Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
TIDAK bisa dimungkiri, pergantian pucuk pimpinan pemerintahan AS selalu dicermati masyarakat internasional karena dianggap akan mengubah tatanan internasional dan berpengaruh pada negara-negara di dunia.
Hasil dari pemilu Amerika Serikat (AS) ini, dengan kemenangan Joseph Robinette Biden Jr atau Joe Biden, diharapkan masyarakat internasional dapat mengurangi kekisruhan dan melonggarkan kekhawatir an yang ditinggalkan sepak terjang pendahulunya, Donald Trump.
Pergantian ini juga di harapkan menempatkan posisi AS sebagai pemimpin dunia yang bisa mengayom, mendorong, dan menciptakan stabilitas keamanan dunia dalam menghadapi berbagai ancaman global termasuk pandemi covid- 19. Meskipun harus diakui, ini tidak memupus kekhawatiran sepenuhnya bahwa AS di bawah kepemimpinan Joe Biden akan tetap bertindak unila teral dan mementingkan kepentingan nasional AS di dunia seperti biasanya.
Berharap perubahan
Masyarakat internasional, khususnya pihak-pihak yang berempati dengan hasil pemilu AS di masa yang tidak biasa, yaitu di masa pandemi covid-19 ini, mencermati dengan intensi tinggi terhadap hasil pemilu AS.
Mereka yang tidak mendukung Trump untuk menjadi Presiden AS di masa kedua ialah yang sesungguhnya paling berharap perubahan terjadi. Mereka ini ialah kelompok yang marah, jengkel, kaget, dan geram dengan sepak terjang Trump yang dianggap merugikan.
Secara umum, bagi masyarakat internasional yang percaya dampak serius pandemi covid-19 dengan persepsi kesehatan ialah kelompok yang sangat berharap Trump diganti. Bagi mereka, Trump ialah contoh sosok pemimpin dunia yang meremehkan penyakit ini dan tidak memberikan contoh benar dalam memerangi penyakit ini. Pergantian oleh Joe Biden memberikan harapan, dapat menempatkan AS sebagai pemimpin dunia yang benar dalam memerangi pendemi ini.
Perlakuan Trump, yang dianggap melecehkan perempuan, ialah salah satu yang membuat kelompok kesetaraan gender tidak menginginkan sosok Trump meneruskan menduduki jabatan Presiden AS kedua kalinya. Sebaliknya, sosok Joe Biden dengan Wakil Presiden Kamala Harris yang berasal dari Partai Demokrat, diharapkan dapat memperkuat kembali upaya pemenuhan kesetaraan gender di dunia yang diabaikan Trump.
Harapan terhadap Joe Biden, juga bisa dikaitkan dengan upaya untuk meredam kelompok populis yang meruntuhkan sendi demokrasi dan pengakuan keberagaman masyarakat. Trump memberikan contoh penanganan yang tidak pro-HAM dalam menangani kasus rasial di AS. Sikap Trump tentang Israel yang dianggap tidak sensitif, telah melukai harapan kaum muslim dan bangsa Palestina.
Termasuk kelompok masyarakat internasional yang tidak menginginkan Trump naik ialah kelompok internasional yang telah terdampak atau dirugikan sikap Trump yang kontroversial, untuk membuktikan janjinya ‘Make American Great Again’. AS di bawah Trump lebih isolationist, meninggalkan dan mengabaikan perjanjian multilateral tentang lingkungan, PBB, dan WHO.
Deretan kelompok negara yang berharap akan bisa menghilangkan kepanikan dan kebingungan di sini ialah termasuk negara-negara yang terdampak akibat sikap AS yang sepihak, kontroversial, dan sembrono dalam merespons meningkatnya reputasi dan naiknya dominasi Tiongkok khususnya ekonomi di dunia.
Alih-alih menggunakan caracara diplomatis dan elegan dalam menangani pamor Tiongkok, AS secara vulgar dan frontal menghukum Tiongkok. Intensitas tekanan semakin dirasakan negara-negara khususnya di Asia Pasifi k terkait dengan perseteruan geopolitik dan strategis di kawasan ini oleh sikap AS di bawah Trump.
MI/Seno
Ilustrasi MI
Tindakan Tiongkok yang secara sengaja menciptakan instabilitas di kawasan Laut China Selatan direspons dengan sikap ketidakpastian AS dalam melindunginya terhadap sekutunya di Asia Pasifik.
Di bawah kepemimpinan Presiden AS yang baru, Joe Biden, masyarakat internasional berharap AS merespons aksi Tiongkok dengan tidak menciptakan instabilitas yang tidak perlu di kawasan ini sekaligus bisa memberikan perlindungan bagi negara di kawasan ini yang membutuhkan.
Menurunnya hegemoni AS
Namun, tampaknya euforia harapan dan kelegaan bahwa dunia akan berubah lebih aman, adil, dan jauh dari sikap arogan yang selama ini dirasakan masyarakat internasional terhadap kepemimpinan AS di bawah Trump perlu diragukan.
Sebetulnya, siapa yang menang baik Trump maupun Joe Biden tidak menjajikan secara pasti, bahwa dunia akan lebih aman, terbebas dari ancaman terorisme, perang sipil seperti Suriah, ataupun konflik antara Israel dan negara di kawasan Timur Tengah mereda. Adalah juga mustahil untuk berharap bahwa kemenangan Joe Biden akan menjadikan keberpihakan AS terhadap penataan lingkungan yang lebih sustainable dan meredam pemanasan global bisa ditangani dalam waktu dekat.
Satu hal yang mendasar, yang menyebabkan AS di bawah Joe Biden tidak banyak berubah ialah terkait dengan kritikal kondisi hegemoni AS di dunia. Amerika Serikat saat ini memang membutuhkan untuk kembali mengukuhkan hegemoni AS di dunia yang sudah selama satu dekade ini menurun dan saat ini semakin kentara.
Berbagai faktor eksternal, seperti naiknya pamor Tiongkok. Terutama, dalam hal ekonomi dianggap telah melemahkan AS. Pemerintahan Joe Biden, pada prinsipnya tetap akan bersikap melindungi kepentingan AS yang utama. Negara ini akan tetap bersikap tegas dan menyerang, mencoba menurunkan pengaruh Tiongkok yang sudah telanjur meluas.
Perbedaannya mungkin hanya di style diplomatik di awal saja.
Secara prinsipiel, tidak berbeda dengan kebijakan yang sudah diambil Trump. Dunia, khusunya Asia Pasifik, termasuk Indonesia akan tetap khawatir dengan kondisi yang tidak pasti, terkait dengan perseteruan kedua kekuatan dunia tersebut.
Berikutnya, pemerintah Joe Biden juga akan berupaya untuk menaikkan hegemoni AS yang sangat berkurang drastis karena kebijakan luar negeri AS di bawah Trump yang tidak perhatian terhadap HAM dan demokrasi. Pandangan konvensional beranggapan bahwa kemenangan Partai Demokrat akan berpengaruh berbeda jika dibandingkan bila yang menang ialah dari Partai Republik.
Bila calon dari Partai Demokrat yang menang, dunia akan dipengaruhi kebijakan- kebijakan prioritas AS yang mengaitkan HAM dan upaya penciptaan demokrasi di belahan dunia.
Bila mengikuti polarisasi kebijakan konvensional ini, AS di bawah presiden baru Joe Biden akan menyebabkan keresahan pada negara-negara yang mempunyai rekor HAM dan demokrasi yang buruk di mata AS. Terutama bila AS menggunakan alasan ini, dalam kebijakan luar negerinya di masa pemerintahan Joe Biden dari Partai Demokrat ini.
Harapan bahwa di bawah Joe Biden, AS akan mengukuhkan kepemimpinannya kembali, khususnya dalam memerangi pandemi global tampaknya ibarat mengantang asap. Tidak berlebihan untuk mengaitkan bahwa kedigdayaan AS sebagai super- power tercabik dengan ketidakmampuannya mengatasi sekaligus menjadi contoh dalam mengatasi bencana ini. Dunia harus mengakui Tiongkok lebih berhasil mengatasi pandemi ini di dalam negerinya.
Joe Biden, sesuai dengan janjinya akan berupaya untuk mengatasi bencana ini. Namun, dalam kenyataan ini tidak mudah karena bencana ini telah melanda AS dan menjadikan AS sebagai salah satu negara maju yang buruk dalam mengatasi korona virus ini. Collateral damage yang terjadi akibat penanganan yang salah dan tidak strategis akan mempersulit Joe Biden untuk memperbaiki. Masyarakat internasional telah melihat kenyataan ini.
Dunia tampaknya tidak akan mudah untuk bersikap normal, lega, dan tidak khawatir dalam menghadapi masa yang tidak pasti ini. Meski Presiden baru AS Joe Biden dan wakilnya, Kamala Harris, telah terpilih untuk memimpin AS dan dunia.
Kamala Harris membawa kampanye presidennya ke Georgia, sebuah negara bagian yang kini dianggap sebagai kunci dalam pemilihan mendatang.
Paul Dans, pemimpin Project 2025 yang bernaung di bawah Heritage Foundation, mengundurkan diri dari posisinya, jika Donald Trump menang pada pemilihan November.
Donald Trump telah setuju untuk diwawancarai FBI terkait percobaan pembunuhan di rally-nya di Pennsylvania pada bulan ini.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan akan mengirim delegasi ke Roma untuk perundingan gencatan senajata dalam upaya mengakhiri perang Israel dengan Hamas
SEJAK bergabung dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pada 2006, untuk pertama kalinya Australia menjadi juara Piala Asia
PRESIDEN AS Joe Biden menekankan perlu menutup kesenjangan yang tersisa, menuntaskan gencatan senjata, dan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza saat bertemu Benjamin Netanyahu.
Joe Biden dan Benjamin Netanyahu bertemu di Gedung Putih untuk mengatasi "kesenjangan" dalam upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata Gaza.
BERBICARA di sidang gabungan Kongres AS untuk keempat kali dalam kariernya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampil sebagai negarawan yang dihormati oleh sekutu dan disambut baik.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara kepada stafnya di Rose Garden Gedung Putih setelah berpidato di Oval Office pada Rabu (24/7) malam.
Presiden Joe Biden menjelaskan keputusan mundurnya dari pencalonan pemilihan ulang, menyoroti pencapaian-pencapaiannya selama masa kepresidenannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved