Integritas Kepublikan

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
03/1/2019 05:30
 Integritas Kepublikan
()

Begitu kita memasuki 2019, kian terasalah apa yang disebut tahun politik. Perkara yang wajar. Hari pemilihan Umum 17 April 2019 tinggal 103 hari lagi.

Hari itu kiranya hari yang sangat penting karena di hari itu kita menguji kepercayaan rakyat dalam satu urusan pokok, yaitu integritas kepublikan, baik calon anggota DPR maupun calon presiden.

Dalam hal memilih anggota legislatif sesungguhnya rakyat menguji kepercayaan kepada partai. Partai manakah yang selama ini menunjukkan integritas kepublikan yang layak dipercaya kembali?

Perilaku elite politik kiranya salah satu faktor yang dapat menerangkan tinggi-rendahnya kepercayaan warga terhadap sebuah partai. Perilaku elite yang tidak berintegritas, nyolongan/malingan/korupsi, misalnya, seyogianya mendapat hukuman di kotak suara.

Bila itu yang terjadi, orang boleh berharap komposisi kursi di parlemen berubah. Berkemungkinan besar ada partai yang tumbang akibat gagal meraih ambang batas parlemen 4%, seperti juga berkemungkinan besar ada partai yang semakin besar meraih 30% kursi DPR.

Dalam pilpres siapa yang dipilih? Kiranya warga memilih the leader in public integrity, yaitu pemimpin yang berkemampuan ’menaklukkan diri’ dan ’kepentingan diri’ di dalam sektor publik. Hal yang tidak mudah. Demikian besar kekuasaan presiden sehingga tidak mudah baginya untuk ’menaklukkan diri’ dan ’kepentingan dirinya’ di sektor publik.

Bagi petahana, kepercayaan warga terhadap pemerintahan yang dipimpinnya menjadi salah satu ukuran pokok untuk memilihnya kembali. Kepercayaan itu hadir berkat kemampuan menaklukkan diri dan kepentingan dirinya di dalam sektor publik.

Terus terang saya memang memandang tinggi integritas diri dan integritas kepublikan calon presiden-wakil presiden. Integritas inilah yang kiranya kelak dapat menerangkan kenapa pasangan itu terpilih dan kenapa tidak terpilih.

Di hari pemilihan umum warga memilih elite pengambil keputusan kepublikan. Dalam hal memilih anggota legislatif orang perlu membayangkan bagaimana pengambilan keputusan partai yang mencalonkannya di parlemen dan bagaimana implementasi keputusan itu bagi tegaknya eksekutif yang bersih dan propublik.

Dalam hal memilih presiden kiranya orang perlu membayangkan apakah presiden terpilih konsisten terhadap komitmen. Singkatnya orang memilih yang paling teguh integritas diri dan kepublikannya, terutama dalam hubungannya dengan perilaku elite politik yang sarat kepentingan diri dan kepentingan golongan, suku, agama, dan tentu kepentingan partai.

Kepentingan ’diri’ di dalam sektor publik itu tentu terselubung atau tersembunyi dalam berbagai topeng kemaslahatan publik. Karena itu, dengan kesadaran yang penuh, kiranya orang memilih presiden yang diyakini konsisten dalam komitmen untuk menegakkan pemerintahan yang kuat dan bersih.

Dari sudut pandang memilih presiden, pada 17 April 2019 itu keempat kali kita memilih presiden secara langsung sejak Pilpres 2004. Rasanya kita telah melewati ’masa akil balig’ dalam berdemokrasi memilih presiden.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima