Banyak Menemukan Senja

Saur Hutabarat/Dewan Redaksi Media Group
31/12/2018 05:30
Banyak Menemukan Senja
(MI/Seno)

TAHUN ini ditutup dengan ajakan Presiden Jokowi berlibur di dalam negeri. Lebih spesifik lagi, dia mengajak kita menjajal Tol Trans-Jawa yang menghubungkan Jakarta-Surabaya.

Dalam bahasa yang puitis, menurut Presiden, masyarakat akan ‘banyak menemukan senja’ di tol yang membentang 760 kilometer (km) itu, dan pemandangan yang membuat mata tidak bisa berkedip.

‘Banyak menemukan senja’ kiranya ajakan yang bukan hanya mengundang imajinasi untuk menjajalnya, melainkan juga ajakan untuk di akhir tahun ini kita mengubur masa lalu yang suram, yaitu jalur pantai utara Jawa yang berlubang, macet, karena itu melelahkan dan menjengkelkan.

Sebagai presiden, Jokowi bukan hanya meresmikan tol itu. Ia pun menjadikan dirinya sebagai warga biasa. Ia singgah di rest area kilometer 597 ruas Tol Ngawi-Kertosono. Di situ dia menikmati pecel Madiun, satai Ponorogo, dan kopi lokal.

Sekitar tiga tahun ini sebagian hidup saya berada di Jawa Tengah. Mokhamad Arif Solikhin ialah sopir profesional yang berpengalaman delapan tahun yang selama ini membawa kami. Kemarin dengan penuh gembira ia melaporkan secara digital bahwa dengan kecepatan rata-rata 83 km/jam Tegal-Semarang ditempuhnya hanya 1 jam 40 menit. Ia tiba di rumahnya di bilangan Srondol Wetan, Banyumanik, Kota Semarang, 1 jam 59 menit lebih cepat.

Kegembiraan Mokhamad Arif Solikhin itu mengekspresikan kegembiraan rakyat sebuah negara yang telah merdeka lebih 73 tahun, yang sepertinya baru sekarang merdeka. Pernyataan itu merupakan pengakuan dan kejujuran karena yang dibangun Jokowi bukan hanya Trans-Jawa, melainkan juga Trans-Sumatra, Trans-Sulawesi, dan Trans-Papua. Sampai akhir Oktober 2018, Jokowi membangun 3.432 km jalan nasional dan 941 km tol.

‘Sepertinya baru sekarang merdeka’ kiranya bukan pernyataan dramatisasi, membesar-besarkan. Baiklah kita membuka kembali fakta sejarah bahwa pembangunan jalan terpanjang terjadi pada masa penjajahan Belanda, di masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Itulah jalan di pantai utara Jawa, panjangnya 1.000 km, dari Anyer sampai Panarukan, yang tersohor dengan sebutan Jalan Daendels.

Pembangunannya dimulai 1808, menelan banyak sekali nyawa anak bangsa. Setelah itu, lebih 200 tahun tiada lagi pembangunan jalan yang semenjulang itu.

Infrastruktur kita selama ini dinilai buruk. World Economic Forum (WEF)’s Global Competitiveness Report 2015-2016, misalnya, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-62 dari 140 negara, antara lain karena buruknya infrastruktur sebagai faktor utama.

Bahkan, gara-gara buruknya infrastruktur itu di zaman reformasi Indonesia gagal memacu pertumbuhan ekonominya sesuai potensinya. Ada penilaian kuat infrastruktur berhenti dibangun sejak Pak Harto tumbang.

Namun, kini penilaian itu keliru besar. Presiden Jokowi menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas kerja pemerintahannya. Bahkan, dia mengajak warga untuk membuktikannya sendiri, berlibur di akhir tahun dengan menjajal Tol Jakarta-Surabaya.

Itulah ajakan untuk banyak menemukan senja dan menikmati pemandangan yang membuat mata tidak berkedip.

Saya menafsirkannya itu ajakan untuk tidak terburu-buru sampai ke tujuan akhir. Sempatkanlah dari Jakarta masuk ke kota-kota yang dilintasi jalan tol di pantai utara itu, Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Kendal-Semarang. Besoknya sebelum melanjutkan perjalanan tol ke Surabaya, nikmatilah betapa terasa dekatnya Salatiga dan Surakarta. Bukan lagi kemewahan untuk memilih di kota mana Anda bermalam.

Demikianlah ajakan Presiden Jokowi untuk banyak menemukan senja ialah ajakan untuk bersyukur. Bersyukur untuk tahun yang telah kita lalui bersama, dan dengan bersyukur pula 2019 akan kita lalui bersama dengan keyakinan bahwa Indonesia bakal menjadi lebih baik.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima