Kursi Ecek-Ecek

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
22/7/2019 05:10
Kursi Ecek-Ecek
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SIAPA mau kursi ecek-ecek? Mungkin ada yang mau dengan pikiran lebih baik dapat kursi (menteri) ecek-ecek daripada tidak ikut di pemerintahan. Sebaliknya, mungkin ada yang tidak mau kursi ecek-ecek dengan pikiran hanya partai ecek-ecek yang mau kursi ecek-ecek.

Kursi ecek-ecek ialah satu kursi menteri untuk partai pendukung Prabowo. Kursinya satu, dosanya dua.

Pencetus kursi ecek-ecek Amien Rais. Dia bukan orang ecek-ecek, sekalipun terkadang omong ecek-ecek.

Katanya aib kalau partai pendukung Prabowo berkoalisi dengan pemerintahan Jokowi demi satu kursi menteri. Katanya lagi, kalau mau rekonsiliasi tentukan dulu platform ke mana arah negara ini. Kalau platfom telah disepakati, ayo bagi kursi kabinet 55-45. Itu baru namanya rekonsiliasi.

Amien Rais bertanya, siapa yang ngajak rekonsiliasi? Dijawab sendiri, "Mereka toh. Katanya menang? Katanya enggak ada kecurangan, menang telak, ngapain ngajak-ngajak. Saya kira itu menunjukkan mereka tidak yakin, menang urik, urik itu curang."

Amien Rais bicara semua itu setelah pertemuan Jokowi-Prabowo. Hemat saya, suaranya keras kepada Prabowo agar jangan mau kursi ecek-ecek. Suaranya juga keras kepada Jokowi yang dinilainya menang 'urik', menang curang.

Kesimpulan setelah pilpres Amien Rais masih seperti yang dulu. Dia tidak berubah. Saya suka Amien Rais yang tidak berubah, sekalipun dunia berubah.

Bagaimana dengan Prabowo setelah bertemu Jokowi? Saya berharap Prabowo pun masih seperti yang dulu. Jangan mau kursi ecek-ecek seperti kata Amien Rais. Jangan pula mau bagi-bagi kursi kabinet 55-45 seperti kata Amien Rais. Jangan mau, karena berapa pun kursi menteri dan apa pun platform yang disepakati tidak elok. Tidak elok yang kalah pilpres duduk di kabinet yang menang pilpres.

Sikap politik yang terhormat ialah Prabowo dan Amien Rais tetap sebagai oposisi, masih seperti yang dulu. Saya berharap jangan sampai keduanya pecah kongsi gara-gara kursi menteri, apalagi kursi ecek-ecek.

Kursi menteri kiranya bisa membelah kebersamaan. Kursi menteri bisa membelah 'collective personality', 'collective spirit', baik di kubu Prabowo maupun di kubu Jokowi. Bagi-bagi kursi menteri dapat membuat lawan menjadi kawan, kawan menjadi lawan.

Seandainya, Jokowi sepenuhnya dan seutuhnya menggunakan hak prerogatif presiden. Dia memberi kursi menteri ecek-ecek kepada partai pemenang pileg. Apakah mereka tidak bersuara keras kepada Jokowi? Bukan mustahil mereka menjadi oposisi.

Kursi menteri di bidang apa pun, satu kursi sekalipun, bukan kursi ecek-ecek. Itu kursi penyelenggara negara. Demi koalisi yang kuat di kubu Jokowi serta demi hadirnya oposisi yang juga kuat, sebaiknya tidak satu pun kursi menteri yang ecek-ecek sekalipun diberikan kepada partai pengusung Prabowo.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima