Kado dari BI

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
29/10/2019 05:30
Kado dari BI
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(MI)

ISTIMEWA sekali hadiah yang diberikan Bank Indonesia kepada Kabinet Indonesia Maju. Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga repo 7 hari menjadi 5%. Penurunan suku bunga langsung menggairahkan pasar modal. Pemilik dana pun mengalihkan sebagian simpanan untuk membeli saham.

Sinyal baik yang diberikan BI tentu menjadi modal untuk Kabinet Indonesia Maju mendorong peningkatan investasi. Di tengah ancaman resesi yang melanda dunia, semua negara dituntut untuk mempermudah aliran modal agar investasi tetap bisa meningkat.

Peringkat kemudahan berinvestasi di Indonesia, menurut Bank Dunia, berada di urutan ke-73. Padahal Presiden Joko Widodo mengharapkan agar peringkat itu minimal bisa menembus urutan 40. Ada tiga indikator yang dianggap masih lemah, yaitu penghormatan kepada kontrak yang berada pada urutan 146, perizinan konstruksi di urutan 112, dan perlindungan kepada investor minoritas pada urutan 51.

Semua kelemahan yang masih ada merupakan pekerjaan rumah bagi anggota kabinet baru. Sejauh mana persoalan itu kemudian direspons dan dikeluarkan langkah terobosannya. Kecepatan untuk melakukan respons perbaikan itulah yang menjadi kunci bagi bergeraknya kembali perekonomian.

Tentu jawabannya bukan dengan membuat peraturan baru. Seperti disampaikan Presiden saat pidato pelantikan, kita ini sudah terlalu banyak peraturan. Namun, peraturan itu bukan saling memperlancar, tetapi justru saling menghambat. Presiden bahkan mengusulkan dibuatnya omnibus law atau dikeluarkannya peraturan baru yang sekaligus menghapus peraturan lama yang menghambat.

Lagi-lagi koordinasi di antara para menterilah yang kita harapkan. Mereka mau duduk sama-sama untuk saling mendukung arah pembangunan ekonomi yang hendak kita lakukan. Pada rapat kabinet paripurna pertama, Presiden menegaskan kembali bahwa tidak ada visi-visi menteri, yang ada hanya visi Presiden.

Visi Presiden sangat jelas disampaikan saat pidato pelantikan. Tugas pemerintah sekarang ini ikut mempersiapkan landasan bagi Indonesia yang maju dan sejahtera pada 2045 yang akan datang. Pada saat itu produk domestik bruto Indonesia harus mencapai US$7 triliun dan angka kemiskinan mendekati nol persen.

Target yang ingin kita capai sungguhlah luar biasa. Perekonomian bangsa ini harus tumbuh 700% dalam 25 tahun ke depan. Itu artinya kita harus tumbuh dengan double digit sama seperti yang pernah dilakukan Tiongkok pada periode dua dekade terakhir.

Tiongkok bisa melakukan itu karena visi dan aksinya sangat jelas dan konsisten dijalankan. Pergantian tampuk kepemimpinan dari Jiang Zemin ke Hu Jintao hingga Xi Jiping sekarang ini tidak mengubah arah besar pembangunan yang hendak mereka lakukan. Semua menjalankan kebijakan keterbukaan ekonomi yang digariskan Deng Xiaoping.

Sambil memacu proses produksi yang ada, mereka kirim putra-putra terbaik untuk menimba ilmu di negara-negara Barat sesuai dengan bidang ilmu yang dibutuhkan oleh negaranya. Perbaikan kualitas produksi dilakukan secara bertahap. Sekarang bangsa Tiongkok bukan hanya mampu menghasilkan produksi yang mampu bersaing di pasar global, tetapi bisa mengejar pencapaian negara-negara besar bahkan dengan mengirimkan astronaut ke angkasa luar.

Tantangan kita bagaimana membuat sistem demokrasi bisa berjalan paralel dengan arah pembangunan bangsa. Jangan seperti perjalanan 74 tahun bangsa ini yang selalu memulai 'sejarahnya dari titik nol'. Kita tidak pernah akan ke mana-mana kalau semua harus dimulai dari awal.

Apa yang pernah kita lakukan pada era Orde Baru sebenarnya bisa kita tiru. Arah pembangunan jangka panjang harus dibuat lebih jelas target yang ingin dicapainya. Jangan seperti rencana pembangunan jangka panjang sekarang ini yang bukan menjadi platform nasional. Kelemahan Orde Baru yang terlalu bertumpu kepada kroni sebagai pelaksana yang kita harus cegah.

Pembangunan 25 tahun ke depan harus memberi kesempatan yang sama kepada seluruh warga untuk ikut terlibat. Kita juga harus menerapkan merit system dalam proses pembangunan ke depan. Kita berikan kesempatan kepada yang memang mampu dan bersungguh-sungguh untuk memajukan bangsa dan negara ini.

Langkah pertama dimulai sekarang ini. Bagaimana kabinet baru melanjutkan tendangan awal yang sudah dilakukan BI. Bagaimana penurunan BI rate bisa cepat diikuti dengan penurunan tingkat suku bunga pinjaman. Inilah yang akan bisa mendobrak stagnasi pertumbuhan ekonomi, apalagi jika secara bersamaan diikuti dengan perbaikan peraturan-peraturan yang menghambat tadi.

Kita sungguh menantikan gebrakan dari kabinet baru ini. Sudah terlalu lama kita membiarkan tingkat kepercayaan konsumen ini melambat. Itu terlihat dari tajamnya penurunan penjualan durable goods termasuk perumahan dan kendaraan. Langkah pertama ini akan menentukan perjalanan kita ke depan.

 

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima