Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
CUACA panas terik kerap kali mengundang keinginan untuk menenggak minuman dingin dan bersoda. Namun, di balik nikmatnya minuman bersoda yang dingin, tersimpan bahaya yang bisa menyerang tubuh, salah satunya penyakit diabetes.
Melansir dari situs resmi Universitas Airlangga (UNAIR), satu kaleng minuman bersoda rata-rata mengandung 15-18 sendok teh gula dan lebih dari 240 kalori. Selain jumlahnya yang tinggi dan cepat dicerna, gula dan kalori tersebut tidak lantas membuat asupan kalori pada menu makanan turun.
Zat-zat tersebut hanya akan menambah jumlah kalori pada santapan harian, tidak bisa menjadi pengganti. Berlebihnya asupan kalori dan gula ditambah dengan rendahnya aktivitas fisik membuat zat tersebut menjadi jarang digunakan. Kalori dan gula pun akhirnya disimpan lalu menumpuk dalam tubuh.
Baca juga : WHO Sebut Pemanis Non-Gula Tak Dapat Kurangi Berat Badan dan Picu DM Tipe 2
Menggunungnya jumlah gula diduga berkaitan erat dengan diabetes. Ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa minuman bersoda yang mengandung gula mampu meningkatkan risiko berkembangnya penyakit diabetes tipe 2. Selain itu, ada juga penelitian yang mengungkap mengonsumsi satu atau lebih minuman bersoda dalam sehari diduga mampu membuat tubuh lebih sulit mengelola gula darah.
Nyatanya bukan hanya gula darah yang susah dikendalikan, risiko terserang sindrom metabolik pun meningkat. Sindrom metabolik adalah sekumpulan faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Faktor-faktor tersebut meliputi tingginya tekanan darah, kadar lemak dalam darah (trigliserida), kadar gula darah, lemak perut, dan rendahnya tingkat kolesterol baik HDL (High-density lipoprotein)
Pengganti Minuman Bersoda
Baca juga : Solusi Pemanis yang Aman dan Sehat untuk Penderita Diabetes
Apabila kamu berusaha mengganti minuman bersoda biasa dengan yang rendah gula (diet soda), hasilnya tidak lebih baik atau menyehatkan. Memang benar diet soda tidak mengandung gula dan hanya sedikit kalori, bahkan tidak sama sekali. Namun, diet soda biasanya mengandung pemanis buatan. Menurut studi terhadap 66.118 wanita selama 14 tahun, baik minuman bergula asli atau buatan sama-sama meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.
Jika ingin menurunkan risiko diabetes, jangan konsumsi minuman bersoda. Berdasarkan penelitian, mengganti hanya satu minuman bergula setiap hari dengan air putih, kopi bebas gula atau teh tanpa gula, sudah bisa menurunkan risiko diabetes.
Agar bahaya dari minuman bersoda seperti diabetes tidak mengintai, gantilah hidangan dengan berbagai pilihan sehat seperti air putih, air jahe, smoothie buah yang diblender sendiri, cokelat panas, air lemon, susu, teh hijau, jus jeruk, atau kopi yang semuanya tanpa menggunakan gula atau pemanis buatan.(M-3)
Dia menjelaskan gangguan ginjal pada anak-anak berbeda dari gangguan ginjal pada dewasa. Adapun kasus yang sering ditemukan, kata dia, kelainan bawaan.
PP tersebut menyebutkan penentuan batas maksimal kandungan gula, garam, dan lemak mempertimbangkan kajian risiko serta standar internasional.
BGEM Actxa memiliki potensi besar dalam evaluasi dan pengendalian metabolisme glukosa noninvasive.
Jadi mesti waspada pada anak-anak yang dia minumnya banyak, kencingnya banyak, laper terus. Apalagi minumnya ingin yang manis terus. Ini gejala diabetes
Buah itu boleh dikonsumsi, tapi kalau berlebihan bisa menyebabkan kadar gula meningkat, karena tidak semuanya digunakan oleh tubuh.
Mengonsumsi 2 liter atau lebih minuman dengan pemanis buatan dalam seminggu secara rutin, meningkatkan risiko gangguan jantung hingga 20%.
WORLD Health Organization (WHO) merilis aturan baru mengenai batasan konsumsi pemanis buatan atau aspartam sebanyak 40 mg per kg berat badan.
Zat itu ditemukan secara kebetulan pada tahun 1965 oleh seorang ahli kimia yang bekerja untuk perusahaan farmasi Searle yang mencoba mencari pengobatan untuk bisul.
Belakangan ini gula aren banyak dipakai untuk menggantikan gula pasir sebagai pemanis baik untuk minuman atau untuk memasak.
Penelitian WHO menyebut pemanis buatan non-gula (NSS), tidak dapat menunjukan bukti empiris bisa mengurangi berat badan seseorang dan tetap bisa memicu diabetes melitus tipe 2.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved