Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
DALAM setiap bencana, kata jurnalis Eric Weiner, “Kita membutuhkan orang yang disalahkan selain Tuhan….” Eric Weiner mengatakan ini dalam buku The Geography of Bliss.
Begitulah, ketika Jakarta dan sekitarnya mengalami bencana banjir persis di pergantian tahun, orang berang, membutuhkan orang lain untuk dipersalahkan. Orang marah mungkin karena pergantian tahun semestinya menjadi saat bagi mereka untuk meninggalkan kenangan mendalam, tetapi malah menghadapi genangan terdalam.
Gubernur DKI Anies Baswedan pagi-pagi mengatakan sebaiknya kita tidak saling menyalahkan. Anies berkata begitu mungkin karena dia tahu betul bahwa orang bakal mempersalahkannya. Bisa juga Anies berkata seperti itu karena dia tahu banjir Jakarta memang kesalahannya, kegagalannya. Anies salah memangkas anggaran pengendalian banjir. Anies gagal mengendalikan banjir dengan program naturalisasinya.
Namun, ada warganet yang justru meminta kita tidak menyalahkan Anies. Katanya, “Jangan salahkan Anies karena dia tidak melakukan apa-apa.” Waduh! Orang memang kemudian ramai-ramai mengarahkan telunjuk ke hidung Anies.
Anies kebanjiran tuduhan tak becus menangani banjir. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan banjir terjadi gara-gara Anies tidak melanjutkan program normalisasi. Para warganet bahkan meminta Anies mundur.
Anies punya program naturalisasi untuk mengatasi banjir, bukan normalisasi. Banyak yang tak paham apa itu naturalisasi. Istilah naturalisasi serupa kicauan burung, indah didengar, tetapi tak ada yang tahu artinya. Setahu saya naturalisasi istilah di dunia sepak bola, yakni ketika seorang pemain berkewarganegaraan asing mengubah kewarganegaraannya supaya bisa membela tim negara barunya.
Ada tiga kemungkinan mengapa Anies menggunakan terminologi naturalisasi, bukan normalisasi.
Pertama, dia mungkin membayangkan normalisasi itu pembetonan. Padahal, normalisasi intinya mengembalikan sungai ke kondisi normal, antara lain lebar dan dalamnya.
Kedua, Anies barangkali membayangkan normalisasi berarti penggusuran. Anies emoh melakukan ini karena termakan janji kampanye di Pilkada DKI 2017 bahwa dia tidak akan menggusur warga. Sejumlah orang berpendapat, penggusuran bakal menggerus popularitas dan elektabilitas Anies andai dia maju di Pilpres 2024.
Normalisasi sebetulnya melibatkan relokasi warga tepi sungai yang sudah membuat sungai tidak normal lebarnya ke rumah susun yang lebih manusiawi. Lagi pula, memangnya sudah pasti ada parpol yang mau mengusung Anies di Pilpres 2024?
Ketiga, Anies sepertinya membayangkan satu-satunya cara mengatasi banjir ialah dengan membiarkannya terserap habis ke bumi. Kata Anies, itu hukum alam, sunatullah. Masakah Anies tak tahu bahwa tanah Jakarta telanjur banyak yang tertutup beton sehingga air hujan perlu disalurkan ke gorong-gorong lalu ke sungai dan berakhir di laut?
Masakah Anies tidak tahu bahwa jika curah hujan sangat tinggi tanah pun tak mampu serta-merta menyerap habis air sehingga perlu dialirkan ke gorong-gorong lalu ke sungai dan berakhir di laut? Ujung-ujungnya diperlukan normalisasi sungai juga.
Para pembela Anies menjawab banjir terjadi bukan cuma di Jakarta, melainkan di Depok, Tangerang, dan Bekasi, yang semuanya masuk Jawa Barat, tetapi mengapa cuma Anies yang dipersalahkan.
Jawabannya gampang bahwa ini remah-remah Pilkada DKI 2017. Salah sendiri kenapa pakai politik identitas segala di pilkada. Lagi pula, kita mengkritik Pemkab Bogor juga kok supaya melakukan normalisasi di hulu. Pun para pembela Anies menjawab bahwa banjir Jakarta terjadi sejak zaman dahulu kala. Lalu, kenapa kalau banjir terjadi sejak dahulu kala? Menganggap banjir cuma takdir? Kita pasrah saja tidak melakukan apa-apa, begitu?
Bukankah kita semestinya berikhtiar, bukan pasrah, supaya banjir yang terjadi sejak dulu kala itu lebih terkendali kini? Bukankah Tuhan tidak akan mengubah nasib warga Jakarta yang kebanjiran jika mereka tidak mau berusaha mengubahnya?
Kata kuncinya ikhtiar, usaha. Substansi segala kemarahan orang kepada Anies ialah tuntutan tentang apa ikhtiar yang sudah dilakukan Pak Gubernur untuk mengantisipasi banjir di Jakarta.
Dalam kasus banjir ini terkesan tanggung jawab berarti rakyat yang menanggung, Anies cuma menjawab. Kita mengapresiasi Anies yang bertanggung jawab dengan mengutamakan penyelamatan warga korban banjir. Akan tetapi, orang lebih menuntut Anies bertanggung jawab melaksanakan program pengendalian banjir setelah banjir ini surut.
Tambah anggaran pengendalian banjir yang kemarin dipangkas. Lakukan program normalisasi. Tak usahlah gengsi, keminter, untuk meneruskan program pendahulu Anda meski Anda doktor, sedangkan Ahok ‘provokator’.
Kerja samalah dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah lain untuk pengendalian banjir yang lebih komprehensif. Udah gitu aja!
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved