Meninggalkan Stasiun Stagnasi

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
24/1/2019 06:00
Meninggalkan Stasiun Stagnasi
(MI/EBET)

KIRANYA kita tidak boleh berbusung dada perihal mutu demokrasi kita.

Republik ini merupakan negara demokratis terbesar berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Pilpres 2019 jelas menjadi ujian tersendiri bagi mutu demokrasi kita.

Suatu studi tentang demokrasi gelombang ketiga menggolongkan demokrasi kita dalam keadaan stagnasi.

Demokrasi gelombang ketiga didefinisikan sebagai demokrasi yang tegak 1974 hingga 2012. Dalam pengertian itu terdapat 91 negara yang tergolong demokrasi.

Keadaan stagnasi ialah level demokrasi yang berkepanjangan dalam transisi. Studi yang dilakukan terhadap 91 negara itu sedikit menghibur, kita tidak sendirian mengalami stagnasi demokrasi.

Ada 28 dari 91 negara yang demokrasinya digolongkan stagnasi.

Hati kita lebih terhibur lagi karena demokrasi kita tidak ambruk seperti dialami 34 dari 91 negara.

Yang mengejutkan hanya dua negara, yaitu Ekuador dan Polandia, yang demokrasinya dikategorikan mengalami erosi.

Akan tetapi, sepatutnya kita gusar karena setelah 20 tahun berdemokrasi, negara kita tidak termasuk negara yang demokrasinya tergolong 'advance'.

Hanya 23 dari 91 negara yang demokrasinya dikategorikan 'maju'.

Yang perlu juga dilihat bahwa hanya dua dari 91 negara yang digolongkan sebagai negara yang demokrasinya tererosi. Kedua negara itu ialah Ekuador dan Polandia.

Semua itu hasil 'pemeriksaan kesehatan demokrasi' gelombang ketiga yang dilakukan Prof Scott Mainwaring (Harvard Kennedy School) dan kandidat doktor Fernando Bizzarro (Harvard University) pada 2017.

Hasilnya dipublikasikan di Journal of Democracy terbaru (Januari 2019).

Demokrasi ambruk (breakdowns) terjadi karena dua sebab. Pertama, terjadi kudeta militer seperti dialami Mali (2012).

Keambrukan demokrasi paling umum terjadi tidak secara mendadak karena kudeta, tetapi secara inkremental mencapai titik kehancuran demokrasi. Ini misalnya terjadi di Turki.

Demokrasi mengalami erosi terjadi di negara dengan sistem multipartai.

Pemilihan umum kompetitif, tetapi substansi demokrasi liberal tergerus. Seperti telah disebut, erosi demokrasi itu hanya terjadi di dua negara Ekuador dan Polandia.

Demokrasi di suatu negara disebut stagnasi bila sejak menjadi negara demokratis pada 1974, tapi pada 2017 level demokrasi negara itu tetap keadaannya seperti tahun awal demokrasi.

Negara itu tidak mencapai kemajuan ataupun kemunduran dalam masa transisi sampai 2017. Demokrasi kita digolongkan stagnasi antara lain sama seperti Argentina,  Filipina, dan juga India.

Negara yang demokrasinya dinilai maju meliputi 23 negara di enam benua, antara lain Korea Selatan, Brasil, Guatemala, Meksiko, Spanyol, Portugal, dan Senegal.

Inilah negara-negara yang telah melampaui masa transisi dan mencapai mutu demokrasi melalui jalan yang elok.

Kiranya kita tidak ingin demokrasi kita terpukul mundur gara-gara Pemilihan Presiden 2019.

Menurut sang peneliti, status stagnasi yang panjang di satu pihak dapat berarti negara itu mampu memelihara keseimbangan yang stabil.

Akan tetapi, di lain pihak status stagnasi juga bisa menjadi 'stasiun' dalam perjalanan menuju keambrukan.

Pilpres ini seyogianya menjadi stasiun terakhir di masa transisi berkat kita berkemampuan memilih presiden terbaik dalam semangat bersatu kendati berbeda pilihan. Demokrasi kita bergerak maju meninggalkan stasiun stagnasi.

 

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima