Hakikat Kebaikan Manusia

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
09/5/2019 05:30
Hakikat Kebaikan Manusia
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI)

SEPERTINYA kita perlu menyelami kembali hakikat kebaikan manusia. Di antaranya ialah membuat orang lain menjadi lebih baik.

Orang yang membuat orang lain menjadi lebih baik boleh dicandrakan dirinya sendiri orang baik dan ingin menjadi lebih baik lagi. Sampai di mana? Rasanya tidak ada batasnya. Di atas langit masih ada langit.

Kita sekarang sedang menunggu hasil kebaikan manusia Indonesia secara nasional dalam berbangsa dan bernegara. Kebaikan itu ialah menggunakan haknya di dalam pemilu presiden. Dalam perkara ini ada dua macam kebaikan yang perlu ditegakkan.

Yang pertama orang baik percaya bahwa yang terbaik yang menang. Orang datang ke TPS dengan keyakinan bahwa dia tahu siapa yang terbaik yang bakal dicoblosnya.

Yang kedua juga percaya kepada yang sebaliknya, yaitu yang terpilih dengan suara terbanyak yang terbaik. Orang-orang baik dengan pilihannya itu lebih banyak daripada orang-orang baik lainnya dengan pilihannya.

Itulah moral politik demokrasi. Sangat menghormati suara terbanyak dan sangat percaya bahwa suara rakyat ialah suara Tuhan, Yang Mahabaik.

Demikianlah setelah pemilu serentak, terutama pilpres selesai kiranya kita sebagai anak bangsa memuliakan hakikat kebaikan manusia dan meninggalkan hakikat keburukan manusia.

Tidak ada manusia yang sempurna. Yang dunia perlu tahu ialah bahwa anak bangsa Indonesia yang tidak sempurna itu berkemampuan memenangkan hakikat kebaikan manusia daripada hakikat keburukan manusia.

Sesungguhnya tidak seorang pun akan berkata bahwa kerusuhan bernilai bagi suatu masyarakat. Kenyataannya hal itu harus dipertimbangkan sebagai kepentingan yang dapat terjadi di masyarakat mana pun.

Karena itu, relevan mengajukan pertanyaan, bagaimanakah caranya kita dapat memenangkan hakikat kebaikan manusia itu? Pemerintah, dalam hal ini kementerian yang mengoordinasikan politik, hukum, dan keamanan yang dipimpin Wiranto, berkeputusan memenangkan hakikat kebaikan manusia itu dengan cara membentuk tim hukum nasional, "Yang akan mengkaji ucapan, tindakan, dan pemikiran tokoh-tokoh tertentu, siapa pun dia, yang nyata-nyata melanggar dan melawan hukum."

Wiranto juga menyebut tujuan tim itu untuk mencegah upaya pendelegitimasian penyelenggaraan pemilu, yang merupakan perbuatan melanggar dan melawan hukum.

Dalam perkara itu pemerintah tidak mau menggunakan kekuasaannya untuk mendefinisikan sendiri siapa yang berupaya melakukan pendelegitimasian itu. Kira-kira, itulah tugas tim yang terdiri atas orang-orang terpelajar dan terhormat di bidang hukum itu, yakni membantu pemerintah dengan pandangan yang bebas kepentingan.

Salah satu yang aneh di ruang publik dalam konteks pilpres ialah selalu muncul penilaian bahwa apa pun yang dilakukan pemerintah dinilai buruk. Gagasan memindahkan ibu kota negara dinilai sebagai upaya mengalihkan perhatian publik dari penghitungan suara. Pembentukan tim hukum nasional dinilai sebagai kurang kerjaan.

Apakah saya boleh menilai upaya pendelegitimasian pilpres sebagai kurang kerjaan? Sepertinya kita memang perlu menyelami kembali hakikat kebaikan manusia demi kebaikan bangsa dan negara.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima