muka bumi ini atas kehendak-Nya. Manusia tidak bisa mengubah keadaan kecuali pasrah, menerima begitu saja serupa adanya. Bila, misalnya, pejabat penganut Jabariah merampok duit rakyat dan ditanya KPK mengapa korupsi, dia akan menjawab, "Tuhan telah menetapkan aku sebagai koruptor."

Filsafat, ilmu segala ilmu, mengajarkan pilihan bebas, bahwa manusia merdeka memilih dan menentukan yang terbaik buat diri dan sekitarnya. Ilmu agama juga mengajarkan bahwa Tuhan memberi kemerdekaan kepada manusia untuk memilih, meski bukan hal sulit bagi-Nya untuk menjadikan manusia sebagai presiden atau rakyat, dokter atau pasien, KPK atau koruptor, pengemudi ojek daring atau pengemudi ojek pangkalan.

Dalam tradisi kristianitas, pertarungan ilmu pengetahuan dan agama terjadi ketika ilmuwan Galileo Galilei berhadapan dengan otoritas gereja. Pada 1633, Galileo disidangkan gereja karena berteori bumi itu bulat. Gereja dan umat kala itu meyakini seyakin-yakinnya, haqul yaqin, bumi itu datar. Galileo dipaksa mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman tahanan rumah. Galileo di-lockdown atau dikarantina di rumah bukan karena virus korona, melainkan karena virus keyakinan agama.

Kita kini menyaksikan kembali pertarungan agama dan ilmu pengetahuan di medan pertempuran melawan penyebaran virus korona. Pertarungan itu tergambar ketika pemerintah dan otoritas agama membatasi ibadah demi menahan laju penyebaran korona.

Yang dibatasi sesungguhnya bukan ibadah, melainkan kerumunannya. Ilmu pengetahuan mengatakan virus korona menyebar atau menular ketika terjadi kontak fisik dan sosial terlampau dekat. Salah satu upaya menghadang penyebaran virus korona ialah dengan menjaga jarak sosial, social distancing.

Fakta menunjukkan virus korona di Singapura dan Korea Selatan berawal dari kebaktian di gereja. Di Iran, virus korona berjangkit pertama kali di Qom, kota suci tempat berziarah penganut Syiah. Tiga warga negara Indonesia asal Sumatra Utara positif terjangkit korona setelah mengikuti tablig akbar di Malaysia.

Oleh karena itu, yang dibatasi ialah ibadah yang berkerumun, seperti salat Jumat atau kebaktian. Dibatasi bukan dilarang sama sekali, melainkan ditunda atau diganti dengan mekanisme ibadah yang meniadakan kerumunan. Salat Jumat diganti salat zuhur. Kebaktian di gereja diganti dengan kebaktian online atau daring. Toh, Gusti Allah bukan cuma 'mboten sare,' tidak tidur, melainkan juga 'mboten gaptek,' tidak gaptek. Kata Pendeta Gomar Goeltom, "Allah kita bukanlah Allah yang gagap teknologi."

Akan tetapi, masih banyak orang yang mengatasnamakan agama mencoba melawan ilmu pengetahuan. Mereka serupa penganut teologi Jabariah yang fatalistis itu.

Coba simak status seseorang di laman Facebook-nya: 'Tetaplah berjamaah di masjid!! Jangan mau ditakut-takuti dengan ancaman virus Corona. Masjid adalah rumah Allah SWT dan virus Corona adalah ciptaan Allah SWT. Di sini logika keimanan kita diuji. Kalau kalian bener2 beriman untuk apa takut? Allah SWT yang mengatur semua itu. Dan apabila ajal kita dijemput di masjid... insha Allah akan dimatikan dalam keadaan Husnul Khatimah'.

Wali Kota Prabumulih Ridho Yahya tidak bikin keputusan pegawai kantor wali kota bekerja di rumah serta tidak meliburkan sekolah. Ia beralasan, "Namanya penyakit dari Tuhan. Seperti kita tidak percaya lagi kepada Tuhan. Toh, penyakit itu diberi oleh Tuhan, dicoba oleh Tuhan."

Masih banyak jemaat Gereja Katedral, Jakarta, yang menghadiri misa atau ibadah Minggu, 15 Maret 2020. Mereka beralasan tetap sehat. Mereka seperti tidak khawatir karena Tuhan menjamin kesehatan dan keselamatan mereka.

Agama sejak lama sesungguhnya telah mengakomodasi dan mengakui kebenaran ilmu pengetahuan. Agama dalam banyak hal sejalan dengan ilmu pengetahuan. Agama telah melakukan 'gencatan senjata' dengan ilmu pengetahuan. Pemuka agama atau ulama telah berdamai dengan pemuka ilmu atau ilmuwan.

Meski baru pada 1990-an atau lebih dari 350 tahun kemudian gereja mengakui kebenaran teori bumi bulat yang dibikin Galileo dan merehabilitasi namanya. Gereja tidak lagi percaya bumi itu datar. 'Kaum bumi datar' menjadi julukan bagi kaum beragama yang tidak mengakui kebenaran ilmu pengetahuan.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas mengatakan MUI telah meminta pendapat ahli terkait dengan penyebaran virus korona sebelum menerbitkan fatwa anjuran mengganti salat Jumat dengan salat zuhur di rumah. Anwar Abbas mengatakan MUI akan mencabut fatwa tersebut bila ada virolog atau ahli virus yang bisa meyakinkan bahwa berkumpul di masjid tidak berpotensi menyebarkan virus korona.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima