Kancah Pertarungan Terakhir

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
21/3/2019 05:30
Kancah Pertarungan Terakhir
()

INI berita gembira. Sekalipun berita bohong tentang Jokowi gencar diproduksi dan disebarluaskan, kebanyakan rakyat tidak percaya. Rakyat umumnya waras, sehat pikirannya.

Kewarasan rakyat itu temuan survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC). Warga umumnya skeptis, tidak percaya begitu saja informasi negatif bahwa Jokowi komunis, anti-Islam, kaki tangan RRC.
 
Hasil survei nasional dengan 2.820 responden yang dilakukan SMRC pada Februari-Maret dengan margin of error 2% menunjukkan hanya 6% warga yang percaya Jokowi terkait dengan PKI, selebihnya 73% menyatakan tidak percaya. Hanya 6% warga yang percaya bahwa Jokowi anti-Islam, selebihnya 76% menyatakan tidak percaya. Hanya 10% warga yang percaya Jokowi kaki tangan RRC, selebihnya 69% menyatakan tidak percaya.

Ketidakpercayaan warga akan berita bohong yang menimpa Jokowi itu diperkuat sebanyak 71% responden mengaku sangat atau cukup puas dengan kinerja Presiden Jokowi. Sebanyak 66% warga percaya Jokowi mampu memimpin bangsa. Dukungan kepada Jokowi-Ma'ruf mencapai 57,6%, sedangkan dukungan kepada Prabowo-Sandiaga hanya 31,8%.

Itu berarti terbentang jarak yang cukup lebar, yaitu 25,8%. Apa artinya? Bila pilpres dilakukan pertengahan Maret ini, hampir dipastikan Jokowi terpilih kembali menjadi presiden.

Pilpres 2019 masih 26 hari lagi. Bukan rentang waktu yang lama. Sebentar lagi kita sebagai anak bangsa yang punya hak pilih, yang merdeka dan berhati nurani masuk ke kompetisi pemilihan presiden yang lebih sengit jika dibanding dengan Pilpres 2014. Lebih sengit sekalipun capres yang hendak dipilih rakyat sama, Jokowi atau Prabowo. Kenapa lebih sengit?

Saya tidak jemu berulang mengatakan bahwa Pilpres 2019 merupakan babak akhir bagi banyak tokoh nasional. Selesai sudah impian untuk menjadi presiden bagi Amien Rais, Akbar Tandjung, dan Wiranto. Mereka tokoh yang pernah menjadi capres dan kalah. Selesai pula bagi Megawati atau SBY untuk menjadi presiden lagi. Megawati telah legowo yang diperlihatkan dengan mengusung dan mendukung Jokowi, sedangkan SBY tidak diperkenankan konstitusi untuk menjadi presiden ketiga kali.

Pilpres 2019 juga merupakan pilpres yang terakhir bagi Jokowi bila dia terpilih kembali. Sama persis dengan yang dialami SBY, konstitusi melarangnya menjadi presiden tiga kali.

Bagaimana dengan Prabowo? Saya pikir Pilpres 2019 ini pun pilpres terakhir baginya. Bila dia kembali kalah, itu berarti kegagalan pilpres yang ketiga kali bagi dirinya, yaitu sekali kalah sebagai cawapres, dua kali kalah sebagai capres. Dengan penuh hormat kepadanya, saya rasa Prabowo pun sampai pada batas untuk legowo.

Demikianlah Pilpres 2019 dapat dicandrakan sebagai kancah pertarungan terakhir bagi banyak elite, baik untuk dirinya sebagai (calon) kandidat maupun sebagai king maker. Berkali-kali kalah dalam pilpres, baik bagi diri sendiri maupun sebagai king maker kiranya dapat membuat orang legowo, tapi sebaliknya juga dapat membuat orang penasaran sehebat-hebatnya sehingga muncullah gairah untuk menang dengan segala cara, termasuk dengan cara-cara jorok, antara lain menjatuhkan kepercayaan rakyat kepada Jokowi dengan cara memproduksi dan menyebarluaskan berita bohong.

Sekalipun kebanyakan rakyat tidak percaya berita bohong kiranya kepolisian harus terus berupaya membawa si pembuat dan penyebar berita bohong itu ke muka hukum. Hal itu perlu dan penting dilakukan agar pembuat dan penyebar berita bohong kapok dan mencegah munculnya pembohong-pembohong baru. Kejahatan dalam pikiran macam itu selain harus dilawan dengan pikiran waras dan kritis juga perlu dilawan dengan tindakan nyata membawa pelakunya ke dalam penjara.

Demokrasi kiranya sistem terbaik bagi hadirnya kebajikan dan kearifan. Dua kualitas itu tidak mungkin hadir di dalam sistem otoriter, apalagi totaliter. Akan tetapi, demokrasi juga membuka peluang bagi hadirnya para pengkhianat demokrasi yang terselubung dalam kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat.

Hemat saya kita tidak boleh beranggapan bahwa demokrasi mampu menghabisi kejahatan pikiran orang-orang sebagai personal atau orang-orang sebagai kelompok yang ingin menang dengan cara-cara gelap dan hitam. Terlebih yang gelap dan hitam itu kini mudah diproduksi dan disebarkan melalui media sosial. Namun, yang waras dan lurus serta bersih pikirannya kiranya boleh lega karena hanya 6%-10% yang percaya  berita bohong.

Tentu saja angka 6%-10% yang percaya berita bohong tentang Jokowi masih jumlah yang cukup besar. Karena itu kata 'hanya' tidak bijak misalnya dilekatkan dalam pernyataan bahwa 'hanya 6% warga yang percaya Jokowi komunis.' Jumlah itu harus dikikis sebanyak mungkin, sehabis-habisnya demi tegaknya kebenaran yang sejati bahwa Jokowi memang absolut bukan komunis.

Tidak ada orang yang sempurna. Pilpres ialah forum rakyat untuk memilih pemimpin yang paling sedikit kekurangannya, tetapi yang paling banyak maslahatnya bagi bangsa dan negara. Bagi saya jelas Jokowi jawabannya.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima