Pagar-Pagar yang semakin Tinggi

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
11/2/2019 05:10
Pagar-Pagar yang semakin Tinggi
()

SIAPAKAH yang percaya bahwa pengaruh undang-undang masih kalah jika dibandingkan dengan pengaruh budi pekerti orang banyak?

Saya termasuk yang percaya pernyataan itu. Pengaruh budi pekerti orang banyak lebih besar daripada pengaruh undang-undang yang dibuat untuk mengatur orang banyak.
Kendati demikian, orang banyak tetap perlu diatur dengan undang-undang yang bagus. Kita percaya urusan orang banyak, urusan kepublikan tidak boleh ditangani dengan serampangan, tanpa aturan yang bagus.

Kita sebagai bangsa dan negara mampu menghasilkan undang-undang yang bagus yang sesuai dengan konstitusi yang memang bagus. Dalam hal ada undang-undang yang mencong dari konstitusi, kita punya lembaga negara untuk mengoreksinya yang putusannya final dan mengikat.

Tidak perlu diragukan dari segi banyaknya lembaga negara, serta banyaknya undang-undang yang mengatur hidup kita sebagai negara maupun sebagai warga negara, kita tergolong bangsa dan negara yang sangat maju. Kita tidak kekurangan peraturan untuk menjadi bangsa dan negara yang berkeadaban.

Kita pun sangat maju dalam menyadari bahwa orang di negeri ini mudah tergoda untuk melanggar undang-undang. Psikologi ini menghasilkan dua macam produk yang jika dipikir-pikir terasa aneh karena produk yang satu kiranya dihasilkan akibat tidak percaya pada produk sebelumnya.

Yang pertama, kita membangun pagar-pagar yang semakin tinggi dalam banyak cabang kehidupan. Namun, yang terjadi sebaliknya, semakin tinggi pagar semakin banyak yang memanjatnya. Terlalu banyak bukti bahwa undang-undang yang bagus dengan pagar-pagar yang kian tinggi tidak mampu menjaga, mengawal, atau membuat orang takut sehingga tidak memanjatnya. Semakin tinggi pagar semakin menantang untuk dipanjat.
Yang kedua, semakin banyak pakta integritas yang ditandatangani di negeri ini. Pakta integritas menunjukkan betapa pagar yang kian tinggi itu tidak cukup menakutkan untuk orang patuh undang-undang. Terutama UU korupsi.

Paling akhir ialah pakta integritas yang diteken tujuh panelis dan dua moderator debat calon presiden agar mereka tidak membocorkan soal yang akan diajukan kepada capres-cawapres.

KPU merahasiakan kisi-kisi pertanyaan demi menghasilkan debat yang lebih substansial dan lebih menarik bagi publik. Demi terjaminnya kerahasiaan itu, tujuh panelis dan dua moderator debat menandatangani pakta integritas.

Di atas kertas mereka akan menegakkan integritas, yaitu integritas dalam maknanya yang terdalam sebagai orang yang berkualitas jujur dan punya prinsip-prinsip moral yang kuat.
Izinkan saya menggunakan kata ‘budi pekerti’ sebagai ganti kata ‘integritas’, yaitu dalam makna umum yang diberikan Alexis de Tocqueville ketika dia membahas akar sosial demokrasi masyarakat Anglo Amerika. Budi pekerti ialah kumpulan sifat moral dan intelektual dari manusia sosial.

Kenapa mereka perlu meneken pakta budi pekerti yang mempertaruhkan moral dan intelektual? KPU tidak berpura-pura tidak tahu bahwa politik amat bisa menjauhi kejujuran, terutama dalam pilpres. KPU tahu betul kaitan politik dan korupsi. Karena itu, misalnya KPU melarang mantan koruptor menjadi caleg yang sayangnya ketentuan itu dibatalkan MA.

Maaf sekali lagi harus dikatakan orang di negeri ini mudah tergoda untuk melanggar undang-undang. Bukan mustahil ada yang berusaha menggoda agar tujuh panelis dan dua moderator debat itu miring ke satu sisi pasangan capres-cawapres dengan satu dan lain imbalan selain uang.  

Sekalipun terdengar naif, kiranya KPU masih percaya dalam politik transaksional, dalam politik yang menjauhi kejujuran, pengaruh pakta budi pekerti masih lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh undang-undang yang pagarnya amat tinggi.

Saya tidak percaya debat capres-cawapres berpengaruh pada  elektabilitas. Kendati demikian, di tengah pagar-pagar yang semakin tinggi dan orang tidak takut memanjatnya, publik tetap perlu disuguhi debat yang menyenangkan sebagai hiburan politik.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima