MRT bagi Rakyat

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
25/2/2019 06:43
MRT bagi Rakyat
(Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group)

TRANSPORTASI publik ialah urusan kebutuhan saat ini. Ketika orang membutuhkan transportasi publik, pada dasarnya orang membutuhkannya sekarang juga. Itulah sebabnya orang mudah jengkel bila transportasi publik buruk.

Akan tetapi, yang namanya 'saat ini', 'sekarang juga', dalam tempo paling lama 24 jam berubah menjadi 'kemarin'. Karena itu, transportasi publik haruslah berorientasi ke 'masa depan' yang mampu memberi jawaban atas kebutuhan publik 'saat ini', di masa depan yang jauh, bahkan teramat jauh.

Dalam perspektif itu sebetulnya semua pilihan kebijakan mengenai kendaraan pribadi untuk mengatasi kemacetan Jakarta, apakah itu three in one atau ganjil-genap, hanyalah simtomatologi, baik saat ini terlebih di masa depan. Untuk menghadapi kebijakan yang pertama orang membayar caddy sehingga terpenuhi three in one, sedangkan untuk menghadapi kebijakan yang kedua orang yang punya dua mobil atau lebih mengganti pelat nomor mobilnya sehingga punya nomor ganjil dan genap.

Dari sudut transportasi, sudah lama Jakarta bukan lagi sebuah kota, bahkan bukan lagi metropolitan, melainkan sebuah megapolitan yang disesaki pekerja ulang-alik dari kawasan hinterland (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Penduduk Jakarta memang 'hanya' 10 juta, tetapi penduduk 'pinggirannya' total 17 juta. Yang tidur di Jakarta cuma 10 juta, tetapi yang melek di hari kerja mungkin 12 juta. Seorang di antara yang ulang-alik itu ialah saya, yang melek di Jakarta, tapi tidur di Bekasi.

Itulah sebabnya kereta api/KRL commuter line Jabodetabek penuh sesak pada jam pergi dan pulang kerja. Penuh sesak, tetapi inilah transportasi publik yang memberi tujuh kemaslahatan sekaligus, yaitu (1) mengurangi polusi udara, (2) mengurangi penggunaan BBM, (3) mengurangi kemacetan, (4) menghemat ongkos secara signifikan, (5) menaikkan mobilitas (tidak repot cari parkir), (6) menghemat waktu, dan tidak kalah penting (7) membuat orang punya kebiasaan hidup sehat. Bukankah untuk keluar-masuk stasiun orang mesti berjalan kaki?

Sebetulnya eksperimen kebijakan transportasi publik yang dilakukan Singapura lebih dari cukup untuk menjadi contoh. Penambahan bus umum secara bermakna yang disertai dengan kebijakan fiskal terhadap kendaraan pribadi, yaitu berupa pajak yang tinggi atas pemilikan mobil serta harus membayar melewati jalan-jalan tertentu dan pada jam-jam tertentu, ternyata tidak cukup untuk mengatasi kemacetan. Akhirnya mereka sampai pada keputusan berjangka jauh ke depan, bahwa semua kebijakan yang bagus itu harus pula disertai dengan kebijakan baru yang sangat mahal investasinya, yaitu membangun kereta api cepat bawah tanah.

Itulah sebabnya sekarang publik menyambut gembira, di Jakarta yang macet, bulan depan bakal beroperasi kereta api mass rapid transit (MRT) tahap satu yang membawa penumpang pulang pergi Stasiun Lebak Bulus-Bundaran HI. Dengan kecepatan rata-rata 40-60 km/jam, perjalanan sepanjang 16 km itu akan ditempuh 30 menit.

Pada 12 Maret 2019 masyarakat dapat mencoba dan merasakan naik kereta MRT itu. Caranya lebih dahulu mendaftar melalui situs MRT.

Bayangkanlah kita akan mengalami sebuah sensasi baru. Di antara 13 stasiun yang dilewati, ada 6 stasiun bawah tanah dan 7 stasiun layang.

Kita pun bakal menikmati sensasi lainnya, yaitu perjalanan tepat waktu. Setiap 10 menit ada jadwal keberangkatan dan khusus di jam sibuk setiap 5 menit.

Satu rangkaian kereta yang terdiri atas 6 gerbong mampu mengangkut 1.900 penumpang. Itu berarti dalam jarak 16 km mengurangi kepadatan lalu lintas setara 600 lebih mobil pribadi dalam aturan three in one.

Yang belum diketahui publik berapa ongkos MRT itu. Namun, jangan khawatir tarifnya akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya seperti trans-Jakarta.

Demikianlah secara bertahap negara di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi menunjukkan tanggung jawabnya dalam hal infrastruktur, yaitu dalam konteks tulisan ini menyediakan kemudahan dan kenyamanan transportasi publik bagi rakyatnya. Orang dapat menikmati MRT di Jakarta, bahkan di pantai utara orang telah lebih dulu menikmati pemandangan senja melalui jalan tol Jakarta-Surabaya.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima